1

1.1K 196 10
                                    

"Bertengkar lagi?"

Abie mengangguk, kepalanya tidak sesakit siang tadi apalagi sekarang sudah meneguk teh hangat bikinan Alma.

"Sabar dan perbaiki lagi." Alma tersenyum hangat pada sahabatnya. "Jadi laki-laki harus pintar tanggung jawab, sudah minta maaf belum?"

"Sepertinya kali ini tidak akan dimaafkan, kami bertengkar di kantin depan anak-anak."

Amat disayangkan, batin Alma. Dia tahu kalau sahabatnya itu begitu menyayangi Fia, gadis yang sudah dipacari selama dua tahun lebih dan akan dipinang akhir tahun depan.

"Kalau dia masih sayang tidak akan mundur semudah ini, kamu juga harus memperjuangkannya. Cincin sudah ditempah kan?"

Iya, Abie juga masih menyayangi Fia. Namun, di balik perjuangannya ada sahabat yang selalu support hingga hubungannya dengan sang pacar bertahan sampai sekarang.

"Aku sudah telepon mama, gedung di Bali jadi kita pakai. Semangat ya untuk membuat keadaan kembali membaik," kata Alma dengan gesture andalannya setiap kali menyemangati sang sahabat.

Banyak moment yang dilewati selama dua tahun lebih bersama sang pacar tak luput dari ide kreatif Alma, bahkan sahabatnya itu sedang mempersiapkan acara lamaran di Bali setelah yudisium Fia nantinya.

"Aku usahakan."

Alma tersenyum bahagia, harapannya besar untuk kebahagiaan sang sahabat.

******

Selesai, entah sudah berapa kali kata itu diucapkan ketika mereka bertengkar. Fia selalu yakin setelah mengatakan itu bukan mereka akan benar-benar selesai, dan kembali terulang dengan melanjutkan hubungan seolah melupakan kata keramat yang mengakhiri ikatan mereka dua hari lalu.

Kebiasaan Fia ketika bertengkar adalah memblokir akses baik WhatsApp, seluler maupun Instagram. Tapi ketika ingin mencerca Abie gadis itu kembali membuka akses tersebut.

Namanya masih sayang, masih ingin dipertahankan dan diperjuangkan begitu kira-kira keinginan positif Fia.

Pagi tak secerah kemarin, dengan lembut gerimis mulai menyapa bumi selembut hati Fia yang selalu memaafkan kesalahan Abie.

"Pagi," sapa Abie ketika langkah kaki telah sampai didekat sang kekasih.

Napas Fia tertahan, baru semalam mereka berbaikan lalu pagi ini gadis itu kembali melihat sosok Alma.

"Itu bukannya mobil kamu?" tatapan Fia tak beranjak dari mobil yang masih terparkir sekitar 50 meter dari posisi mereka.
Ia memperhatikan Alma yang melambai akrab pada beberapa orang yang mungkin mengenalnya.

Ah.... Sebelum Fia menjadi kekasih Abie wanita itu sering mampir atau mungkin Abie yang mengajaknya.

"Iya, lagi ada keperluan." dan Alma tidak mau Abie mengantarnya.

"Tapi aku tidak bawa mobil." muka Fia masam.

"Ada mobil Ijonk, jam makan siang nanti diantar."

Fia tidak pernah berteman dekat dengan seorang laki-laki, jadi sampai kapanpun dia tidak bisa memaklumi sikap Alma yang begitu bergantung pada kekasihnya.

Mungkinkah jika mereka menikah nanti, Alma akan menjauh dengan sendirinya?

"Eum." datar tak bernada dan Abie tahu Fia sedang kesal.

Ingin Abie memberitahu bahwa Alma sama sekali tidak merepotkannya malah tidak ingin menggunakan mobilnya tapi laki-laki itu ingat pesan sahabatnya.

Bertahan atau tidak sebuah hubungan tergantung pada laki-laki karena wanita tidak sesabar pria jadi Abie harus banyak mengalah demi mempertahankan hubungannya dengan Fia.

Teringat pada janji semalam Fia mengkonfirmasi hal baru. "Setelah jalan nanti jangan langsung pulang, jam 07.00 kita jemput mama di bandara."

Sebenarnya hari ini Abie tidak ada jadwal mengajar, tapi tetap datang seperti permintaan Fia. Ia akan menunggu selama 3 jam ke depan setelah itu akan jalan-jalan dengan kekasihnya.
Mulai dari jam 11 siang hingga sore nanti dia akan menemani si pacar, tak terpikirkan sampai malam.

"Mama mau bertemu?"

"Nggak bilang sih, kita jemput aja nanti mana tahu ada yang mau diomongin."

Antara ingin menolak tapi tidak bisa, Abie hanya diam saja dan baru bergerak menuju ke kantor ketika Fia izin ke kelas.

Tidak ada yang meminta waktu Abie malam nanti, tapi nanti malam dia juga harus ke bandara dengan tujuan yang sama tapi berbeda orang yang akan dijemput.





Jejak DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang