3. Hal hal di luar kendali kita

51 5 0
                                    

Hal hal di luar kendali kita: "kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya,"

***

Ada satu masa di mana kita tidak menyangkan semua hal akan berubah begitu saja. Hal hal yang mungkin tampak tidak mungkin menjadi hal yang sekarang terjadi. Yah, itu yang terjadi di hidup Anila Lakuna.

Kaki perempuan itu berayun ayun dengan santai di bangku taman sambil melihat rentetan barisan paskibra yang sedang berlatih di jam istirahat. Mereka akan mengadakan lomba antar kabupaten sebentar lagi.

Anila menengok kaget saat bahunya di tepuk oleh seseorang, sedangkan pelakunya hanya menyengir tanpa beban.

"ngapa?" tanya Anila pada Mahardika yang dengan santai duduk di sebelahnya.

Laki laki yang sedang mengunyah permen karet itu hanya mengedikan bahunya. "gue mau duduk sini. kenapa? ga boleh?" ujar Mahardikan.

"terserah." jawan Anila.

"beberapa kali gue liat lo di deketin Raka mulu," ujar Mahardika. "inget dia udah punya pacar!" peringat Mahardika.

"gue juga tau di punya pacar." ujar Anila. "kan dia duluan yang datengin gue." objek yang menjadi pembahasan mereka kini sedang menatap mereka dari lapangan.

"emang dia ngomongin apa tentang lo?" tanya Mahardika yang langsung mendapatkan lirikan Anila.

"tanya aja sama temen lo sendiri." jawab Anila malas.

Mahardika menghembuskan nafasnya dengan keras. Lalu menatap Anila intens. "ga mungkin dia tiba tiba tertarik dengan lo."

"Semua hal bisa berbalik gitu aja Mahardika." ujar Anila. "temen lo jalan ke sini," Mahardika menatap ke depan. Benar saja Rakala berjalan ke arah mereka berdua.

"yoi bro!!!" Rakala dan Mahardika saling berhigfive yang di lihat langsung oleh Anila.

Rakala dengan santai duduk di sebelah tempat Anila yang kosong. Laki laki dengan seragam olahraga itu menegak minum yang ia beli di kantin.

"pacar lo Rak," ujar Mahardika. Membuat kedua orang itu menengok ke arah Ailin yang berjalan berdampingan dengan ketua osis SMA Lima Sila.

Anila memperhatikan Rakala yang memperhatikan mereka berdua dengan intens.

"ya udah sih. Maklum aja, kan emang jabatan mereka saling membutuhkan." ujar Anila mencoba berfikir positive.

"diem diem bocil kalau ga tau apa apa." Ujar Mahardika.

"dari maklum itu, semua bisa berubah." ujar Rakala. Matanya mentap Anila. "Rasa itu datang karna terbiasa."

" ya terus lo mau ngapain sekarang? ga ada kan?" tanya Anila dan diamnya Rakala mengkonfirmasi itu benar. "lagian lo juga paling main main di belakang dia. Cowok kan gitu."

"ga semua cowok gitu woy!!" protes Mahardika.

"yang suka ngomong gini biasanya seratus persen bener." ujar Anila.

"Rak Rak pacar lo kesini Rak." ujar Mahardika.

Dengan senyum manisnya, perempuan yang kerap di sapa Ailin itu menyapa mereka bertiga.

"Hallo..." sapa Ailin ramah penuh senyum.

Anila melabaikan tangannya pada Ailin tak lupa dengan senyum miliknya. Ailin memilih duduk di samping Rakala yang diam sambil menatapnya. Sedangkan Mahardika menatap Anila yang tentunya Anila tak paham maksudnya.

"ngapain tadi sama dia?" tanya Rakala dengan menyembut dia.

"biasa, urusan osis yang belum selesai." ujar Ailin.

Kala dan buminyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang