07. ada julian?

31 4 0
                                    

Pagi telah tiba, dimana matahari sudah mulai menyinari bumi. Aluna sudah tentunya dan juga sudah mandi dan berdandan yang dibantu Laras. Aluna menatap cermin, ia selalu takjub tiap kali melihat diri nya di cermin. "Wow aku sudah kaya main film kolosal gitu."

Walau hiasan di rambutnya sedikit berat tapi ia masih bisa menahannya, Aluna berharap coba saja hapenya ada sedikit baterai, gapapa walau gak ada jaringan tapi setidaknya dia bisa selfie.

"Andai ada listrik disini Hm.." ucap Aluna lesu. "Ah, tunggu kalo gasalah dulu pernah praktik listrik statis deh. Kaya gimana ya dulu haduh lupa." Ucap Aluna saat mengingat pelajarannya dahulu.

Ia membuka tasnya dan mencari buku fisikanya. "Ah, ada dong." Setelah itu Aluna langsung membuka halaman per halaman mencari bab tentang listrik statis.

"Jeruk nipis, tembaga, kawat, hmm gampang aja sih tapi ada ga ya disini?" Ucap Aluna bingung. "Lagian dulu kan praktiknya buat nyalain bohlam kecil, kalo di pake buat charger hape bisa ga ya?" Aluna masih berpikir keras. "tapi gak bakal tahu sih kalo engga nyoba."

"Tuan putri?" panggil laras.

"Ah, ya?" Aluna terkejut. "Ada apa?"

"Anda dipanggil Yang Mulia untuk sarapan bersama."

"Yang Mulia?"

"Iya, kemarilah saya akan mengantarkan Anda."

"Baiklah." Ucap Aluna lalu menaruh bukunya di tasnya. Lalu setelah itu Aluna mengikuti Laras.

"Tuan Putri tadi sedang baca kitab apa?" Tanya Laras.

"Eh, Kitab?" Ucap Aluna kaget. Ia mengingat kembali emangnya tadi ia sedang membaca kitab. Ia baru sadar mungkin maksud Laras adalah buku yang ia baca tadi.

"Oh, itu kitab Fisika."

"Fisika? Saya tidak pernah mendengarnya." Jawab Laras. "Kitab tentang apa itu, Tuan putri?"

"Itu kitab yang mengerikan, kalo kamu membanya nanti akan pusing, kepala berkunang-kunang dan bisa muntah."

"Wow, kitab sihir mengerikan."

"Ya begitulah."

"Ah, sudah sampai, Tuan Putri." Ucap Laras. Aluna pun menatap sekelilingnya, ini adalah Taman di dekat Danau yang kemarin mereka kunjungi.

"Hai, Aluna.." sapanya.

Aluna menoleh. "Ah, haya... Eh, Selamat Pagi Yang Mulia."

"Selamat pagi juga Aluna." Jawab Hayam Wuruk. Lalu ia menatap Laras. "Kamu sekarang boleh pergi...."

"Ah, Baik Yang Mulia." Ucap Laras lalu ia menundukkan kepalanya dan pergi meninggalkan mereka.

"Silakan Aluna, kamu belum makan kan?"

"Wow, enak banget." Ucap Aluna melihat makanan di hadapannya. Ia langsung memakannya dengan lahap. Sedangkan Hayam wuruk hanya melihatnya sambil tersenyum.

"Gak ikut makan?" Tanya Aluna.

"Melihat kamu makan saja sudah kenyang."

"Dih, emangnya bisa kenyang? Nih coba enak banget kuenya. Sini aaa.." ucap Aluna yang ingin menyuapi Hayam wuruk.

Hayam wuruk jadi malu. " Ti, tidak perlu, emangnya aku anak kecil." Ucap Hayam wuruk lalu mengambil kue di tangan Aluna dan memakannya sendiri. Aluna hanya tertawa kecil melihatnya.

"Aluna?"

"Ya?"

"Mau keliling kota? Aku ingin memperlihatkanmu tempat-tempat disini."

my hiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang