Malam berganti dengan pagi, bulan telah berganti dengan matahari.
Saat ini seorang gadis sedang berada didalam kelasnya untuk mengikuti mata perkuliahan, ia sedang fokus mendengarkan materi yang sedang dipaparkan oleh dosen didepan.
Dia adalah Sabrina Athaya Luvena, di gadis yang kerap disapa dengan panggilan nana, gadis cantik berkulit putih, hidung mancung, dan memiliki senyum yang manis.
Gadis yang baru menginjak usia 18 tahun ini, Ia merupakan seorang mahasiswi hukum di salah satu universitas ternama di Indonesia.
Sabrina memiliki seorang mama, papa tiri, dan juga kakak tiri. jika kalian menanyakan dimana keberadaan papa kandunya? ntah lah ia juga tak tahu dan bahkan tak mengenalinya, bahkan sang mama nya sendiri pun enggan membahas hal itu.
Mamanya menikah dengan papa nio (papa tiri) saat Sabrina berusia 16 tahun.
Ia berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan, Mamanya memiliki sebuah perusahaan yang bernama ELD corp yang sekarang juga dikelola oleh papa tirinya. dan jangan lupakan sang kakak tirinya juga yang merupakan bagian dari keluarganya itu yang bernama Febian.
Dan jangan lupakan juga jika Sabrina memiliki seorang sahabat yang sudah bersama dengannya dari umur masih balita, dikarenakan mamanya dan mama dari
BRAK-
Seseorang membuka pintu kamar sabrina secara paksa dan membuat sang pemilik kamar tersentak kaget dengan suara yang dibuatnya.
"Lo pergi sana beliin gue nasi goreng yang didepan komplek..." ucap seorang itu yang tak lain adalah kakak laki-lakinya yang bernama Febian Adiyaksa.
Ya, ia memiliki seorang kakak laki-laki. Mereka berdua tinggal dirumah mewah itu hanya dengan papa nya saja.
"Ya ngga bisa dong kak.., nana kan baru aja jatuh dari tangga, jadi kaki nana keseleo kak..." jawabnya melas, ia harap kakaknya akan mengerti setidaknya sekali ini saja.
"Itukan salah lo sendiri bukan salah gue.., lo pergi sekarang atau gue laporin ke papa...?" ancaman kakaknya kali ini sukses membuat dirinya turun dari kasurnya dan langsung menghampiri kakaknya itu dengan berjalan pincang.
"M-mana uangnya kak?, biar Nana beliin..." tanya sabrina sambil menjulurkan tangannya.
"Pakai uang lo lah..., Lo kan udah kerja part time tuh dicafe orang, masa pelit sama kakak sendiri...?" ucap kak bian santai.
"Kak..., Nana baru seminggu kerja kak mana mungkin udah gajian..." Jelas Sabrina kepada kakaknya itu.
"Gue ngga mau tau, kalau lo ngga beliin gue nasi goreng itu..., Ya siap-siap aja lo gua aduin ke papa..." Ancam kak bian lagi.
Ia hanya bisa mengangguk paksa dan dengan kaki pincangnya ia segera melangkah keluar dari kamarnya, ia turun kelantai bawah dan segera menuju ke pintu utama.
Sabrina yang kini sedang berjalan menuju ketempat gerobak 'abang nasi goreng' itupun melangkah dengan lemah dan sampai akhirnya ia sampai pada tujuannya.
"Bang nasi goreng 2 ya..., satunya dibungkus satu lagi makan disini aja..." Pesan Sabrina kepada si abang nasi goreng itu.
"Siap neng..." Ucap si abangnya.
Setelah memesan, ia duduk di kursi sambil menunggu si Abang menyiapkan pesanannya.
"Ini neng silahkan dimakan..., biar saya buatkan pesanannya neng yang satunya..." Ujar si abang nasgor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Senja?
Teen Fiction"Mengapa Senja?" "Indah." Jawabnya seadanya sambil terus menatap kearah langit. "Malam juga ngga kalah indah dan yang pasti lebih lama, sedangkan sunset? cuma sebentar, jadi bikin bahagianya juga sebentar." Suara itu kembali menggeluarkan opini nya...