4

305 22 14
                                    

Suasana gunung merbabu memang sejuk apalagi jika hari mulai gelap. Semua rombongan sekolah hits school baru sampai di gunung merbabu lebih tepatnya di pos bawah gunung itu. Sebelum mendaki gunung sekaligus mereka berjalan menuju pusat camping dimana mereka akan membangun tenda dan beristirahat disana, mereka terlebih dulu menurun kan barang barang mereka

Dengan di kawal beberapa polisi hutan, beserta tim sar tak lupa mereka juga didampingi oleh juru gunung tersebut. Berjalan layak nya kereta api, yang panjang dan rapi. Untuk menuju ke tempat lokasi membangun tenda, mereka harus berjalan kaki selama dua jam lamanya. Karena memang lokasinya lumayan jauh dari pos bawah. karena daerah itu sudah beberapa kali turun hujan jadi lah mereka di tempatkan di lokasi tersebut, lebih aman

Sudah selama satu jam mereka berjalan, dengan rute jalan yang menantang. Raga merasakan sesak pada dadanya, dia juga bingung sendiri. Kenapa tiba tiba? Awalnya raga pikir nafas nya hanya tersengal sengal biasa. Tapi ini malah makin parah, sampai raga berhenti dan memegang dada nya seraya terus mengatur nafas agar tidak sesak. Arga yang berada di belakang raga lantas memegang tubuh raga agar tidak terjatuh. Arsen dan vian yang berada di depan raga lantas membantu raga agar keluar dari barisan lalu membawa raga duduk di sebuah batu

" kenapa kenapa?" Tanya alvino yang panik menghampiri mereka

" Raga sesek bang" jawab arga

" ga? Lo sesek karena capek, apa lo punya asma?" Tanya masih panik

" Aku-aku punya as-asma bang" ujarnya dengan napas yang tersengal sengal

" Aduh! Mana guru guru jauh banget di bawah. YANG LAIN LANJUT YA!" Teriak al lalu yang berseru -ya- "polisi sama tim sar nya juga di depan anjrit! Abang lo mana si ha?" Lalu raga menggeleng tidak tahu, alvino berdecak lalu ia berlari ke bawah untuk memberi tahu guru, siapa tahu ia bertemu raka di rombongan guru. Itu lebih dekat dibanding ia harus menghampiri tim sar dan polisi hutan

Beruntung, raka memang berada di rombongan guru yang terlihat sangat tertekan karena ia harus selalu tersenyum menanggapi omongan guru yang lainnya. Tadinya raka ingin satu rombongan bersama sang adik tapi raka tidak sempat karena sudah di isi oleh kelas yang lainnya. Akhirnya raka bersama guru guru sekarang, melihat al yang berlari ke arah mereka, sontak ia dan guru guru bingung

" ada apa al?" Tanya kepsek

" Itu pak, yang bawa perlengkapan kesehatan siapa ya? Saya daritadi lari kok ga nemu, saya udah kasih saran kan pak? Kok ga ada?"

" kamu tenang dulu al, siapa yang sakit?"

" raga! Raga asma nya kambuh, dia sekarang lagi duduk di batu 300 meter dari sini" ujar alvino. tanpa pikir panjang raka langsung berlari menghampiri adiknya

" kamu bisa beritahu tim sar kan?"

" jauh pak! Tim sar di depan, polisi juga. Yaudah saya kesini beritahu guru guru, ini tanggung jawab kita pak!"

" yaudah, ga ada pilihan lain. kamu sama saya hampiri tim sar. Sekarang!" Dengan itu kepsek dan al langsung berlari menghampiri tim sar yang berada jauh di depan

Raka pun sampai di adiknya berada, ia langsung menyingkirkan tubuh arga yang membatu mengusap dada raga. Lalu langsung membantu adik nya menghirup inhaler yang ia bawa, napas raka juga ngosngossan karena tadi berlari. Setelah napas nya mulai membaik raga mendongak menatap abang nya dengan mata berkaca kaca, raka langsung memeluk adik nya dan raga memeluk pinggang abang nya erat dengan meremas jaket yang raka kenakan. Raka bisa merasakan jika tubuh raga bergetar ketakutan

" udah udah tenang, ga usah nangis. Ini sekarang inhaler nya lo bawa, perjalanan kita masih jauh. Ni senter, udah mulai gelap ini"

" abang deket adek aja ya?" Ujar raga memohon, setelah melepas pelukannya

Jiwa Raga (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang