BAB 38 (MERASA KEHILANGAN)

3.6K 192 65
                                    

Jangan lupa votenyaa🌟💗
Happy reading.....



1 tahun kemudian...

Langit gelap terlihat begitu jelas, angin malam mulai menusuk kulit putih seorang gadis yang kini tengah berada dibalkon.

Gadis itu, Ashleyn. Shelyn menghela nafas berat, dirinya menatap ponselnya yang biasanya terdengar nontifikasi. Namun, entah mengapa, nontifikasi itu tak pernah lagi muncul.

"Narel, aku kangen kamu..." Ucap Shelyn sambil menatap bulan yang bersinar terang.

"Kalau seandainya kamu bulan, aku adalah bintangnya, yang akan selalu berada disampingmu"

Tak terasa, setitik air mata lolos begitu saja dari pelupuk mata Shelyn.

Tok...tok..tok..

Suara ketukan pintu membuat Shelyn segera menghapus air matanya kasar. Dengan segera ia menyimpan kotak merah berukuran kecil yang sedari tadi ia pegang.

"Nak, makan dulu...!" Teriakan itu terdengar dari arah luar kamar, suara teriakan itu adalah bibi Rasti, Shelyn memanggil sang bibi dengan sebutan "ibu" karena menurut bibi adalah hal yang paling penting disisi kehidupan Shelyn.

"Iya bu... Sebentar, Shelyn turun" ucapnya sedikit berteriak. Shelyn segera menuruni tangga menuju bi Rasti yang tengah mengatur makanan di meja.

Selama ritual makan, tak ada yang membuka suara. Kemudian, bibi Rasti pun membuka suara.

"Nak Shelyn, maaf ya, bibi kayaknya harus balik ke kampung. Insyaallah ga lama kok," kata bibi.

Shelyn menghentikan atensinya, pandangannya menatap bi Rasti yang sedang tersenyum menatapnya.

"Bu, harus ya? Kalau ibu pergi, Shelyn disini sama siapa?" Ucapan Shelyn berhasil membuat senyum sang bibi pudar, ia beranjak dari duduknya kemudian memeluk Shelyn yang sudah ia anggap sebagai anaknya.

"Bibi ga lama kok. baik-baik disini ya nak," ujar bi Rasti masih memeluk tubuh Shelyn.

Shelyn tidak boleh egois, disana bi Rasti juga mempunyai keluarga, bukan semata-mata dirinyalah keluarga bibi.

Shelyn mengangguk, ia berdiri dari kursinya kemudian mengelus punggung sang bibi.

"Bu, makasih ya! Ibu udah ngerawat Shelyn dari lahir," ucap Shelyn.

"Ibu boleh pergi, tapi, jangan larang Shelyn buat nganter ibu nanti." Lanjutnya.

Lagi, bibi menerbitkan senyumnya, entah mengapa, semenjak Shelyn memanggilnya dengan sebutan "ibu" itu membuatnya sangat senang.

Selesai makan, Shelyn menyibukkan diri dengan menelfon sahabatnya. "Agatha kinaya" gadis yang kerap kali disapa Atha adalah gadis baik dan cantik yang Shelyn temui beberapa bulan lalu, gadis itu begitu mendukung Shelyn disaat suka maupun duka.

"Besok ke mall bareng yuk Shel!" Ucap atha dari balik ponsel.

"Gabisa tha, gue harus nemenin ibu ke stasiun" jawab Shelyn.

"Bi Rasti mau balik ke kampung ya?"

"Iyaa-"

Prangg.

Ucapan Shelyn terpotong saat sebuah benda kaca terjatuh dari arah mejanya. Dengan panik ia mengubah posisinya yang semula rebahan kini duduk.

"Tha, gue matiin dulu ya? Nanti gue telefon balik!" Ucap Shelyn.

"Ke-"

Tut.

Shelyn beranjak dari duduknya, perlahan mendekati arah suara itu. Tepat didepannya, Shelyn melihat foto dirinya dan sang bibi terjatuh dengan bingkai kacanya yang pecah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASHELYN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang