10

254 17 15
                                    

Diruang vvip 3 dimana raga di rawat kini sepi karena keluarga nya yang lain sedang kembali kerumah untuk mengambil pakaian. Setelah seminggu mereka berada disana, sekarang. Di situ hanya ada raga dan raka, hanya berdua masing masing menikmati sarapan di pukul 08.00 pagi. Raga sesekali melirik abang nya yang tidak mengajaknya berbicara sedikit pun setelah kemarin

Raga memikirkan semua yang ia lalui setelah koma, memikirkan perkataan bunda dan ayah nya. Sepertinya mereka bohong-pikir raga, terbukti kan sifat raka memang tidak peduli terhadap raga dan mungkin raka bersikap seperti kemarin karena ada keluarganya yang lain. Tapi disini raga juga yakin ada sesuatu yang menyebabkan perubahan sikap yang di tunjukan abang nya, tapi raga juga bingung memikirkan hal tersebut. Terlalu banyak pertanyaan yang raga ingin tanyakan ke raka, tapi ia yakin raka tidak akan menghiraukannya seperti yang sudah sudah

Setelah raga menyelesaikan makannya, dia kesusahan untuk meraih obat dan segelas air putih yang berada di nakas tepat di samping nya. Raka yang melihat anak nya kesusahan, lantas ia menghampiri dengan raut wajah yang sangat datar. Memberi raga segelas air putih dan beberapa obat, mengangkat piring raga dan meletakkan nya di nakas, raga yang duduk melihat abang seraya bersandar. Raga yakin, abang nya itu punya jiwa yang lemah lembut. Buktinya sekarang?

Raka melihat anaknya yang kini tersenyum menatapnya, raka mengernyitkan alisnya karena heran "kenapa lo?" Tanya nya datar

"Gapapa bang, makasih abang" ujar raga lalu ia minum dan meminum obatnya. Sedangkan raka hanya berdecak dan kembali duduk di sofa dihadapan raga

Satu jam kemudian, raga merasa bosan karena sedari tadi hanya bermain ponsel yang di berikan raka tadi. Begitu juga dengan raka yang hanya bermain ponsel dan berbaring di sofa, tanpa melirik raga sedikit pun. Raga mengerutkan bibir nya bingung harus bagaimana agar raka mau berbicara dengan nya. Raga memutuskan untuk menanyakan tentang keluarga nya yang lain, mau bagaimana lagi sudah terlanjut bosan-pikir raga

"Yang lain nya ke sini lagi kapan bang?"

"Malam mungkin" jawab raka yang masih fokus pada ponsel nya, raga masih berusaha agar ada obrolan

"Fajar, reyhan, sama zahra suruh kesini aja bang. Biar ada yang di ajak ngobrol, adek bosen banget bang. Biar yang lain kesini malem gpp"

"Nggak, males gue. Berisik"

"ih! Abang aja diem doang, main hp terus. Ngomong kek gitu, adek tu ga bisa bang kalo diem diem gini"

" yaudah kayang aja kalo ga bisa diem"

" Yaudah! Adek keluar aja, mau ketaman! Disini bosen banget, ga ngapa ngapain!"

"Terserah lo" mendengar kata abang nya, raga merasa sakit hati. nekat! dengan badan yang masih lemas di turun dari brankar, bisa! Raga berhasil tapi setelah dia melangkahkan kakinya satu langkah dia sudah terjatuh tengkurap dengan infus yang terlepas. Raka langsung menghampiri raga dengan santai nya tanpa rasa khawatir sedikit pun

"Gimana? Mau keluar, hm?" Raga mendongak menatap abang nya dengan mata yang berkaca kaca, dengan terisak juga pastinya. Di perlahan mencoba untuk duduk, setelah berhasil duduk. Raka melihat mata raga yang bergetar dan memerah

Raka terkekeh dan mengulurkan tangan nya untuk membantu raga berdiri "ga usah! Aku bisa sendiri!" sentak raga dengan menepis tangan raka, raga juga merasakan sesak tapi dia sudah sakit hati. Dia tetap berusaha berdiri dengan asma nya yang kambuh. Raka hanya berdiri melihat anak nya yang berada tepat di hadapannya, seraya tangan yang di masukan kedalam saku depan celananya

Untuk kedua kalinya, raga terjatuh karena jujur raga merasakan nyeri yang sangat pada kakinya. Raga berteriak karena dia merasa dirinya itu sangatlah lemah, berdiri saja tidak bisa-pikir raga. Tak menunggu lama, raka langsung mengangkat raga agar berbaring lagi di brankar. Raka juga memanggil suster agar memasangkan infus raga kembali

Jiwa Raga (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang