BAB 36 (JARAK)

4K 218 30
                                    

Jangan lupa votenyaa🌟💗
Happy reading.....



Sudah seminggu Shelyn dan Narel tak saling berkomunikasi bahkan tak pernah bertemu. Selama seminggu ini, Shelyn juga masih merasa enggan untuk bertemu dengan Narel. Shelyn menyangka itu hanya kesalahpahaman. Namun, ia semakin yakin bahwa itu bukanlah kesalahpahaman dikarenakan Narel yang tak pernah datang menemuinya.

Menghela nafas, Shelyn melirik kearah ponselnya yang tergeletak dikasur. Lagi, ia berharap suara nontifikasi yang dulunya selalu terdengar.

"Dia, sama aja. Brengsek" ucap lirih Shelyn, ia merebahkan dirinya ke kasur. Sesekali masih melirik kearah ponselnya.

"Kamu harapin apa lagi sih lyn? Dia udah ada yang lain" gumam Shelyn kepada dirinya sendiri.

"Tapi, sakit banget rasanya" ucapnya lirih, ia membenamkan wajahnya dibantal sedikit menyeka matanya yang mulai berkaca-kaca.

Tok.. tok.. tok..

"Nak, ada Narel didepan" ucap bibi Rasti dari arah pintu.

Deg.

"Cuekin dia Lyn, cuekin" gumamnya menguatkan diri.

Ceklek.

Pintu terbuka, dan benar saja. Disana terlihat Narel yang menatapnya.

"Lyn-"

"Pergi, Rel" sela Shelyn dengan raut wajah datar.

"Tapi-"

"Aku bilang, pergi" ucap Shelyn.

"Aku bakalan pergi, tapi sebelum itu, aku kesini buat ngasih ini ke kamu" ujarnya sambil menyodorkan amplop putih.

Tak langsung mengambilnya, Shelyn menatap Narel yang berada dihadapannya.

"Tolong, untuk kali ini"

Shelyn menghela nafas kemudian mengangguk, ia mengambil amplop itu lalu kembali membelakangi Narel. Saat ingin menutup pintu, Narel menahan pintu itu dengan tangannya.

Shelyn terhenti, ia melirik kearah Narel yang berada diluar.

"Selamat tinggal, Lyn.." kata Narel

Deg.

Jantung Shelyn berdegup kencang mendengar perkataan Narel, dibenaknya bertanya-tanya, apa maksud dari ucapan Narel barusan? Apakah Narel benar-benar akan pergi dari meninggalkan Shelyn?

Shelyn mendatarkan raut wajahnya. Kembali ia berusaha menutup pintu itu, namun masih ditahan oleh Narel.

"Pergi Rel, pergi!" ucap Shelyn dengan nada tinggi, ia memejamkan matanya berusaha menahan air matanya yang bisa lolos kapan saja.

Brak.

Shelyn menutup pintu itu cukup kuat, hingga menimbulkan suara keras. Shelyn bersandar dipintu, butiran-butiran air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya.

"Jahat" lirih Shelyn, ia memukul dadanya yang terasa sesak.

"Jahat! dia pernah janji gabakal ninggalin aku, dia pernah janji jadi malaikat kebahagiaan, dia pernah janji bakal selalu ada, tapi-" ucap Shelyn sengaja ia gantungkan.

"Semuanya bohong" lanjutnya dengan suara gemetaran.

Shelyn terduduk dengan tatapan kosong, ia menatap amplop putih yang berada ditangannya.

"Kamu pergi dengan menyisakan amplop yang aku sendiri belum tau isinya" ucapnya terkekeh.

Shelyn beranjak dari duduknya menuju kamarnya, ia duduk tepat dimeja belajarnya.

ASHELYN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang