5. Destiny

295 18 0
                                    

"Hoam" perlahan ia menguap, disertai netranya yang mulai terbuka, karena merasa terganggu. "Haus." Gumamnya. Netranya langsung melihat nakasnya yang ternyata tidak ada air minum.

Ketika dirumah, ibunya ini selalu menyiapkan air minum untuk dirinya. Persiapan kalau misalkan ia haus tiba-tiba, ia bisa langsung minum. Tapi sekarang ia tidak bisa seperti itu. Ia harus melakukan semuanya sendiri.

Akhirnya ia bergegas untuk keluar kamarnya, mengambil minum yang ada di dapur. "Loh Jaemin, kenapa belum tidur?" Pertanyaan yang langsung ia berikan karena kaget ketika melihat pria yang ia hindarj ini ternyata masih ada di ruang tamu.

Dan sepertinya pria ini terkejut akan kedatangannya, dan juga seruannya. Bahkan dia segera membenarkan posisi duduknya begitu melihat dirinya.  "Ah, Haechan." Seruan yang langsung ia berikan, yang sepertinya juga kaget akan kedatangannya, sama seperti dirinya yang kaget begitu melihat dia.

"Iya, kamu kenapa di sini?" Pertanyaan yang langsung ia berikan lagi, guna mengembalikan pertanyaan yang belum di jawab oleh dia.

"Aku tidak bisa tidur. Biasa, insomnia punyaku kambuh." Jawaban yang dia berikan, yang membuat kedua alisnya langsung saling bertautan. "Kau punya insomnia?" Oke, pertanyaan retorik yang ia berikan, guna memastikan.

"Heum, aku sudah terbiasa dengan ini. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Nanti aku juga tidur." Jawaban yang dia berikan lagi.

"Tunggu sini sebentar ya! Aku akan membuatkan teh untuk dirimu!" Titahnya yang langsung bergegas ke dapur, tanpa menunggu balasan yang dia berikan.

Sementara sang empuh yang diperintah pun langsung menautkan kedua alisnya bingung, mengedihkan bahunya acuh, lalu kembali fokus kepada ponselnya. Yup! Dirinya sedang bermain game, atau editing foto di ponselnya. Itu sudah jadi rutinitas yang ia lakukan kalau dirinya insomnia, dia akan bermain game atau editing foto maupun video di ponselnya, sampai ia merasakan kantuk.

Setelah beberapa menit berkutat di dapur, Haechan pun kembali dengan membawa dua bua cangkir. Satu untuk dirinya, dan satunya lagi ia berikan kepada pria yang tengah duduk diruang tengah ini. "Minum-lah." Titahnya kepada pria ini yang sedang fokus ke ponselnya.

Dan sang empuh yang di berikan secangkir teh pun langsung mematikan ponselnya, dan segera meminum teh buatan wanita ini. "Ini teh apa?" Tanyanya, yang saat ini tengah mengendus wangi teh, sebelum dia meminumnya.

"Teh Chamomile. Teh ini bagus untuk orang yang menderita insomnia. Dia bisa membantu dirimu untuk tidur lebih cepat." Jawaban yang langsung ia berikan.

"Benarkah? Aku sudah sering meminum teh ini, tapi tetap saja rasa kantukku tidak hilang." Balasan yang ua berikan, yang tidak percaya dengan ucapan yang wanita ini berikan, tapi tetap meminum teh yang di buatkan oleh dia sampai habis.

"Masa sih? Padahal teh itu tergolong ampuh untuk penderita insomnia." Gumamnya yang sedikit terkejut dengan penuturan pria ini.

"Iya, benar! Aku sudah sangat sering meminum teh itu. Tapi--" belum sempat ia menuntaskan ucapannya, ucapan miliknya langsung terputus karena dirinya yang tiba-tiba menguap.

"Itu kau menguap! Berati teh itu benar-benar ampuh dong!" Seruan yang ia berikan, yang sangat senang ketika melihat dan mendengar pria ini yang menguap.

Sementara dirinya malah tertegun setelah menguap. Kenapa bisa ia langsung menguap, setelah selesai meminum teh Chamomile? Padahal dia tidak seperti ini biasanya. "Aku menguap?" Tanyanya sekali lagi yang tidak percaya, dan langsung di angguki kepala oleh wanita ini.

"Iya! Kau menguap, dan mungkin sebentar lagi kamu akan tertidur." Serunya, membenarkan. "Apakah kau mau menonton film bersama dulu, sebagai teman pengantar tidurmu?" Usul yang diberikannya lagi, mengajak dirinya untuk menonton film.

"Menonton film?" Tanyanya lagi, yang langsung di balas anggukkan antusias oleh wanita ini. "Heum, nonton film. Apakah kau mau? Kalau mau, aku ada rekomendasi film yang bagus untuk kita tonton!" Jawabnya.

Bukannya langsung menjawab, ia malah mempertimbangkan ajakan wanita ini sejenak, sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya, guna menolak. "Haechan, maafkan aku. Bukannya aku tidak mau nonton bersama dengan dirimu. Aku hanya tidak suka menonton film." Ujarnya, yang langsung menatap wanita ini dengan tatapan tidak enak. Ia tidak enak menolak ajakan dia.

Dan ia yang mendengar jawaban yang diberikan oleh pria ini pun mengerti. Karena tidak semua orang suka dengan menonton. Jadi dia memaklumi itu. "Ah, kau tunggu dulu ya! Aku akan mengambilkan sesuatu untuk dirimu! Tunggu di sini!" Pintanya, yang langsung bergegas mengambil sesuatu di dalam kamarnya.

Dan ia langsung menggelengkan kepalanya ketika rasa kantuk itu semakin menguasai dirinya. Ia heran, biasanya dia tidak seperti ini. Mau minum apapun untuk membuatnya cepat tidur pun biasanya tak berfungsi. Tapi kenapa minum teh chamomile buatan dia kok rasa kantuknya datang dengan sangat cepat?

"Ini untuk dirimu." Seruan yang diberikan oleh wanita ini, seraya memberikan satu buah lilin yang ada di dalam tempat untuk dirinya. "Ini apa? Lilin untuk apa?" Pertanyaan yang langsung ia berikan, namun dirinya tetap mengambil lilin pemberiannya dia.

"Ini lilin aroma terapi untuk dirimu! agar kau tidur dengan nyenyak dan membuat dirimu rileks." Jelasnya. "Apakah akan berfungsi?" Tanyanya lagi, yang ragu akan penuturan wanita ini.

Dan wanita ini langsung menganggukkan kepalanya antusias. "Tentu saja. Aku bisa menjamin kau tidur dengan nyenyak tanpa gangguan." Jelasnya. "Kalau begitu aku masuk ke dalam dulu ya! aku mengantuk! Dah, Jaemin!" Sambungnya, yang langsung masuk ke dalam kamarnya.

Dan ia yang melihat wanita ini telah masuk ke dalam kamarnya pun mulai turut masuk ke dalam kamarnya sendiri. Rasa kantuknya benar-benar tidak bisa di tahan lagi.

Sampai di dalam kamar, ia langsung menyalakan lilin pemberian dia, lalu menaruhnya di atas nakas. Setelahnya, ia langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya. Lalu perlahan ia menutup matanya dengan perlahan.

Sedangkan Haechan, dia perlu waktu yang sedikit lama untuk meneruskan tidurnya. Ia tipikal orang yang tidak mudah untuk tidur kembali setelah bangun. Jadi, perlu beberapa waktu untuk tidur kembali.
---

Pagi harinya, mereka semua pun sudah bangun dari tidurnya. "Loh Renjun, kau sedang membuat apa?" Pertanyaan yang langsung ia berikan, yang sudah rapih dengan pakaian sekolahnya.

"Bukannya aku sudah berjanji untuk membalas makanan kamu. Jadi, aku sudah membuatkan sarapan untuk kamu dan lainnya." Jelasnya.

"Ren, sedang memasak?" Pertanyaan retorik yang Jeno berikan, yang baru saja datang dengan Jaemin yang ada di belakangnya.

Mereka berdua langsung mengambil tempat duduk di tempat yang biasa ia duduki. Sedangkan dirinya langsung membantu pria ini yang tengah menata masakannya. "Cha! Saatnya kita makan!" Ujarnya, setelah selesai masak.

Mereka berempat pun mulai makan bersama dengan nikmat. Setelah makan, barulah mereka bergegas jalan ke sekolah mereka secara bersama.

Mereka berempat langsung masuk ke dalam kelasnya ketika sampai. "Bagaimana dengan mereka? Tidak seburuk yang kau pikirkan bukan?" Pertanyaan yang langsung Chenle berikan, ketika dirinya sudah duduk di sampingnya.

Ia yang mendengarnya pun langsung menoleh, dan menatap pria ini dengan senyuman. "Heum. Ternyata mereka tidak cuek dan dingin. Kau tau? Aku satu ruangan dengan mereka bertiga." Ceritanya.

"Mereka bertiga?" Tanya dia lagi yang masih bingung siapa yang di sebut oleh dirinya. "Heum. Aku satu ruangan dengan Renjun, Jeno dan Jaemin." Serunya.

"Wah! Ternyata orang yang ingin kau hindari, satu ruangan dengan dirimu. Bukan hanya satu ruangan! Tapi kau juga satu kelas dengan kamu dan bahkan satu ekstrakulikuler dengan dirimu. Apakah ini takdir untuk kalian berdua?"

DESTINY - NAHYUCK/HAECHAN HAREMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang