17. Inclement

2.7K 363 239
                                    

Renjun masih dengan rasa penasarannya dengan perasaan tak asingnya saat melihat omega perempuan di hadapannya ini. Ia terlihat cantik dengan surai coklat madunya yang tergerai, gaun yang dikenakannya berwarna biru. Matanya menyorot senang pada Renjun, senyum yang berasal dari bibir kemerahannya terlihat menyenangkan.

Membuat Renjun sekejap lupa akan pertanyaan di kepalanya, karena ia langsung merespon sifat ramah perempuan itu dengan baik.

"Iya, aku dari eclipse." Jawab Renjun disertai senyum hangat miliknya.

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu, dan kau memang cantik." Perempuan itu maju selangkah untuk melihat lebih dekat wajah Renjun.

Renjun tersenyum, padahal perempuan itu pun begitu cantik tapi bisa-bisanya memujinya seolah dirinya tak memiliki kecantikan itu.

"Ah, aku lupa mengenalkan diri." Perempuan itu tertawa kecil, kemudian meraih tangan Renjun dan mengenalkan dirinya. "Aku Lavanya."

"Ingin duduk sebentar denganku? Aku ingin berbicara denganmu lebih banyak." Perempuan itu menatap Renjun yang merasa seluruh sifat antusiasnya sedikit berkurang saat berhadapan dengan perempuan ini.

Rasanya ia begitu segan, padahal Lavanya terlihat tak sedang mengintimidasi atau semacamnya.

"Boleh, apa kau—" Ucapan Renjun belum selesai karena Lavanya langsung menarik lengannya untuk duduk ke sebuah kursi yang berada tepat di bawah sebuah pohon.

"Ayla, kau boleh menunggu disana." Renjun merasa bahwa Lavanya ini hendak membicarakan hal yang serius karena mengajaknya duduk, dan tak mengatakannya saat tadi berpapasan dengannya.

Pelayan yang bersama Renjun sejak tadi kini berdiri menunggu dalam jarak yang membuatnya tak bisa mendengar apapun, tapi matanya memperhatikan. Ayla cukup khawatir, tapi juga percaya bahwa tak akan ada apapun yang terjadi pada Renjun jika bertemu dengan Lavanya.

Renjun merasakan tengannya kembali digenggam perempuan itu, Lavanya seolah mencoba dekat dengannya. "Aku benar-benar senang bertemu denganmu dalam keadaanku yang sudah menerima semuanya."

Ucapan pembuka omega perempuan itu membuat Renjun mengerutkan dahinya, belum mengerti.

"Maksudku, aku memang sudah menerima semuanya sejak Jeno mengatakannya padaku di hari kepulangannya ke bloody. Aku tau tak ada yang bisa mengubah kenyataan bahwa kau akan menjadi omeganya, matenya." Lavanya mengulas senyun untuk Renjun.

Sementara Renjun mencoba mencerna ucapannya. Jeno? Renjun penasaran.

"Meskipun aku menangis sebanyak apapun, itu tak akan menjadikan semua kejadian yang sudah terjadi bisa diulang untuk tak pernah terjadi." Tangan Lavanya yang satunya turun menggenggam tangan Renjun itu, membuat sebelah tangannya berada dalam genggaman tangan perempuan itu.

"Jadi aku benar-benar mulai mencoba menerima semuanya, dan sekarang aku sudah lebih baik. Mengingat aku tak merasa kesal saat bertemu denganmu—mungkin iya agak sedikit berat, tapi tidak apa sebentar lagi itu akan segera hilang." Kekeh Lavanya ringan.

Perempuan itu menatap Renjun lagi. "Lagi pula aku dan Jeno langsung memutus hubungan sejak ia kembali dan memberitauku semuanya, jadi sungguh kau tak perlu khawatir apapun tentangku." Senyum perempuan itu terlihat tulus, tak ada kebohongan.

"Kau dan Jeno sebelumnya memiliki hubungan?" Tanya Renjun begitu mendapat kesimpulan dari semua ucapan perempuan itu.

Lavanya mengangguk. "Ya. Apa Jeno belum mengatakan apapun padamu?"

"Ya—maksudku, belum. Jeno tak begitu banyak berbicara." Renjun berusaha agar wajahnya tak menunjukkan raut kecewanya mendengar jawaban Lavanya.

Karena, sungguh. Baru beberapa hari yang lalu ia menyadari perasaannya pada Jeno, lalu sekarang ia bertemu omega yang dulunya adalah kekasih Jeno? Perempuan yang memiliki hubungan dengan Jeno, dan terpaksa berakhir karena kejadian hari itu?

Four Seasons ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang