Bab 44: Lemak Perut

188 10 0
                                    

Ha ha ha!! Aku siap.

Duarrr!!

Suara tembakan sudah mulai terdengar. Ribuan orang yang berbaris perlahan mulai berlari dari titik awal.

Mini-maraton sepuluh kilometer pertamaku telah dimulai. Aku tidak punya tujuan memenangkan medali atau bersaing dengan siapa pun dengan cara apa pun. Satu-satunya tujuanku adalah mengecilkan perutku! Hanya saja kalau tidak berhasil pasti akan diejek sepanjang semester.

Awalnya aku menggunakan metode lari untuk menghangatkan tubuh dan kemudian mempercepatnya. Kilometer pertama, aku masih bisa berlari dengan mantap dalam kelompok generasi yang sama. Namun, saat aku memasuki kilometer kedua, rombongan pelari di sampingku berubah. Dari gen Z, gen X, dan gen Baby Boom* menyusulku.  Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda terengah-engah atau sedikit pun kelelahan.

* Gen Baby Boom; seseorang yang lahir pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II, ketika terjadi peningkatan sementara angka kelahiran.

Berbeda denganku yang masih muda tapi terengah-engah seperti anjing yang lari dari kucing.

Lelah!! Aku melambat. Aku merasakan sakit di lutut dan punggung kakiku. Pada akhirnya, harus menggantinya dengan gerakan cepat. Tentu saja kecepatanku tidak bisa bersaing dengan yang lain. Aku hanya bisa melihat orang-orang di sini mengikuti setiap kelompok satu per satu.

Aku melihat lagi dan menyadari bahwa aku sekarang adalah yang terakhir dalam kelompok.

'Ayo lari biar sehat' ucapku dalam hati saat melihat anak-anak TK berlarian melewatiku.

Hmm, saat ini aku sangat terdiam.

"Hai!"

Hah! Suara siapa? Aku melihat ke samping.  Seorang pria tinggi dan ramping dengan pakaian jogging, topi, dan kacamata hitam berlari di sampingku.

Siapa itu? Penjual lotere?

"Siapa?" tanyaku masih berjalan cepat. Pria tanpa nama itu tersenyum cepat memperlihatkan penampilan aslinya dengan melepas kacamatanya dan mengangkat alisnya ke arahku.

"Ai Tin!" Seruku dengan sangat bingung. Siapa sangka aku akan melihatnya di sini? Aku bertemu dengan 'penyebab' aku berlari dan terengah-engah seperti ini.

Kenapa kau mengikutiku kemana-mana seperti ini?

"Ya." Kenapa mengatakan itu?

“Menghilangkan lemakmu?” Sosok tinggi itu mengangkat alisnya.

Sial, jangan lakukan itu lagi, oke?  Itu karena dirimu.  Jika kau tidak memberi tahuku bahwa aku gendut, aku tidak akan datang ke Burma untuk menyiksa diri sendiri seperti ini.

“Tidak, latihan untuk maraton.” Aku berbohong di depannya tanpa melihat kondisiku. Fun Run sepanjang lima kilometer hampir memuntahkan darah. Ini adalah Maraton Mini. Belum genap setengah hari, kakiku terlihat begitu patah, aku hampir berada di kursi roda. Tapi, aku tidak boleh terlihat lemah sekarang. Harus menunjukkan bahwa aku tangguh dan keras kepala. Berlari ratusan kilometer tanpa henti.

"Yakin?" Tin menyipitkan matanya ke arahku dengan curiga.  Sorot matanya tidak begitu percaya dengan apa yang kukatakan.

“Yakinlah. Bukan apa-apa.” Jawabku. Aku memamerkan energiku.  Memamerkan kakiku yang sebenarnya tidak nyaman.  Meski sakit, aku harus bangkit dan tidak menunjukkan kelemahan di hadapannya karena nanti aku akan ditertawakan.

“Jika kau sedang terburu-buru, katakan saja.”

“Apa kau takut tidak bisa menangkapku?”  Dengan bangga aku berkata pada pria itu.

My School President - BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang