Bagian 14

5 2 0
                                    


Pagi harinya seperti biasa mereka pergi ke sekolah.

Saat ini Sabrina dan zyra sama-sama sedang merebahkan kepalanya di atas meja, seperti tidak semangat untuk hidup lagi.

"Gua ngantuk berat,Ra." Ujar Sabrina yang sebenarnya benar-benar sangat tidak layak datang ke sekolah hari ini, begitupun dengan zyra, mata mereka hampir menyamai mata panda.

Ya, mereka begadang semalaman. Kenapa?

Flashback...

Malam itu sekitar jam 22.00, Sabrina sedang memainkan game diponsel pintarnya itu.

Saat sedang fokus bermain game, tiba-tiba sang kakak alias naren membuka pintu kamarnya, hal itu sontak membuat Sabrina terkaget-kaget dibuatnya.

Belum sempat menanyakan "ada apa", naren langsung masuk kedalam kamar Sabrina dan berjalan menuju ke arah balkon kamar.

"Na..." Panggil Naren.

Sabrina yang awalnya kebingungan itu pun akhirnya beranjak dari tempat tidurnya dan segera menghampiri Naren yang sedang berada di balkon.

Ketika sudah berada tepat disamping Naren, Sabrina melihat jelas bahwa matanya Naren itu sembab seperti habis menangis.

Sabrina panik seketika, ia spontan langsung bertanya kepada Naren. "Kenapa?"

Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Sabrina, Naren malah menangis kembali.

"Kenapa kak? Ada yang jahatin kakak?kakak kalah main game?" Sabrina bertanya lagi.

"G-gua abis ditolak na..." Tangisan sang kakak semakin menjadi-jadi setelah mengatakan hal itu.

Sedangkan Sabrina malah menghela nafasnya lega sambil mengelus dadanya lega.

"Gua kira lu kenapa, bikin panik aja." Ketusnya.

"Kok lo gitu? Kakak lo ini lagi patah hati, ini bukan masalah sepele, na..." Ucap naren.

"Ya ekspektasi gua itu lo nangis karena abis dipukul orang kah atau apalah, kalau cuma karena ditolak mah santai aja kali, kata kakak kan banyak yang naksir kakak." Jelas Sabrina.

"Ya kakak cuma naksir dia. ck, lo sama aja kaya zyra, ngga bisa dijadiin tempat curhat, pantes temenan, ujung-ujungnya pasti kena ejek gua." Pasrahnya.

Sabrina pun tersenyum menatap kearah kak Naren.

"Jauhin aja, kita liat reaksinya gimana nanti." Ucap Sabrina.

"Maksudnya? Lo mau gua jauhin kesayangan gua gitu? ENGGAK!!!" Ucapan Naren sedikit meninggi.

"Denger dulu MAKANYA."

"Yaudah apa?" (Kepo dia).

"Cewek itu semakin dikejar bakalan semakin menjauh, dan sebaliknya-"

"Semakin kita jauhin, itu cewek bakalan ngejar kita balik?" Tanya Naren memastikan.

"Lo kira angsa hah? Berharap banget dikejar balik." Ucap Sabrina dengan nada mengejek.

"Ck, makanya yang jelas."

"Jauhin aja dulu, dia kan abis nolak kakak, nah yaudah ngga usah pake segala chat dia lagi, cari-cari perhatian dia lagi, diemin aja kaya seolah-olah kakak udah ngga peduli sama dia, nanti dia pasti ngerasa ada ada yang hilang darinya, dia yang gantian nanti bakal cari-cari perhatian kakak, atau engga dia bakal nanya "kamu kok berubah?" gitu deh." Jelas Sabrina.

Mengapa Senja?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang