Enjoy it guys ~
Part pendek...
Yeosang membenci segala apa yang terjadi padanya,ia benar-benar tidak tahu sampai kapan ini semua berakhir.
Yeosang hanya memiliki Seonghwa disisinya sejak kejadian 'itu' sampai saat ini.Seonghwa pernah memberi tahu pada keluarga Yeosang mengenai kondisi Yeosang pasca kejadian kelam tersebut.
Namun respon yang didapat Seonghwa tak mampu pasti ia artikan, respon orangtua Yeosang seperti enggan menerima keberadaan anaknya.Seperti merasa malu dan menganggap Yeosang aib.Ayah dan ibu Yeosang berubah ketika mengetahui kondisi mental Yeosang,mereka memilih untuk tidak peduli dan benar-benar menganggap itu sebuah aib yang mampu merusak reputasi mereka.Orangtua Yeosang menyimpulkan bahwa anak tunggal mereka tersebut 'gila' dan lebih baik jika Yeosang 'menyusul' Yohan sebab tak ada gunanya jika Yeosang melanjutkan hidup jika memiliki keadaan seperti itu.
Ah sedikit kejam,namun Seonghwa tak akan membiarkan keinginan orangtua Yeosang terwujud.Apapun itu ia akan selalu berusaha melindungi dan menyembuhkan Yeosang.
Dalam pikiran ayah Yeosang hanya ada reputasi yang harus terlihat sempurna dimata orang begitu pula dengan ibunya dimana jelas-jelas Yeosang membutuhkan dukungan dari keduanya. Alih-alih memberi dukungan,mereka malah semakin mendorong Yeosang pada jurang keterpurukan.
Yeosang mengetahui apa yang membuat mereka abai,dan Yeosang merutuki dirinya sendiri yang menjadi sumber kesedihan orang lain.Yeosang merasa jika dosa nya semakin bertambah tiap harinya.
Haha mengapa orang-orang mudah sekali dibutakan oleh kesenangan duniawi ini?
Hingga enggan untuk melihat kebawah.Berkali-kali Yeosang jatuh, terpuruk, terjebak dalam titik kegelapan.Namun beruntung saat itu Tuhan masih berbaik hati untuk memberikan anugrah dengan kehadiran Yohan dalam hidupnya dan ya ternyata tak bertahan lama.Ia kembali kedalam titik terendah sekali lagi bahkan jauh lebih parah dan fatal.
Tuhan masih menyayangi dirinya ternyata dengan memberikan sosok yang mampu membangkitkan setitik harapan menjadi luapan yang tak terhingga,berujung menjadi obat yang mampu menutup lukanya.
Jongho,harus dengan apakah ia menyebut sosok pria tampan itu?
Anugrah?
Harapan?
Obat?
Pelan-pelan menariknya dari lilitan benang masa lalu dan membantu membuka lembaran baru dengan mengiyakan ajakan Jongho untuk ikut bersamanya ke suatu tempat untuk memperbaiki diri yang ia katakan semalam?.
Bahkan Jongho menjadi alarm rutin Yeosang di pagi hari, menghubungi nya pukul 6 pagi tanpa keluhan dan hanya akan memberinya kata-kata penyemangat ataupun rayuan yang sedikit membuatnya geli namun selebihnya menimbulkan getaran hangat di lubuk hati.
Tak jarang panggilan telepon Jongho mampu meraih Yeosang pada dunia nyata,ia kalut sendirian namun seolah mengerti tubuhnya langsung merespon dan langsung menarik diri dari halusinasinya apabila ponselnya berbunyi dan nama Jongho tertera disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑸𝒖𝒆𝒓𝒆𝒏𝒄𝒊𝒂||𝙹𝚘𝚗𝚐𝚂𝚊𝚗𝚐
RandomWaktu perlahan menyembuhkan ku...Bermula saat Raga dan Kesepian menyatu...Terasa mencekik batinku dan mendesak ku untuk segera pergi sejauh mungkin.Logika ku berpikir untuk lebih logis namun jiwa malang ini terlalu bodoh dan terus berlari. Bersikuku...