"Bagaimana hari pertamamu, nak?" Chanyeol yang baru saja masuk langsung menatap wanita yang sudah melahirkannya itu.
Chanyeol tersenyum. "Baik, Ma. Semuanya aman terkendali. Lagipula aku sudah pernah magang disana, jadi sedikit banyaknya aku sudah mengerti sistem kerja di perusahaan itu."
"Syukurlah kalau begitu. Langsung bersih bersih ya? Appa akan segera pulang, kita akan makan bersama."
"Dimana nenek, eomma?"
"Ada di dapur. Eomma kesini karena mendengar suara pintu terbuka," ucap Tiffany, ibunya Chanyeol.
"Baiklah eomma. Aku mau ke kamar dulu, mau mandi." Tiffany mengangguk dan menatap anaknya itu masuk ke dalam kamar.
Keluarga Chanyeol bukanlah keluarga yang kaya tapi bukan juga keluarga yang berkekurangan. Mereka bisa dikatakan keluarga yang sederhana. Mereka tinggal di daerah yang tidak jauh dari pusat kota. Rumah satu lantai dan cukup luas menjadi pilihan mereka untuk tinggal. Ayahnya bekerja sebagai karyawan di perusahaan percetakan dan ibunya memiliki toko kue. Keadaan mereka bisa dikatakan sedikit membaik setelah Chanyeol duduk di bangku kuliah, itu kenapa mereka mengusahakam apapun agar Chanyeol bisa lulus tepat waktu.
"Eomma." Tiffany menatap putranya itu dan tersenyum. Putranya tunggalnya itu sudah berganti pakaian dan kelihatan lebih segar.
"Appa sudah pulang?" tanya Chanyeol.
"Sudah, Appamu masih mandi," jawab Tiffany.
"Chan," panggil pria berumur yang masih terlihat tampan.
"Appa." Pria itu langsung duduk di tempatnya. Istrinya langaung menyiapkan makanan untuk dirinya.
"Bagaimana hari pertamamu? Kau suka dengan lingkungan kerjamu?" tanya pria itu.
"Baik, Appa. Teman kerjanya cukup menyenangkan. Chan pasti akan betah bekerja disana," jawab Chanyeol.
"Syukurlah kalau begitu. Semoga tidak ada hal hal yang tidak menyenangkan terjadi. Kalau bisa, bangun relasi dengan divisi yang lain, jadi kamu bisa mengerti jobdesk yang mereka kerjakan. Siapa tahu nanti kamu bisa membuka bisnis sendiri kan?"
"Baik Appa." Mereka memulai makan malam mereka. Mereka membicarakan tentang kegiatan mereka selama satu hari itu.
¤¤¤
"Hun, belum pulang?" tanya Seulgi.
"Belum, pulang saja." Sehun masih sibuk dengan berkas berkasnya.
"Jangan terlalu sibuk, Hun. Tubuhmu juga perlu istirahat. Kau bisa sakit kalau kamu kerja lembur setiap hari," ucap Seulgi.
"Aku sudah bilang kalau aku belum mau pulang, jangan memaksaku," ujar Sehun ketus.
"Aku peduli padamu. Kalau kamu memang tidak menyayangi badanmu, setidaknya peduli dengan orangtuamu, Sehun."
"Aku tidak butuh nasihatmu sekarang."
"Terserah kau saja. Dasar keras kepala." Seulgi keluar dari ruangan Sehun dengan gerutuan di bibirnya. Ini susah jam 7 malam tapi pria manis itu belum mau beranjak dari tempatnya.
Sudah satu jam berlalu dan Sehun sudah merapikan berkas berkas yang ada di mejanya. Ia melangakah meninggalkan meja kerjanya dan keluar dari ruangannya. Setiap hari, dirinya akan pulang jam 8 dan tidak pernah lewat. Jika lewat dari jam itu, berarti pekerjaannya benar benar tidak bisa di tinggalkan.
"Langsung pulang, Tuan?"
"Jalan saja, aku akan mengatakan jalannya padamu." Supir tersebut hanya mengangguk dan melajukan mobilnya membelah jalanan. Setelah hampir satu jam, mereka sampai di toko kecil yang menjual makanan instant.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me In (✔)
FanfictionAku mungkin tak mengenalmu tapi aku bisa membuatmu melupakan kesedihan yang sudah kau lewati selama ini. So, let me in