S a t u

1.1K 51 3
                                    

Assalamualaikum,

Haiiii,

Aku hadir dengan cerita yang baru, nih....

Mungkin ini cerita bakal agak menguras esmosi, ygy....

Cuma, cerita ini nggak bakal seburuk statement di atas, (hihi) karena aku nggak berfokus pada perselingkuhannya si Prama atau gimana.

FYI, cerita ini bakal fokus ke Davinka dan Prama yang mengulang kembali masa yang dulu belum sempat mereka jalani sejak awal pernikahan dulu.

Note! Alur ceritanya mungkin agak lambat dan ada beberapa typo yang berserakan di mana-mana.

Pokoknya, "Selamat membaca," ajalah buat kalian semua.

Love you, ♥⁠╣⁠[⁠-⁠_⁠-⁠]⁠╠⁠♥

🌺

Teringat, waktu itu suasana terlihat cukup sibuk seperti biasanya. Ada Davinka yang dibantu oleh asisten rumah tangganya untuk menyiapkan sarapan pagi, dan ada juga Prama yang membaca koran bisnis yang sudah tersedia di atas meja.

Dengan rambutnya yang hanya dijepit tinggi di atas kepala, Davinka tampak begitu cekatan meletakkan semua makanan yang sudah dimasak ke atas meja. Menarik sedikit perhatian Prama ke arah masakannya, lalu berjalan cepat ke arah tangga rumah untuk berteriak dengan suara yang begitu kencang.

“Azka! Riana, cepat turun! Sudah jam tujuh kurang lima belas!”

Seperti alarm, Davinka memang selalu meneriakkan hal yang sama setiap paginya. Menunggu suara rusuh yang timbul dari tangga rumah, tatkala kedua anaknya bernama Prama berlomba untuk sampai ke lantai dasar.

“Apa menu sarapan kita pagi ini?”

Putri mereka Riana, juga selalu menanyakan hal yang serupa. Menghampiri ibunya yang tampak sibuk menuangkan susu ke dalam gelas, dengan butir keringat yang muncul dipermukaan make up-nya yang alami.

“Telur mata sapi setengah matang. Itu kesukaan kamu, kan?”

Mendengar itu, Riana sudah pasti langsung berteriak senang. Makanan kesukaannya yang hampir tidak pernah absen di menu sarapan pagi. Membuat ayahnya heran, apakah anak itu tidak pernah merasa bosan?

“Yey! Terima kasih, Ma!” ucap Riana yang girang, langsung duduk di salah satu kursi yang sudah Davinka siapkan untuknya.

“Lalu, untukku apa? Telur mata sapi juga?” tanya Azka, putra sulung mereka yang usianya lebih tua dua tahun dari Rania.

Sambil tersenyum, Davinka mendorong lembut tubuh Azka untuk duduk di kursi tepat sebelah Riana.

“Bukankah Kak Azka menyukai apapun yang Mama masak?” goda Davinka pada anak itu, yang memiringkan wajahnya sedikit.

“Memangnya, hari ini Mama masak apa?” tanya bocah itu lagi, sambil duduk di kursi yang ada di sebelah Rania dan melihat apa yang ada di atas piring sarapannya.

“Sosis goreng dengan nugget sapi. Bagaimana?” Davinka menyodorkan sedikit piring itu ke arah Azka yang langsung membuat wajah anak itu berbinar.

“Nugget sapi… Mama memang selalu tahu apa yang paling aku suka,” kata Azka, mengangkat dua ibu jarinya ke udara.

Prama yang melihat mereka sudah berkumpul, dengan Davinka yang sudah duduk di kursi sisi kanannya, mulai melipat koran yang sejak tadi dia baca. Memulai menikmati sarapan pagi mereka bersama, sambil sesekali membicarakan hal kecil yang mungkin tidak begitu penting.

Kurang dari lima belas menit, kegiatan sarapan pun selesai. Baik itu kedua anak mereka, Davinka yang sudah seperti gasing pun segera menyambar blazer hitamnya yang ada di bahu kursi makan. Mengenakannya sedikit buru-buru, sambil memberi komando pada dua anaknya untuk segera bersiap menuju garasi rumah.

Maybe Later (Tersedia di Playstore --> PlayBook!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang