Bab 4 Sejalannya mau kemana

67 4 0
                                    

Sejalannya mau kemana; apa yang terjadi hari ini mari kita lihat kedepannya.

***

Ga pernah ada manusia yang terlahir dengan sempurna. Pasti, di balik bahagianya, ada secuil rasa sedih yang tersimpan. Hidup adalah tetang seimbang. Malam akan selalu berimbangan dengan siang, bumi akan selalu berimbangan dengan planet lainnya, ada hujan maka ada matahari, ada laut maka ada daratan, ada sedih pastinya ada bahagia.

Itu semua sudah menjadi takdir yang harus kita jalani. Mungkin itu yang sekarang ada di pikiran Rakala.

Laki laki dengan balutan baju santai dengan rambut yang ia biarkan apa adanya dan berjatuhan menutupi dahinya, hanya bisa menghembuskan napasnya sambil menatap langit langit rumahnya.

Sepertinya malam ini ia tidak ingin keluar rumah, dan hanya ingin tiduran di sofa sambil memikirkan banyakk hal.

"yuk antar mamah." No! sepertinya rencananya gagal.

Rakala menengok ke arah mamahnya yang tersenyum dengan lebar tak lupa pakaian yang sudah sangat rapih.

"mamah mau kemana?" Tanya Rakala malas sambil beranjak dari tidurnya.

Perempuan yang sudah sudah memasuki usia empat puluhan itu hanya menyampirkan helaian rambutnya secara elegan, "waktunya shoping."

Rakala tambah malas dan menghembuskan napasnya secara terang terangan. "kapan sih mamah berenti untuk shoping shoping mulu." Ujarnya dengan kekesalan.

"tidak ada protes protes! Go go go! Ayo kita berangkat." Mamahnya dengan semangat menarik Rakala untuk bangkit.

***
Ia tau hidupnya berkecukupan. Ia tidak kekurangan uang, ia hanya merasa hampa dan kosong. Rakala melihat mamahnya yang tersenyum dengan anggun di sampingnya. Papahnya sibuk, mamahnya pun begitu, terlalu mencitai kawan kawan dan dunianya. Mungkin hidupnya tidak terasa kosong jika di lihat orang lain. Ibarat seperti buku yang sampulnya rapih tapi dalamnya zonk. Itu adalah hidupnya.

Tapi yang Rakala masih syukuri hari ini adalah, ia masih memiliki support orang tua walaupun itu hanya berasal dari ucapan ucapan sederhana dan singkat.

Rakala memakirkan mobil yang ia kendari dengan lihai di depan butik yang namanya sudah tak asing lagi baginya.

Suara tepukan terdengar nyaring, "yuk turun," ucap mamahnya setelah berhasil memukulnya.

Rakala dengan setengah hati turun mengikuti mamahnya memasuki butik.

Seperti ibu ibu pada umumnya. Mamahnya langsung menyapa dengan riang gembira pada para penjaga butik tak lupa juga dengan mengambil atau menunjuk salah satu koleksi yang ada di sana. Rakala? Jangan Tanya, laki laki itu langsung duduk di sofa dan mengeluarkan ponselnya.

"yang ini ada warna apa aja koleksinya?"

"kita ada tiga warna aja ibu dan cuman ngeluarin tiga mode aja."

"tunjukin semua boleh kan ya?"

"sebentar ya bu kita ambilkan dulu."

"hallo ibu... kita punya warna dusty pink, abu abu, sama emerald untuk koleksi kali ini."

Rakala tau suara itu. suara yang sudah beberapa hari ini selalu ia dengar melalui podcast sekolah miliknya.

Ya, itu suara Anila Lakuna. Rakala menolehkan kepalanya untuk memastikan kebenarannya. Perempuan itu, tersenyum lembut dengan membawa tiga dress terbaru yang di tunjuk mamahnya.

"mamah bagus yang dusty." Ucap Rakala sambil melihat dress yang di bawa oleh Anila.

Laki laki itu sudah berdiri di samping mamahnya, dan ia kini berhadapan dengan Anila yang masih tersenyum lembut. Postur tubuhnya terlihat santai tanpa ada keraguaan sedikitpun.

Kala dan buminyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang