"aku memang sudah biasa dipukuli, tetapi sungguh aku tidak pernah terbiasa dengan suasananya.."
______________________________________
_____________
___
"Gue bilang kan ngga mau..."
"Ya gua juga minta alasannya kenapa..."
"Bukan urusan Lo"
"Jelas urusan gua lah, kan lo nolak gua!"
"Ya gue cuma ngga mau!"
"Gua juga cuma mau denger alasannya!"
"Apaan sih Rey!!" Sabrina yang mulai jengah dengan perdebatan diantara mereka (ini kalau debat bahasa Inggris pasti situasinya hot banget deh, jurinya pasti juga bingung buat kasih penilaian).
Reynard mengusap wajahnya kasar, ia bingung dengan mood wanita didepannya ini, bukannya mereka sudah berbaikan tadi.
"G-gue balik rey, gue duluan..." Sabrina melangkah pergi dari hadapan Reynard.
Reynard hanya bisa menatap kepergian Sabrina dengan perasaan campur aduk, ia kesal dan ia juga merasa sedih sang wanita menolak ajakannya.
•••
Sabrina membuka pintu rumahnya dengan perasaan takut. Ia sudah terbiasa dipukul, tapi sungguh ia tidak pernah biasa dengan suasananya. Ia berjengit ketika suara papanya menggelegar di rumah ini.
"KAU BENAR-BENAR ANAK TAK TAHU DIUNTUNG!!!" marah sang papa yang berada diruang tamu itu sedang duduk di kursi rodanya.
Sabrina yang mendengar amarah dari sang papanya itu hanya bisa menundukkan kepalanya kebawah dan menutup kedua matanya takut.
"KAU SELALU SAJA BERULAH!!!"
"SAYA TIDAK MENYANGKA KAU MENJADI ANAK YANG TAK TAHU MALU SEPERTI ITU"
"JIKA KLIEN-KLIEN SAYA MENGETAHUI BAHWA SAYA MEMILIKI ANAK SEPERTI DIRIMU MUNGKIN PERUSAHAAN SAYA AKAN MENGALAMI BANGKRUT!!!"
"m-maksud papa?" Sungguh ia tak tahu alasan mengapa papanya ini sangat amat marah terhadap dirinya, apa yang dilakukan kak bian kali ini?
"Kau masih mau pura-pura tak tahu?" Tanya sang papa yang mengunakan kursi roda itu, ia mendekat kearah sang anak.
Sungguh ia merasa takut sekarang. tangannya bergetar, dan ia mengulum bibirnya.
BRUK-
Sabrina terjatuh kelantai, ia memegang kepalanya yang merasa nyeri, ia mengerang kuat sambil menahan isakan.
"NON NANA..." teriak panik seorang pembantu itu, ia berlari menuju ke Sabrina sambil mendekapnya.
"Tuan sadar tuan, non Nana ini juga anakmu..." sang pembantu menangis sambil mendekap erat tubuh sabrina yang sedang mengerang sakit.
Ya, Sabrina dilempari dengan vas bunga yang terdapat di meja tamu itu, darah segar sabrina mengalir sampai mengotori lantai.
"SAYA TAK PERNAH SUDI MEMILIKI SEORANG ANAK YANG BEKERJA SEBAGAI PELAC*R SEPERTI DIA!!!" Setelah mengucapkan itu, Nio mengarahkan kursi rodanya menuju ke kamarnya.
Sadar, ia tersadar maksud dari perkataan papanya barusan, isakan mulai terdengar di telinga sang bibi.
"N-non kita kerumah sakit ya, s-saya panggilkan pak dodi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Senja?
Teen Fiction"Mengapa Senja?" "Indah." Jawabnya seadanya sambil terus menatap kearah langit. "Malam juga ngga kalah indah dan yang pasti lebih lama, sedangkan sunset? cuma sebentar, jadi bikin bahagianya juga sebentar." Suara itu kembali menggeluarkan opini nya...