🎧Tahu Diri - Maudy Ayunda
Aku menemukan dia disini.
Belum menjadi tempat nostalgia karna ini menjadi saksi kejadian satu minggu lalu yang membuatku kehilangan akal.
Ada perasaan yang tidak dapat diartikan saat aku menemukan lelaki yang sama dengan seseorang yang berlari keluar dari pagar rumahku satu jam yang lalu.
Tungkaiku terayun kearahnya diujung tebing sana.
“Abiyaksa” Panggilku setelah satu minggu membisu untuk namanya.
“Jangan melangkah, tebing ini terlalu menyeramkan untuk kamu bukan?” Pemuda itu bersuara sedikit parau tanpa menoleh padaku.
Aku memperhatikan dirinya yang sedikit kelihatan berubah. Pipinya sedikit cekung karna tulang pipi yang sedikit nampak, memang dia pasti tidak baik-baik saja. Maka aku disini, setidaknya menjadi obat mujarab bagi dia pula.
Setelah itu hening dan diamnya terlalu pedih bagiku. Tapi aku memilih tersenyum tipis di belakang punggungnya yang masih terfokus pada pemandangan sungai yang tetap tenang tidak seperti terusik oleh dua bedebah yang mampir kesini.
“Abi-”
“Apa kamu sudah cukup berani untuk menyembuhkan diri sendiri meski itu menyakitkan?” Tanyanya padaku dengan badannya sepenuh berbalik kearahku.
Akhirnya aku dapat kembali menyelami mata hitam jelaga itu. Aku tau apa arti dirinya bagiku sekarang. Lebih dari singgah karna kisah yang singkat namun sangat mudah untuk diingat karna kami sama-sama pernah menjadi pertama untuk satu sama lain.
“Apa kamu sudah ikhlas?” Pertanyaan malah yang aku lontarkan untuknya, karna sebenarnya aku disini hanya untuk mendengar suaranya menjawab pertanyaanku.
“Tidak, tapi akan dicoba. Karna kita bukan juga boneka yang tidak berperasaan, kita juga bukan dua orang yang dapat bahagia dibawah pondasi rapuh. Karna kita sangat emosional, maka dari itu belum mengerti bagaimana rasa sayang dan cinta sebenarnya. Maaf, mungkin kamu akan bosan mendengar nya tapi benar-benar saya meminta maaf untuk semua kesalahan yang saya lakukan ke kamu.” Aku tidak tega melihat matanya berkedut sendu seperti itu, lebih baik perpisahan cepat terjadi walaupun jauh di lubuk hati terdalam aku masih sangat ingin memandangi setiap inci wajahnya.
“Apa pergi juga proses cinta bagimu?” Tanyaku lagi tidak bosan untuknya.
“Tidak untuk kita, Sereia. Kita cukup sampai disini, sungguh.” Ternyata lelaki pengguna aksi ini dapat terlihat sedih berat, rasanya aku menyukainya.
“Aku takut seseorang yang kusayangi melupakanku, Abi” Ujarku seraya maju satu langkah mengahadapnya.
“Athazagoraphobia?” Tanya lelaki itu lebih seperti memastikan apakah yang ia sebut benar.
Aku tertawa kecil dan mengangguk mengatakan jika ia benar.
“Abi, kamu cinta pertamaku. Saat aku mengatakan cintaku habis di kamu.. itu benar, karna sisanya aku hanya ingin melanjutkan hidup. Terlalu klasik alasannya tapi diri kamu sendiri yang bisa dengan singkat membuatku jatuh cinta sedalam ini. Lebih dari kata maaf, apa itu? Aku ingin mengucapkannya karna telah mengacak-acak takdir semesta yang mungkin seharusnya tidak seperti ini,” Aku melangkah dua kali hingga berdiri tepat didepannya menyisakan jarak tiga jengkal.
“Boleh aku menciummu?” Lontarku menatap dalam pada setiap sudut wajahnya. Dia mengangguk dan merendahkan wajahnya agar sejajar dengan wajahku.
Aku mengecup singkat bibirnya lalu dalam dua detik kembali menempelkan bibir kami yang sama-sama beku. Setidaknya untuk terakhir kali begini, aku melumatnya lebih dalam sebelum akhirnya selesai.
Kami turun untuk melayarkan perahu kertas yang aku buat sebelum datang kesini. Hanya satu dan ini terasa sangat kekanak-kanakan.
“Sereia, namamu terlalu indah untuk patah hati melulu,” Ujarnya saat melihat perahu kertas itu tidak bergerak karna arus yang terlihat tenang.
“Setelah ini enggak akan ada lagi harum bunga yang buat saya kegirangan,”
“Saya ikhlas.”
selesai
—Perahu Kertas—
a/n :
Hai semuanya pembaca cerita singkat yang aku tulis dengan kebimbangan larut malam. Cerita ini telah selesai ditulis dengan gayaku sendiri yang tidak paham dengan apa sebenarnya itu sebuah 'tulisan' karna untuk pertama kalinya aku berhasil menyelesaikan sebuah cerita yang kumulai dalam bentuk paragraf-paragraf biasa.
Jika ada kesalahan dalam sebuah cerita yang kutuliskan, aku meminta maaf yang sangat tulus karna benar-benar itu diluar keinginanku.
Untuk cerita ini sendiri, aku berharap kita semua dapat mengambil sedikit baiknya dan buang semua keburukannya.
Mungkin hanya sekian yang dapat aku tulis disini, trims
Regards,
Daiichi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu kertas [SHORT STORY]
RandomSebuah kisah yang saya tulis dengan kejujuran menyesal yang mendalam. Tidak sedalam sungai dimana perahu kertas kita layarkan, karna saya ikhlas begitu itu tertinggal di-2015. Abiyaksa