jauh

186 22 3
                                    

Ais merem, posisinya lagi diatas kasur dengan badan yang terlentang. Cahaya lampu kamar terasa masih bisa menembus kelopak mata yang sedang tertutup rapat. Dia baru aja pulang dari sekolah.

Ah, sumpah deh.

Selama ini, Ais sekolah dari jam enam pagi ke jam enam sore. Rasa-rasanya.. dia makin jarang ketemu orang tua. Ayah kerja sampai malam (sekarang aja lagi ada tugas di Singapura), ibu bekerja sebagai guru saat pagi lalu ada tugas organisasi sosial setiap sore (yang kadang pulangnya sampai Maghrib).

Ais nggak suka.

Nggak tau kenapa, dia nggak suka kayak gini.

Sabtu dipakai untuk ekskul, Minggu ada pengajian pagi lalu tugas kelompok. Demi Allah, dia bahkan lupa kapan terakhir kali pergi berbelanja bulanan dengan orang tuanya.

Dia kangen. Banget. Kangen masa SMP di saat-saat masih pulang cepat karena pandemi. Atau lebih baiknya, sekolah daring membuatnya lebih dekat sama ibunya.. paling tidak.

Tapi apa daya, Ais sudah besar. Dia juga heran. Kenapa lama-lama dia jadi makin jauh sama orang tua? Ini baru aja SMA, gimana kalau kuliah nanti? Dia berniat merantau. Namun setelah dipikir-pikir.. mungkin sebaiknya tidak.

"Ais? Makan dulu, yuk?" Ibunya memanggil dari ujung pintu kamar, Ais langsung melek karena kaget.

"Bu? Bukannya sekarang ibu organisasi dulu?" tanya Ais memastikan. Ibunya menggeleng, lalu menunjuk jendela kamar. Oh, hujan.

"Mau makan nggak? Ibu masak paru, kesukaan Ais. Makan bareng yuk?"

Ais langsung berdiri dari kasur terus samperin ibunya. Ada rasa geli di dadanya, merasa senang karena akhirnya bisa makan bareng ibu setelah sekian lama. Meskipun ayah absen.

Cerita Biasa (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang