4

545 93 1
                                    

 Bukan Alma tapi rekan-rekan Abie yang menyiapkan party menyambut pelepasan masa lajang sang sahabat, hanya di awal semangat Alma pada acara ini selebihnya para rekan yang membantu hingga acara berlangsung.

Fia hadir? Tentu, dia yang awalnya keukeh menolak kini datang dengan percaya diri. Bukan pada rekan sahabatnya ingin memperlihatkan siapa dirinya tapi pada Alma.

Alma yang harusnya menjadi pembuka acara tapi diserahkannya pada Meta, bukan tak punya muka menghadapi Fia tapi lebih masih memikirkan apa yang membuat Fia begitu marah dan timbul rasa cemburu padanya?

Tidak duduk sendiri di sudut ruangan, ada teman-teman bersamanya. Dari tempatnya Alma memperhatikan kebersamaan Fia dan Abie, ia berbahagia untuk kelanjutan hubungan dua orang itu terlepas dari kemelutnya.

Dia yang selalu mendoakan kebahagiaan sang sahabat tertimpa hal seperti ini, awalnya sudah berusaha dilupakan namun kata-kata Fia cukup nyelekit.

Di depan sana Fia merangkul lengan Abie dengan senyum lebar membuktikan bahwasanya pada malam ini dia sangat bahagia. Gadis itu juga mengucapkan terima kasih pada semua rekan tanpa menyebut nama mereka. Hingga tiba Abie yang memanggil nama Alma dan meminta sang sahabat bergabung bersamanya.

Alma bangun dan melangkah ke depan tanpa melihat raut Fia, ia tidak akan bangun andai Abie tak memanggilnya. 

Sampai di sana Alma mendengar ucapan terimakasih sahabatnya, tulus dan bersahaja membuat semua rekan terharu. Ekspresi yang berbanding terbalik dengan Fia, kali ini dengan jelas tatapan tak menyukai tersorot dari gadis itu tak peduli dengan penilaian orang lain.

Alma tak pernah memeluk Abie sebelumnya, ini kali pertama wanita itu dipeluk oleh sahabatnya. Mereka sama-sama tahu, tak ada kebersamaan lagi ke depannya. Tak lama pelukan itu terlepas, tak ada air mata karena keduanya sama-sama bahagia atas  kelanjutan hubungan ini.

"Siapa yang telepon?" tanya Abie dengan suara rendah ketika Alma hendak berjalan menjauh dari sepasang kekasih tersebut.

"Mama, aku angkat dulu ya. Mana tau penting."

Abie mengangguk tak sempat memperhatikan lagi langkah sahabatnya karena Fia sudah menariknya.

"Tidak ada yang ingin Mas sampaikan?" jujur, untuk ekspresi sebahagia ini Fia memaksakan diri.

Pertama kali dipanggil dengan sebutan mas, Abie terharu dan meremat tangan sang pacar yang sebentar lagi akan halal menjadi miliknya.

"Sebagai calon istrimu, pasti ada sesuatu kan?"

Tentu, Abie sudah menyiapkan ucapan spesial juga sebuah cincin untuk lamaran malam ini sebelum resmi bertemu orang tua Fia.

Terucaplah kata-kata indah hingga sebuah kalimat lamaran yang cukup manis dan romantis mampu menyembuhkan kegundahan dan rasa cemburu Fia.

Akhirnya tidak sia-sia dia menghadiri acara yang disiapkan rekan-rekan Abie untuk mereka, malam ini Fia sangat bahagia dan tak sungkan mendekat dan mengecup singkat bibir pria tersebut. Sorak-sorai gembira terdengar, terselip harap dan doa baik untuk calon pengantin di hadapan mereka.

Sekalipun sudah mengetahui kalimat apa yang akan dikatakan Abie malam ini untuk calon istrinya, bukan berarti Alma tidak ingin mendengar lagi tapi ia menjauh dari kehebohan acara tersebut demi mengangkat telepon ibunya.

Iya, dari ibunya Alma juga mendapatkan kabar bahagia bahwasanya salah satu sepupunya akan menikah Minggu depan dan ia diminta untuk hadir sekalian memberitahu Abie.

Pasti ada kabar bahagia untuknya mengingat malam ini dia telah berbahagia dengan acara untuk kelanjutan hubungan sama sahabat dan yang kedua dia mendapat kabar salah satu sepupunya juga akan menikah. Sama-sama kabar yang membahagiakan, bukan?

Jejak DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang