INTERAKSI; "menjadi dewasa tidak selamanya menyenangkan"—Rakala
***
"Mau bareng ga woy Lakunaaaa???" Tanya Mentari yang sengaja memanggil nama Lakuna dengan panjang.
"Enggak." Jawab Anila yang sibuk mengemasi buku bukunya ke dalam tas.
"Kenapa?" Tanya Mentari yang sekarang sudah berada di sampingnya dengan rasa penasaran.
"Mau ketemu anak anak podcast dulu. Lo duluan aja." Jawab Anila.
"Oke. Bye bye bestii!!!" Seru Mentari sambil keluar kelas. Biasanya memang Anila lebih sering pulang bersama Mentari karna perempuan itu menawarkan diri, untuk naik motor bersamanya.
Anila mengeratkan tali ranselnya dengan langkah kaki yang keluar dari dalam kelas.
Dengan rambut di ikat satu dan senyum positive di wajahnya, perempuan yang lebih senang di panggil Lakuna ini, berjalan ke ruang podcast.
Langkahnya hampir menabrak seseorang jika saja ia tidak dengan cepat berhenti.
Rakala menatap terkejut Anila yang hampir di tabraknya. Salahnya juga yang jalan di persimpangan koridor dengan tidak melihat lihat.
"Soryy..." ucap Rakala yang seragamnya sudah berganti dengan baju olahraga. Laki laki itu sepertinya akan melakukan ekstrakulikuler paskibra.
Anila hanya mengangguk, menimpalinya. Matanya hanya sebentar menatap Rakala sebelum kembali melanjutkan langkahnya.
"Tentang podcast lo..."
Kaki Anila berhenti saat Rakala mengucapkan itu. Perempuan itu diam di tempatnya menunggu Rakala melanjutkan ucapannya.
"Gue tau itu gue. Cerita yang lo ceritain ke orang lain itu cerita gue."
Anila berbalik, menatap sosok tegap di hadapnnya yang sudah cukup jauh jaraknya, "bukan lo aja yang kisahnya seperti itu."
Anila kembali melangkah setelah mengucapkan kalimat itu kepada Rakala.
***
Kakinya berayun ayun di bangku panjang yang sengaja di buat di area taman sekolah yang menghadap ke lapangan.
Enth apa yang menjadi fokus Anila saat ini. Di depannya hanya menyisakan anak anak paskibra yang telah membubarkan diri.
"Kayaknya lo ga ada niatan beranjak dari sini," Anila melirik laki laki yang duduk di sampingnya tanpa persetujuan darinya.
"Kalo lo mau bahas tentang podcast. Gue lagi ga minat." Jawab Anila yang acuh dengan Rakala di sampingnya.
Laki laki dengan baju olahraga itu terkekeh di sela minumnya.
Bunyi ketukan jari Rakala pada kursi besi menjadi pengusir sepi dari mereka. Ini adalah interaksi kedua mungkin yang cukup intens setelah pertama kali Anila menerbitkan podcastnya.
Rakala menatap dengan cermat perempuan yang sama sekali tak tergangung dengan kehadirannya. Perempuan itu melakukan apa yang sedari tadi ia lakukan.
"Lo sangat pendiam. Terbanding terbalik saat lo ngomong di depan mic." Ujar Rakala
"Kita ga seakrab itu untuk berbicara panjang lebar." Ucap Anila.
Rakala di buat tak percaya dengan jawaban itu. Laki laki itu dengan cepat membenarkan duduk ya agar bisa melihat Lakuna dengan jelas.
"Oke, sekarang gue harus panggil lo apa? Lakuna atau Anila?"
Lakuna menolah kepalanya. Ada wajah tengil dan senyum misterius pada laki laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala dan buminya
RandomAda banyak hal di luar kendali kita. Antara rasa, perasaan dan juga mimpi. Semuanya bisa berubah. Kapan saja, bahkan tanpa kita sadari. Begitulah yang di rasakan oleh Rakala Anggara dan juga Anila Lakuna. Tentang mimpi dan juga perasaan mereka. Anil...