Bagi saya dulu cinta itu rumit, serumit saya mempercayainya. Tapi kali ini berbeda, atau mungkin karna Sereia yang ada disini.
Sebelumnya saya tidak pernah berpacaran dengan gadis manapun, begitu pula dengan Sereia yang sangat tidak mungkin mempunyai hubungan karna sifatnya yang sudah kalian tau.
Hari ini Sereia mengajak saya membuat kue putu untuk ulang tahun Mama nya. Rencananya ia akan membuat hampir lebih dari 50 kue putu untuk dia susun menjadi kue ulang tahun bertingkat. Karin tidak mau membantu karna katanya dia sudah mempunyai kado sendiri.
“Kamu tolongin masukan ke kukusan aja ya?” Gadis itu menginstruksikan saya untuk meminta bantuan. Saya mengangguk dan memperhatikan dia yang sibuk menuangkan adonan hijau yang gurih air kelapa itu.
“Ini” Sodornya pada saya. Saya menurut dan melakukan pekerjaan dengan perlahan karna memang kekasih saya ini akan mengamuk jika ada adonan yang miring sedikit saja.
Saya baru tau jika Sereia, gadis ini pandai memasak. Ternyata dia sudah belajar sejak SMP katanya.
“Kak Abi, nanti tolongin tiup balon ya ya ya??” Ucap Karin yang tiba-tiba muncul didepan kami yang sedang sibuk di dapur.
“Nanti heh! Orang lagi ada kerjaan lain juga” Sereia yang membalas. “Ya kan yang boleh minta bantuan bukan cuma Kakak aja ya” Karin kembali membalas sewot.
“Pelit banget sih, lagian Kak Abi kan mau juga nolongin aku. Ya kan Kak?” Ujar Karin pertama pada Sereia dan beralih ke Saya.
Saya mengangguk tapi Sereia tidak setuju menggeleng dengan memberengut sikap cemburu.
“No no no, tiup sendiri!”“Ih emangnya Kakak siapa sih ngatur-ngatur boleh enggaknya Kak Abi?” Ucap Karin yang sudah pasrah mengomel berbalik badan.
“Pacarnya ya!” Jawab Sereia yang spontan membuat Karin berbalik dan melotot kearah Saya.
“Oh my God! Kakak bohong nih ya!” Ujar gadis itu terkejut dan memberikan tanda tanya besar pada Sereia.
Sereia hanya diam dan sedikit menggelengkan kepala entah karna apa. Tak lama hal yang tidak terduga ada, Karin berbalik dan lari menuju kamarnya yang ada di sebelah kamar orangtuanya.
Sereia nampak panik dan melepas apron yang ia kenakan dengan tergesa. Saya disini kebingungan dan memilih untuk mengekor.
“Karin!” Sereia memanggil Karin yang sudah duduk diatas ranjang dengan posisi tubuhnya yang menutupi wajah.
“KAKAK GITU YA SAMA ADEK!” Ujar Karin dengan menangis(?) Saya sedikit tidak mengerti dengan situasi ini.
“Ke-kenapa sih Kakak bisa suka juga sama Kak Abi! Kan aku duluan!” Saya jelas terkejut mendengar penuturan gadis remaja itu. Saya sedikit memundurkan diri untuk memberi mereka ruang berbicara.
“Karin dengar Kakak. Kakak memang salah, tapi kamu tau nggak sih kalau kamu suka sama Kak Abi karna kagum kalo dia ganteng doang” Sereia mengatakan hal itu kepada Karin yang jelas saya dengar. Saya hanya diam dan menunggu Karin.
“Kapan aku bilang gitu coba?!” Karin membentak, Sereia memejamkan mata mencoba menetralisir emosinya.
“Kamu lupa, kamu lagi emosi. Lagian dek.. nggak baik gini ah, Kak Abi jadi nggak enak hati tuh” Entah kenapa Sereia yang membujuk Karin terlihat seperti membujuk anak kecil.
“Karin, Kakak minta maaf ya? Ini memang salah Kakak, tapi ini bisa dijelasin nanti. Kita hari ini rayain ulang tahun Mama ya? Let's have fun!” Sereia berhasil membuat gadis itu terdiam dan mendongakkan kepala. Tapi Karin seperti enggan melihat kearah Saya. Gadis itu mengibaskan tangan dengan gerak mengusir kearah Saya.
Sereia mengangguk dan kami segera keluar.
“Sereia! Kue putu-mu!” Saya memanggil Gadis itu yang masih berjalan santai, dan langsung dia panik mengangkat adonan dalam kukusan itu yang sudah mengembang.
Hari itu Saya tidak tau harus mendeskripsikan bagaimana perasaan saya tentang cinta.
Saya merasa di hargai, merasa menjadi bagian walaupun hanya dalam proses sebagai kacung kukus kue putu.
—Perahu Kertas—
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu kertas [SHORT STORY]
RandomSebuah kisah yang saya tulis dengan kejujuran menyesal yang mendalam. Tidak sedalam sungai dimana perahu kertas kita layarkan, karna saya ikhlas begitu itu tertinggal di-2015. Abiyaksa