20. River

2.7K 395 129
                                    

Renjun langsung menemui Haechan keesokan harinya, ibu sempat menanyakan keadaannya karena ingat jelas bagaimana tangis keras anak itu semalam. Tapi begitu pagi hari datang Renjun bersikap biasa lagi, senyumnya menghias wajah mungilnya. Suara cerewetnya mengisi lagi rumah itu setelah beberapa lama kehilangan suasana seperti itu, Younghoon sampai mengacak rambut Renjun begitu suara tawa adiknya itu membangunkannya.

Meski senang mendapati suasana rumah kembali seperti dulu, ada yang Younghoon khawatirkan dengan tak adanya pembicaraan lebih jauh dari Renjun tentang kepulangannya kemari.

"Ibu, Renjun tak mengatakan apapun?"

"Tidak." Wanita yang sudah mengisi peran ibu bagi Renjun itu menatap arah kepergian Renjun dengan penasaran.

"Mungkin ia akan menceritakannya pada Haechan nanti." Ujarnya yakin.

Omega yang tengah dibicarakan itu kini terkekeh melihat Haechan yang terlihat terkejut begitu ia menghampirinya di depan rumahnya.

"Kau pulang? Padahal aku dan kak Mark berencana ke Bloody musim dingin ini, aku sudah menyiapkan mantel juga untuk dibawa padamu." Haechan menatap Renjun lama, menilik apa yang terasa berbeda darinya.

Renjun kemudian melihat mama Haechan yang keluar dari rumah dan sama terkejutnya, ia segera menghampiri wanita itu dan menyapanya riang. Seperti biasanya.

Sementara Haechan masih memperhatikannya. "Matamu baik-baik saja?" Akhirnya ia menemukan kejanggalan di mata Renjun.

"Baik, kenapa memangnya? Ah pasti sedikit bengkak, semalam aku menangis dengan ibu. Kau juga pasti sama akan menangis kalau berpisah dengan ibumu cukup lama." Ujar Renjun.

Haechan menghela napasnya diam-diam, setelah mendengar ucapan Renjun tentang menangis saat berpisah dengan ibu.

Ia tak pernah tau bagaimana rasanya tak dianggap oleh orangtuanya sendiri, tapi mengetahui Renjun mengalami itu lalu mendengar ceritanya barusan bahwa ia menangis merindukan ibu karena beberapa waktu ada di Bloody, membuat Haechan justru teringat fakta bahwa Renjun dan mama kandungnya bahkan terpisah sejak lama.

Sekarang Haechan tak bisa membayangkan sebanyak apa rindu dan tangis yang Renjun tahan untuk mamanya sendiri. Sementara untuk ibu yang sebenarnya adalah bibinya saja Renjun bisa menangis sampai matanya bengkak seperti itu.

"Alpha-alphamu membiarkanmu pergi menemuiku dan menghabiskan waktu sesukanya?" Tanya Haechan, takut jika Renjun datang ke Eclipse hanya untuk berkunjung sebentar.

Apalagi sekarang Renjun mengajaknya pergi ke sungai, mengatakan merindukan suasana disana.

"Aku bisa pergi dan bermain denganmu semauku." Jawab Renjun dengan senyum bangga, mencoba menjawab tanpa harus membahas dua alpha yang ia tinggalkan di Bloody.

Haechan mendengus. "Apa yang kau lakukan untuk membujuk mereka agar kau bisa bermain semaumu, hmm?"

Renjun berjalan mendahului Haechan, mengedikkan bahunya. "Tak melakukan apapun, aku tinggal pergi saja."

Sesampainya di sungai ia menemukan kak Mark yang tengah mencuci tangannya setelah membantu membetulkan bagian rumah pengintai yang terdapat kerusakan. "Kak!" Renjun memekik.

Mark mengerutkan dahinya, melihat keberadaan Renjun. "Kenapa bisa ada disini?"

Omega itu merengut. "Aku ingin pulang, tidak boleh?" Renjun ikut berjongkok di sisi sungai, memainkan air dengan tangannya.

Sementara Haechan hanya masih memperhatikan Renjun, ia masih belum puas dengan apa yang ia temukan atas perbedaan yang ia lihat pada Renjun.

"Dimana alphamu?" Tanya Mark, matanya melirik bagian tengkuk Renjun dan mengerutkan dahinya bingung.

Four Seasons ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang