"Disetiap ada luka,
akan selalu ada obatnya, tapi bagaimana dengan ku?"______________________________________
_________
___Keesokan paginya, zyra yang awalnya masih terlelap dalam tidurnya itu pun jadi terganggu ketika matahari mulai menyusup ke dalam ruangan itu, ia melirik jam dinding yang terdapat disana, ternyata sudah pukul 7 pagi.
Ia berjalan gontai menuju kamar mandi, setelah itu ia melangkah menuju ke tempat tidur sahabatnya itu.
Ya, ia menginap di rumah sakit malam tadi. Dan Sabrina juga sudah sadarkan diri dini hari tadi pukul 02.33 wib.
"Na, bangun sarapan dulu..."
"Na..." panggil zyra sambil menguncang sedikit tubuh sabrina.
"Na lo tidur atau pingsan sih..." Kesal zyraa.
"Lima menit..." Ujar Sabrina yang masih setia menutup matanya.
"Makan dulu na, setelah itu mau lo tidur 5 jam juga terserah lo..."
Akhirnya Sabrina membuka matanya, ia menatap kearah sang sahabatnya itu.
"Lo ngga sekolah?" Tanya sabrina.
"Ngga, gue kan jagain lo..."
"Gue bukan bocah yang harus dijagain kali, sekolah sana" usir Sabrina.
"Lo liat udah jam berapa? Lo mau gue lari keliling lapangan 20 kali?" Kesal zyra.
Sabrina menatap kearah jam dinding yang terdapat di sana, dan benar saja jam tersebut menunjukkan sudah pukul 07.43 wib. sudah tidak ada harapan bersiap untuk sekolah.
"Nih sarapan dulu, gue suapin ya lo tiduran aja..."
"Geli tau ra..."
"Oh lo maunya disuapin Reynard" ucap zyraa santai, dan dihadiahi geplakan dari sabrina.
"Shhh, Nana ih"
"Lo kalau ngomong difilter dulu"
"Hehe sorry sorry"
Akhirnya zyra menyuapi Sabrina dengan begitu telaten, ia menyuapi bubur tersebut sampai akhirnya habis.
Setelah menyuapi Sabrina makan, zyra membereskan piring kotor itu dan ia pindahkan keatas meja yang ada disampingnya itu.
Zyra beralih mengambil satu buah apel serta juga pisau untuk mengupas buah itu, sampai akhirnya ia membuka suara.
"Nanti siang papa sama mama gue kesini jenguk lo, lo...ngga mau gue telpon kakek lo sekalian?" tanya zyra hati-hati.
"Lo kan tau kakek gue di Australia"
"Walaupun na, pasti kakek lo mau tau keadaan Lo sekarang, dan dia berharak tau"
"Ngga perlu kali ra"
Zyra tak habis pikir dengan otak sahabatnya itu, ia menghela napas panjang pertanda ia kesal.
"Bilang aja lo ngga mau papa lo diapa-apain kan?"
Terdiam, Sabrina memilih diam dan tak berniat untuk menjawab. Memang benar dia takut jika kakeknya melakukan sesuatu terhadap sang papa jika ia tahu apa yang terjadi pada Sabrina selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Senja?
Novela Juvenil"Mengapa Senja?" "Indah." Jawabnya seadanya sambil terus menatap kearah langit. "Malam juga ngga kalah indah dan yang pasti lebih lama, sedangkan sunset? cuma sebentar, jadi bikin bahagianya juga sebentar." Suara itu kembali menggeluarkan opini nya...