Bully?

386 45 1
                                    

Pertengkaran kecil yang biasa terjadi di usia anak-anak bisa memicu tindakan bullying. Meski di usia mereka tidak paham betul betapa buruknya hal tersebut. Seperti yang jisung alami di kelasnya. Dia tak sengaja mendorong seorang anak laki-laki yang sebaya dengan nya. Kemudian jisung memukulnya dengan sangat brutal hingga membuat anak itu menangis. Padahal anak tersebut juga memukul jisung dengan cukup keras.

Jaemin mendapat telfon dari miss Yeri tentang kejadian ini. Tentu saja dia akan merepotkan renjun kembali untuk merubah semua jadwalnya hari ini.

Dengan kecepatan penuh, jaemin akhirnya sampai di sekolah putranya. Saat berada di ruang guru, jisung hanya terdiam, tak mau menjawab apapun pertanyaan miss Yeri dan orang tua anak itu. Saat kedatangan jaemin pun, jisung masih terdiam. Jisung mengunci rapat mulutnya.

"Maafkan saya atas perbuatan jisung. Saya akan mengganti semua biaya pengobatan nya."

Setelah dalam perbincangan yang cukup lama. Pada akhirnya mereka memutuskan masalah ini secara kekeluargaan. Tak lupa jaemin terus menerus meminta maaf atas perbuatan jisung. Pemukulan tersebut adalah kesalahan jisung, dan jaemin harus mengakui bahwa putranya melakukan tindakan kekerasan meski berawal dari sebuah ketidaksengajaan.

Jisung pulang lebih awal bersama jaemin. Karena pekerjaan sang ayah masih banyak, jaemin membawanya ke kantor. Selama perjalanan pun jisung masih saja terdiam.

"Jie, kenapa? Hmm?"

"....."

"Kenapa jagoan ayah memukul teman nya? Jie gak mau cerita sama ayah?"

"...."

Jaemin menghela nafas panjangnya. Dia sudah menyerah membuat putranya berbicara. Anak itu masih saja diam, meski menuruti semua perintah jaemin untuk tetap berada di ruangan ayahnya.

Renjun reflek mendekati jisung saat tahu bahwa putra semata wayang bosnya berada disini. Renjun mengajaknya berbicara, awalnya jisung tak merespon apapun. Tapi lama-lama jisung tersenyum saat renjun menceritakan hal yang lucu. Jaemin harus menaikkan gaji renjun sebanyak mungkin. Jika tidak ada dia di sampingnya, mungkin jaemin akan sedikit kesulitan menghadapi tingkah jisung yang akhir-akhir ini sering berbeda menurut jaemin.

Jaemin membiarkan jisung pergi bersama renjun untuk membeli ice cream. Itu salah satu trik pendekatan yang selalu renjun lakukan untuk mencari tahu penyebab anak itu melakukan kesalahan.

"Apa enak?"

"Hmm terimakasih bibi injun"

Renjun mengusap pelan kepala jisung. Dia tak bohong bahwa anak seorang Na jaemin itu sangat menggemaskan. Renjun ingin sekali membawanya pulang.

"Bibi injunie"

"Ya, sayang"

"Apa bibi mau menjadi mama jisung?"

Pertanyaan jisung adalah pertama kalinya dia dengar. Padahal jisung tahu seperti apa hubungan antara sang ayah dengan sahabatnya ini.

"Tak bisakah uncle nono memberikan bibi injun untuk ayah? Hiks jie hiks jie pengen punya mama hiks"

Pecah sudah benteng yang dibuat jisung sejak tadi. Jadi ini penyebab putra bosnya sejak tadi diam, dan memukul teman sekelasnya. Anak itu menangis sambil bercerita tentang kejadian saat di sekolah.

Salah satu temannya sedang pamer berlibur dengan ibunya di luar negeri. Jisung sangat ingin melihat foto-foto yang dibawa anak itu. Namun naasnya jisung tak sengaja mendorong anak itu hingga terjatuh. Tentu saja dia marah, dia tak terima meski jisung sudah meminta maaf. Anak itu justru mengejek dan mengatakan bahwa jisung iri padanya. Bocah itu juga mengatakan bahwa jisung tak punya ibu. Dia anak yang tak di harapkan orang tuanya. Anak itu juga mengatakan mungkin jisung di pungut sama ayahnya. Karena sejak dulu, jisung selalu diantar ayah atau neneknya. Dia tidak pernah pergi dengan ibunya. Atau melihat jisung berfoto dengan ibunya.

Hal itu lantas membuat jisung sedih dan marah. Dia berulang kali mengatakan bahwa jisung punya mama. Jisung bukan anak buangan. Jisung anak ayah. Dan kemarahan jisung tak terhindarkan. Anak semata wayang jaemin itu pun langsung memukul teman sekelasnya.

Renjun sedih mendengar cerita jisung sambil bocah itu menangis. Bukan dia tak mau menjadi sosok mama buat jisung. Tapi jika keinginan jisung untuk menjadi mama dalam artian harus menikah dengan jaemin. Rasanya renjun juga tak bisa melakukan nya. Sebentar lagi, renjun akan menikah dengan salah satu sepupu sekaligus sahabat baik jaemin, yaitu jeno. Yang sudah menjadi kekasih renjun selama 5 tahun ini.

Renjun memeluk erat calon keponakannya. Dia menenangkan jisung bagaimana caranya. Untung saja anak kecil akan tertidur dengan sendirinya jika kelelahan. Melihat jisung berhenti menangis dan terlelap, renjun pun menggendongnya ke ruangan jaemin.

"Kemari, biar aku yang menaruhnya di kasur".

Jaemin mengambil alih jisung saat melihat putranya terlelap di gendongan renjun. Setelah menaruh jisung, jaemin pun tak lupa mengucapkan banyak terima kasih untuk sahabatnya tersebut.

"Jie, menyuruhku untuk menikahi mu"

"Apa?",

Jaemin tentu saja terkejut, sejak awal jaemin sudah memberitahu dan menjelasakan kepada jisung, arti seorang huang renjun bagi jaemin.

"Sepertinya kau harus segera menikah dengan winter secepatnya. Aku tahu kau bisa berperan sebagai orang tua yang baik untuk jisung. Tetapi dia sangat membutuhkan sosok ibu untuk saat ini".

"Tapi ren, aku tak mungkin memaksa winter untuk memutuskan hal ini secepatnya. Kau tahu sendiri dia seorang artis, pasti dia memikirkan banyak hal yang berkaitan dengan jisung."

"Kalau winter menginginkan mu, dia harus menerima jisung sebagai putranya."

Renjun cukup emosi mendengar jawaban dari jaemin. Menurutnya, itu bukan persoalan winter yang menundanya, justru jaemin lah yang sengaja melakukan hal itu agar dia tak menikah dengan winter secepatnya. Karena renjun yakin, jaemin masih ragu akan keputusannya memilih winter sebagai pasangan hidupnya. Sampai detik ini, jaemin masih mengharapkan seseorang yang entah dimana dia berada saat ini. Wanita yang sepenuhnya sudah mengunci rapat hatinya.

"Jangan egois, jaem! Pikirkan jisung! Dia membutuhkan ibunya! Jika kau tak mau mencari pengganti ibu untuk jisung. Maka cari ibunya sampai ketemu secepatnya!".

Jaemin ngeri, melihat renjun yang sangat marah padanya. Sosok renjun memang terkenal tegas dan bijaksana, tapi jaemin tak menyangka renjun akan semarah ini kepadanya.

Telefon genggam renjun berbunyi, dia pun pergi begitu saja meninggalkan jaemin. Karena seseorang sudah menunggu panggilannya sejak tadi. Selain memikirkan masalah jisung, renjun juga pusing memikirkan pernikahannya yang semakin dekat. Selain sahabat, jaemin nantinya juga akan menjadi bagian dari keluarganya. Renjun ingin pernikahannya berjalan lancar tanpa ada seseorang pun yang terluka.

"Iya jeno, aku akan segera kesana".

Dan jaemin kembali ke mode memikirkan semua ucapan renjun. Apa benar yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut. Apa karena keegoisan dirinya, membuat putra semata wayangnya terluka semakin dalam.

"Apa aku harus melupakan mu?"















"Sayang, mulai besok kita akan menetap disini. Dan daddy sudah mendaftarkan mu ke sekolah baru yang bagus."

"Yeah! Okay dad"

Si anak sangat senang mendengar bahwa mereka akan selamanya tinggal disini. Sungchan lebih menyukai kehidupan disini daripada di canada. Meski disana dia juga memiliki teman yang cukup banyak untuk menjalin relasi di masa depan.

"Daddy akan mengantar unchan setiap hari?"

"No! Mama yang akan melakukannya"

"Woah! I like it, i like it".

"Gak mau di antar bubu juga?"

"Mau! Tapi unchan lebih suka di antar sama mama or mom".

"Tapi kan mom masih di canada, boy's".

"Minggu depan channie akan kembali, bu".

"Yeah! Asyikkk, semua akan tinggal disini".

Bocah itu tak berhenti tersenyum lebar, bahkan dia sampai meloncat-loncat saat mendengar semua kabar baik yang di sampaikan oleh ayahnya satu persatu.

Hey Mama *JAEMIN & YANGYANG* Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang