029

4.3K 270 5
                                    

"Bisa stop ngeliatin gua sambil senyum-senyum gak jelas kaya gitu gak!" sentak Fatah pada dua orang yang terus menatapnya.

Fatah ingin memakan batagor yang baru saja dia pesan dengan tenang, tapi Sultan yang berada di hadapannya tidak berhenti menyunggingkan senyum aneh yang menurut Fatah sangat menyebalkan. Ditambah dengan satu orang disampingnya yang juga terus memperhatikannya dari jarak yang begitu dekat. Demi apapun, Fatah sangat risih dengan kehadiran dua orang itu.

"Tah, ini kita beneran udah dua minggu pacaran?" tanya Gilang seperti orang bodoh.

Sultan yang sedari tadi hanya senyum-senyum gak jelas di depan Fatah, sekarang sudah memekik senang mendengar perkataan Gilang. "Jadi kalian udah pacaran selama dua minggu?" tanyanya dengan nada ceria yang khas.

"Iya"

"DEMI APAA???" Sultan menjerit senang. Mereka yang sedang berada di kantin seketika menjadi pusat perhatian karena teriakan Sultan barusan.

Fatah hanya bisa menunduk malu dan memaki Sultan berulang kali dalam hatinya.

"Jangan teriak!" tegur Fino yang baru saja datang bersama dengan Sagara yang mengikuti di sebelahnya.

Sultan tersenyum lebar tanpa dosa. "Abisnya ini mereka gemes banget. Kapal nyata anjir ini depan mata gua. Mimpi apa gua bisa ngeliat kapal rill begini"

"Apasih anjir, malu-maluin lu," sinis Fatah sambil memelototi Sultan.

"Eh, cerita dong gimana akhirnya lo berdua bisa jadian! Ayoo cerita, gua mau tau!!" rengek Sultan memaksa.

"Ya gitu" jawab Fatah seadanya.

"Ah, gitu gimana anjir? Buruan, gua kepo maksimal ini"

Diam-diam, Sagara dan Fino juga ikut penasaran bagaimana akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan. Sebab Fatah tidak banyak cerita pada mereka tentang hubungannya dengan Gilang, tapi tiba-tiba mereka justru sudah menjadi sepasang kekasih.

"Intinya gua hoki bisa dapetin Fatah. Hasil usaha gua nih," jawab Gilang yang pada akhirnya membuka suara. Terlihat kesombongan yang menguar dari caranya bicara, seolah mendapatkan Fatah adalah hal yang sangat pantas untuk dibanggakan.

Semua orang mengangguk karena merasa cukup dengan jawaban itu, lain halnya dengan Sultan yang merasa belum puas. Ketika dia akan membuka mulutnya untuk bertanya lagi, seseorang datang memukul punggungnya dengan sengaja.

Sultan menoleh untuk melihat siapa pelakunya, dan mendapati Rian yang berpura-pura tidak melakukan apapun. Dia malah pura-pura tidak melihat Sultan dan lanjut menghampiri Gilang.

"Bang, lu gua cariin eh taunya disini" kata Rian membuka pembicaraan dengan Gilang.

Sultan yang melihat itu meradang di tempatnya. Karena merasa kesal pada Rian dan segala kejahilannya, Sultan bangkit serta mengangkat tangannya untuk mendaratkan pukulan serupa pada punggung Rian, persis seperti yang tadi pemuda itu lakukan padanya. "Brengsek," maki Sultan bersamaan dengan tangan yang mendaratkan pukulannya.

Rian menoleh untuk memfokuskan atensinya pada Sultan.  "Ngapa sih lo? Caper aja."

Bukan hanya Sultan yang mengernyitkan alisnya, tapi hampir seluruh orang di meja itu ikut menatap bingung ke arah Rian.

Bukannya tadi Rian duluan yang menjahili Sultan? Lalu kenapa sekarang malah Sultan yang dikatain caper?

Begitu kira-kira kebingungan yang ada dalam kepala lima orang itu.

Rasa kesal Sultan sudah naik sampai ke ubun-ubun. Dia melakukan ancang-ancang dan di detik selanjutnya, satu tinju mendarat di perut Rian. Suara jerit kesakitan sudah menjelaskan betapa kerasnya pukulan tersebut.

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang