04

8 8 4
                                    

Suasana dingin, sepi, hampa menjadi satu. Langit rendum tanpa awan. Matahari enggan tampak akan manusia dusta. Semilir angin yang begitu sejuk berubah menjadi rasa kelam. Aura bahagia telah sirna diganti rasa kemurungan. Sidak, kasus semalamlah penyebabnya. Pelanggaran berat telah terjadi. Tak satupun siswa-siswi berani berkutik. Semuanya menadah, memohon ampunan pada yang maha kuasa. Kecuali dua pelajar yang akan dihakimi. Mereka di bawa ke ruangan sidang, ruangan serba hitam tanpa adanya penerangan. Suara bising, riuh-gemuruh memenuhi ruangan. Memecah keheningan yang merambat sedari tadi. Mataku ditutup, hanya kegelapan yang mendampingi.

***

Sorot lampu tepat mengenai mataku. Rasa sakit seketika menjulur ke seluruh tubuh. Aku ditempatkan di dalam kerumunan manusia yang ingin mendengar penjelasan dari mulut ini.  Wajah manismu tertutup cadar panjang. Tepat di samping bangku ku. Sorak-sorakan dari kerumunan semakin menjadi. Penghakim tepat di depanku, beserta jajarannya. Keringat bercucuran tanpa henti, debaran jantung yang enggan hilang. Raut wajah kecewa timbul diantara ramainya manusia. Tak ku lihat senyuman melainkan tangisan. Suara penghakim mulai terdengar, memecahkan bisingnya kerumunan mausia.

Beragam Kisah di Secarik KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang