Mata sembab tertutup dengan make-up sempurna, Alma tampil cantik di hari bahagia Abie dan Fia. Tak ada seorang pun yang tahu apa yang tengah dirasa wanita yang kehormatannya telah terenggut.Orang tua, kerabat dan semua rekan berkumpul, perasaan pilu terpaksa diketepikan sejenak karena ini hari besar Abie dan Fia. Bergabung dengan mereka, ikut melebarkan senyum berupaya mengabaikan himpitan dada yang begitu menyesakkan.
Hari ini seharusnya menjadi hari yang indah, itu yang diyakini Alma jauh-jauh hari, dia yang mempersiapkan segalanya dengan suka cita dengan harapan sang sahabat bahagia dan ia pun bahagia melihatnya.
Namun sesuatu telah terjadi beberapa jam lalu, fakta yang begitu menyakitkan telah terjadi atas dirinya.
"Kamu cantik sekali," bisikan dari samping membuat Alma terpaku. Suara itu.... dikenalinya.
"Terimakasih," ucap Alma setelah melihat sosok yang berbisik ke telinganya.
Alma tidak ingin terlihat gugup, sebisa mungkin mengendalikan diri agar tampak biasa. Meski gurat gelisah ada wajah yang sedih dipenuhi ketakutan telah tertutupi make up bisakah Alma bersikap se-tenang pria di sampingnya?
"Kamu tidak bertanya siapa yang ku bawa?"
Alma tidak bingung, satu hal yang dipastikan bahwa dia tidak akan berterus terang sekarang. Tak perlu bercerita....pada siapapun, yakin jejak dosa itu akan segera menghilang.
"Sofia, putri kecilku." Tama memperkenalkan gadis kecil di sampingnya.
Baru beberapa jam yang lalu dia mengalami kejadian yang cukup tragis dalam hidupnya, sampai detik ini jiwanya masih terguncang namun itu beberapa detik sebelum maniknya tertuju pada gadis kecil bernama Sofia.
Alma kembali diingatkan pada kisah semalam tentang Tama dengan kedua almarhumah istrinya ternyata ada seorang gadis kecil yang tidak sempat merasakan hangatnya kasih seorang ibu.
Detik ini Alma merasa ada yang lebih terguncang jiwa dibandingkan dirinya. Karena Alma sudah cukup dewasa untuk menerima fakta tentang semalam sementara Sofia....
"Hai Tante." Sofia memberi salam, tangan mungilnya terulur menunggu Alma menyambutnya.
"Hai," balas Alma dengan suara rendah.
Gadis kecil itu membuka tas yang menggantung di bahunya lalu mengeluarkan dompet kecil yang cukup menggemaskan.
"Aku punya foto Tante."
Alma terkesiap pada lembaran kecil yang ada di tangan mungil Sofia.
"Aku sering bilang ke Papa, kalau kita mirip. Aku ingin bertemu dan kata Papa suatu hari nanti, ternyata hari ini."
Kata-kata polosnya terucap dengan raut riang, mampu membuat Alma terkesima.
Masih terlalu dini untuk memikirkan hal itu, batin Alma.
"Tante cantik, aku juga."
Kali ini Alma dibuat tersenyum.
Asal muasal foto tersebut tidak dipertanyakan, itu memang fotonya dan Alma tidak tahu dari mana Tama mengambilnya. Foto dengan seragam SMA itu tidak membuat Alma penasaran.
Tatapan Tama bukan tak disadarinya, tapi Alma belum siap membalas tatapan itu, segala sesuatunya belum siap. Ia tak ingin memulai sesuatu dengan awal yang salah.
Alma merasa sedikit lega ketika seseorang memanggil Tama, tapi dia tak bisa menolak ketika Sofia ingin tetap dengannya dibanding ikut dengan Tama.
Kini tangan mungil Sofia dalam genggaman Alma, ia membawa gadis kecil itu ke sebuah meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Dosa
RomanceAda dua rasa antara nyaman dan cinta, nyatanya bukan cinta yang mempertahankan sebuah hubungan. Mereka setia, juga memiliki cinta yang menggebu. Tak tahu ada takdir yang mengikat seolah ingin mereka sadar pada keinginan hati yang selalu ditolak. Lal...