[awal]

210 25 8
                                    

Warning!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka,dan hanya imajinasi author juga meminjam nama untuk karakter nya,hal apapun yang tidak pantas (adegan kekerasan,ucapan kotor,dll)dalam cerita ini di mohon untuk tidak ditiru,jadilah pembaca yang bijak^^

Enjoy it guys ~

Suara biola itu memenuhi seisi kamar yang mana menghasilkan nada yang menyesakkan dada seolah setiap gesekan pada biola mampu mengiris luka batinnya semakin dalam dan mencoba mengoyak raga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara biola itu memenuhi seisi kamar yang mana menghasilkan nada yang menyesakkan dada seolah setiap gesekan pada biola mampu mengiris luka batinnya semakin dalam dan mencoba mengoyak raga.Instrumen yang benar-benar menghantui pikiran dan kewarasan.

Pemilik kamar yang terduduk di pojok kamar memilih untuk tenggelam dalam kedua kakinya yang tertekuk dengan tangan yang menutupi telinganya erat berharap suara-suara itu segera pergi.
Air matanya mengalir tanpa henti dari kedua netra coklat madu miliknya yang kini memancarkan sorot sendu nan kelam,ada pancaran ketakutan dari netra basah miliknya.

"Tolong... berhenti."

Suara parau itu mencicit pilu.

"Aku tidak mau mendengarnya."

Isak memilukan hati yang teredam oleh gelapnya kamar dengan jendela dan tirai yang menutup sempurna meskipun diluar sana sang mentari mulai memunculkan wujudnya,ruangan itu diisi seorang.
Namun suara biola menyakitkan itu kembali terdengar bahkan semakin terasa keras.

"Berhenti!!."

Ia mulai menjambaki rambut hitamnya yang mulai memanjang dan menutup sebagian sisi wajahnya.

"Aku bilang berhenti sialan!!."

Dirasa suara itu tak kunjung jua berhenti ia mulai merasa tertekan dan tubuhnya bergerak mencari asal suara.Menghancurkan barang disekitarnya yang kiranya menghalangi.
Dalam sekejap kamar yang bernuansa putih gading itu tampak seperti kapal pecah dengan barang-barang berserakan tak sedikit pula yang rusak dan pecah.

Tubuhnya melemah dan jatuh merosot,kembali menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya dengan getaran hebat pada tubuh rapuh miliknya.Menangis sejadi-jadinya berharap suara-suara itu segera menghilang.Tenggorokannya sudah terasa sakit akibat berteriak terlalu lama dan terasa kering.
Selalu saja ia dibangunkan dengan cara seperti ini kala fajar tiba.

Netra nya berpendar guna mencari benda yang ia butuhkan disaat seperti ini.Matanya melebar sejenak mendapati apa yang ia butuhkan, diraihnya pecahan kaca yang teronggok tak jauh dari tempat ia terduduk.

Digoreskan nya benda bening tajam itu di lengan kiri miliknya,seketika suara biola dengan nada menyakitkan itu lenyap menyisakan keheningan.
Hingga kaca dan lengannya berlumuran darah.

Mengapa ia harus selalu melakukan ini?
Melukai dirinya untuk menarik kembali kesadarannya pada dunia nyata?.

"Yohan...maaf....maaf sudah membuat mu pergi."

Maafkan aku.

Maaf yang kesekian kalinya dari Yeosang.

__________________ ׂׂૢ་༘࿐

Matahari bertengger apik di atas langit jingga dengan awan bertaburan menciptakan bentuk abstrak namun begitu elok.
Cuaca sore hari ini begitu bagus namun bukan berarti cuaca bagus akan menciptakan keberuntungan yang bagus pula,sebuah kesialan pada seorang pemuda berwajah rupawan yang kini menahan umpatan yang sudah diujung lidah.

Angin di sore hari itu menerbangkan beberapa helai rambutnya yang berwarna coklat gelap dan membelai lembut wajahnya.Ia berjalan gontai sebab hari ini terasa begitu melelahkan,fisik dan batinnya begitu lelah bagai di ujung tanduk terutama di bagian hatinya.

Bagaimana tidak, hari ini ia kepergok kekasihnya saat berkencan dengan wanita lain yang juga merupakan kekasihnya namun kekasih yang entah sudah keberapa.Ia sedang tidak berminat untuk menghitung.

"Jung Wooyoung keparat!!"

Teriaknya mengumpati dalang dari masalah yang ia terima hari ini,sebab ia yakin bahwa teman nya itu lah yang telah memberitahukan keberadaan nya pada wanitanya saat tengah bersama wanita yang lain.Tck,sialan.

Kakinya yang dibalut celana jeans hitam dan sepatu Converse hitam putih itu berbelok menuju salah satu cafe terdekat guna membeli ice Americano,ia butuh itu sekarang untuk mendinginkan kepalanya.Langkahnya melambat saat bangunan tak terlalu besar itu namun dengan ukiran klasik di tiap temboknya semakin dekat.

Choi Jongho,ya pria yang sedang tidak beruntung itu adalah Choi Jongho.
Mula nya ingin menyenangkan hati dengan berkencan malah mendapat tamparan di kedua pipinya.
Jongho sedikit meringis kala mengingat kejadian penamparan tadi.Bonusnya ia juga kembali mendapat pukulan sayang nan mematikan di bahu kirinya berkat tas bermerek namun ia yakini bukanlah yang ori itu menghantam telak, pelakunya adalah wanita yang ia kencani tadi.

Hari yang tidak beruntung.

Tetapi tidak apa.Ia masih memiliki wanita yang lain.Namun ada yang janggal disini.Mengapa tidak ada kata 'putus' yang terucap? Oh tentu saja mereka mana mau mengatakan itu disaat ia memiliki segalanya.
Dia tampan dan kaya,itu intinya.

Jika sudah begini ia akan memutuskan mereka besok sebagai bayaran karena sudah mempermalukan dirinya didepan khalayak ramai.Cih.

Sibuk dengan acara mendumel seorang diri ia bahkan tidak sadar telah masuk kedalam cafe dan duduk di salah satu meja pojok, memanggil pelayan dan mulai mengucapkan pesanan miliknya.
Sempat berdecak kesal karena beberapa menu disana menarik perhatian Jongho untuk dibeli.Ck! Ia kemari hanya ingin membeli ice Americano !.

Menunggu lebih dari 5 menit akhirnya pesanan Jongho tiba di antar oleh salah satu pelayan.

"Terimakasih nona."

Ucapnya usai pelayan itu meletakkan gelas pesanannya.Namun ucapan terimakasih dari Jongho malah membuat pelayan itu menampilkan wajah kesal dan jangan lupakan delikan tajam serta pesanannya yang ia tarik kembali.

"Maaf nona aku harus segera mending-"

"Aku tidak peduli!!."

Pelayan itu memberikan tatapan tajam yang menusuk namun Jongho bukannya merasa takut ia malah merasa gemas.

"Kau memanggilku apa?! Nona?!!"

Ia mendengus kesal,lalu kembali berucap pedas.

"Aku ini pria! Dan hentikan tatapan menyebalkan mu itu!."

Setelah mengerti inti dari kekesalan pelayan itu Jongho berkedip beberapa kali.

"Kau yakin?."

Pelayan itu memutar bola matanya jengah,lalu meletakkan dengan kasar cup ice Americano pesanan Jongho dengan kasar.Kali ini ia akan memaafkan pria ini.

"Ini."

Dengan tidak tau dirinya,tangan Jongho telah bertengger apik di punggung tangan berhias jemari lentik dari sosok pria cantik itu dengan tidak sopan nya.

"Boleh aku tau siapa nama mu cantik?."

╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ-

╰┈➤ ❝ [ TBC ] ❞


Vote komen juseyo~

Stay happy and healthy guys (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

See u next chapter (⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠)

𝑸𝒖𝒆𝒓𝒆𝒏𝒄𝒊𝒂||𝙹𝚘𝚗𝚐𝚂𝚊𝚗𝚐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang