04.

1.6K 123 8
                                    

Handphone Mark berdering mengganggu si pemilik yang sedang tertidur pulas. Dengan terpaksa Mark mengangkat telepon tersebut tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Selamat pagi Detective Lee" suara rendah yang membuat Mark langsung tersadar dan melihat siapa yang menelpon nya.

'Unknown'

"Siapa?"

"Tebak lah"

"Aku tak mengenalmu, mungkin kau salah sambung"

"Fullsun. Salam kenal Detective Lee" telepon tersebut dimatikan sepihak, Mark segera mengirim pesan pada Jeno.

Sebelum membuka room chat milik Jeno, Mark memutuskan membalas pesan dari Chenle yang bilang jika dia tahu siapa salah satu keturunan Choi.

Detective Zhong.

Kak, Choi Hara.
Mungkin dia mengetahui sesuatu.

Baiklah, terimakasih Chenle.
Delivered

Inspektur Lee.

Inspektur Lee bisakah kamu
Lacak no ini?
*Send contact*
Read

Baiklah

Setelahnya Mark bergegas mandi agar tidak telat pergi ke kantor polisi. Kali ini Mark memilih membawa mobilnya takut ia pulang malam lagi dan tidak ada taksi yang melintas.

Mark hari ini mengenakan pakaian simple, kaos hitam sebagai dalaman dan jas hitam sebagai luaran. Mark mengambil handphone nya mengecek notifikasi di handphone miliknya.

"Meong~" Kucing berjenis Himalaya mengalihkan pandangan Mark.

Mark mengangkat kucing tersebut dan menciumi kucing yang selama ini menemani nya tidur. Semenjak memilih merantau ke kota besar untuk menuntut ilmu dan mewujudkan cita-citanya Mark mau tak mau meninggalkan orang tuanya yang kebetulan pemilik panti.

"Miyo aku berangkat dulu ya, doain semoga pembunuhnya cepet ketangkap"

"Meong~"

Mark menurunkan Miyo, langsung saja ia bergegas menuju parkiran mengambil mobilnya dan pergi menuju kantor.

"Hai Mark, sudah sarapan?" baru saja masuk Mark langsung di suguhkan dengan temannya yang sedang memakan rotinya.

"Oh astaga, belum nih Renjun. Mungkin setelah aku mengobrol dengan Inspektur Lee. Aku duluan ya"

"Baiklah, semoga menemukan clue" Mark mengacungkan jempolnya karena dia terburu-buru pergi ke ruangan Jeno.

"Maaf aku sedikit terlambat"

"Tak apa Mark, sini duduk. Chenle jelaskan yang tadi kau beritahu pada ku" Mark duduk di sofa tepat di sebelah Jeno.

"Semalam aku dan ayah sempat mengunjungi kediaman Choi Hara tetapi ibunya bilang dia masih bekerja, aku disana menanyakan tentang kalung dan ya kalung itu wajib dipakai oleh keturunan Choi. Tadi pagi aku sempat menelpon bibi Choi tetapi dia bilang Hara tidak pulang"

"Bisa aku lihat fotonya?" Chenle memberikan foto dari Choi Hara, Mark mengernyit Hara seperti tidak asing di matanya.

"Dia.. kasir di cafe depan?" Chenle mengangguk

"Pantas saja aku seperti tidak asing melihatnya"

"Aku dan Jeno sudah melacak nomor yang kau berikan, alamatnya tertuju pada suatu tempat yang jarang dilewati orang. Ingin pergi kesana?" Jisung menunjukkan laptop nya yang berisi suatu lokasi yang juga asing menurutnya.

"Ayo" Ketiganya bergegas pergi menuju lokasi yang ditunjukkan Jisung, sedangkan Chenle pergi menjalankan tugasnya sendiri.

Mereka bertiga menggunakan satu mobil yaitu mobil kantor yang sering digunakan saat jam kerja. Mark membuka laptop nya dan mengetik laporan tentang apa saja yang ia dapatkan dari kasus ini. Dengan tiba-tiba handphonenya berdering menampilkan nomor sama yang menelpon nya tadi pagi.

"Siapa, Mark?" Mark menggelengkan kepalanya dan menunjukkan layar handphonenya pada Jisung.

"Angkat, loadspeaker" Mark menurut.

"Halo?"

"Hai sayang, menuju kesini? Hati-hati ya. Kejutan untuk mu menunggu, sepertinya aku harus pergi terlebih dahulu. See you, Detective Lee"

"Wtf, Where are you go-" tiba-tiba sambungan terputus membuat Mark berdecak kesal.

"Dia mengetahui jika kita sedang mencarinya dan dia menyukai mu Mark" Ucapan Jeno membuat Mark langsung bergidik ngeri.

"Inspektur tolong jangan bicara yang aneh-aneh"

Akhirnya mereka sampai di lokasi tersebut. Ada satu mobil taksi yang terparkir disana, Mark mengamati plat nomor yang mobil tersebut ingatannya kembali pada malam kemarin saat dia menghampiri sebuah taksi, Mark ingat dengan platnya.

Mark langsung berlari menghampiri taksi tersebut dan langsung membuka kursi penumpang mobil taksi tersebut. Betapa terkejutnya saat menemukan mayat wanita yang digantung di dalam mobil dengan menghadap kearahnya.

"AAAAA" Mark berangsur mundur dengan nafas yang tersengal-sengal.

Jisung dan Jeno langsung menghampiri Mark dan melihat apa yang ada didalam mobil. Jisung langsung menelpon kepolisian agar mengirimkan tim ke lokasinya. Jeno menenangkan Mark dan membawa Mark ke mobil untuk menenangkan dirinya.

Jeno kembali ke mobil taksi tersebut dan menyelidiki apa saja yang ada didalam mobil bersama Jisung. Mereka berdua menemukan satu korban lagi yang mereka tebak itu adalah supir taksi yang sebenarnya.

Di mobil Mark masih mengatur nafasnya, Mark sangat terkejut saat melihat muka penuh darah dan leher yang tersayat. Mengingatnya membuat Mark mual. Mark beranjak keluar mobil saat merasa dirinya sudah kembali tenang dan ikut menyelidiki.

Tim sudah datang ke lokasi dan korban sudah di evakuasi. Mark menghampiri korban dan pandangannya terpaku pada tanda yang akhir-akhir ini ia temui di mayat. Mark mengelus luka tersebut tiba-tiba memori yang asing di kepalanya tergambar.

"Chaniee stop, ibu memanggil kita" Mark kecil memanggil anak kecil yang berlari didepannya.

"Sebentar saja Minhyungie, mama mendatangi ku di mimpi dan mengatakan dia ada di depan panti" Saat anak kecil itu berbalik Mark kembali sadar dan merasa pusing.

"Mark, kau tak apa?" Jeno memegang pundaknya.

"Ah ya, aku baik-baik saja"

"Baiklah ayo pergi ke kantor, Jisung sudah menunggu di mobil"

Mark mengangguk dan mengikuti Jeno menuju mobil mereka. Mayat korban akan dibawa oleh tim. Mereka berangkat kantor kepolisian untuk bertemu orang tua korban dan orang-orang yang diduga ada bersamanya sebelum kejadian.

____

Hayo siapa tuh

Chasing The Killer | DongmarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang