🐍20

35.7K 760 32
                                    

Happy Reading!

Hanum berjalan dengan penuh semangat menuju ruang kerja Siv. Ia ingin memberi tahu kabar bahwa ia kini kembali mengandung. Entah kabar ini akan membuat Siv senang atau tidak karena sudah pasti tanpa diberitahupun suaminya itu sudah memperkirakan kehamilannya.
Karena ingin memberikan kejutan, Hanum membuka pintu ruang kerja Siv dengan pelan, hampir saja Hanum melangkah masuk namun perkataan dari seseorang yang kini bersama suaminya membuat langkah Hanum terhenti.

"Mereka mengajukan pernikahan yang mulia dan kerajaan kita tidak bisa menolak."

Hanum terdiam mematung di depan pintu. Pernikahan apa? Siapa yang akan menikah?

"Apa tidak ada cara lain selain pernikahan?"

Itu suara Siv. Hanum bisa mendengar ada nada tidak suka pada suara suaminya.

"Tidak ada yang mulia. Terlebih mereka menawarkan hasil alam kerajaan mereka sebagai hadiah pernikahan."

"Hahh"

Terdengar helaan napas di sambung kalimat.

"Baiklah. Aku akan menikah. Persiapkan pesta penyambutan bagi putri Kinjal."

Hanum menutup mulutnya lalu segera berlari dari sana. Siv akan menikahi wanita lain. Tapi kenapa? Bukankah di kerajaan ular tidak ada yang namanya selir? Lalu kenapa ada pernikahan kedua.

Bukk..

Hanum membanting pintu kamarnya kasar lalu berlari menaiki tempat tidur. Hanum menangis menumpahkan rasa sakitnya. Ia sudah bersedia mengalah dengan menikah dan menetap di tempat aneh ini dan malah pengkhianatan yang ia dapatkan.

Hanum tidak rela jika dimadu, apalagi Siv sudah mengisi hati dan pikirannya. Siv juga sudah membuatnya berkorban terlalu banyak, lalu kenapa setia saja pria itu tak mampu.

"Hiks.. Dasar pria tidak tahu diuntung. Bukannya cukup dengan satu istri dia malah mau nambah." Isak Hanum sambil meremas dan mengacak-acak bantal tidurnya.

"hiks.. Ku tinggal pulang, baru tahu rasa." Kesal Hanum membuat Siv yang sedari tadi memperhatikan omelan istrinya hanya tersenyum tipis.

"Siapa yang mau pulang? Hm?" Tanya Siv yang kini sudah memeluk tubuh Hanum.

Hanum melotot lalu berusaha mendorong tubuh Siv. "Jangan peluk!" Kesal Hanum membuat Siv semakin mengeratkan pelukannya.

"Maafkan aku tapi pernikahan itu harus terjadi. Kerajaan kita diuntungkan dengan adanya pernikahan ini." bisik Siv membuat Hanum semakin memberontak.

"Dasar ular tidak tahu diri. Memangnya satu istri tidak cukup?" Bentak Hanum membuat Siv terdiam.

Melihat diamnya Siv membuat Hanum ikut terdiam. Apa dirinya sudah keterlaluan? Apa Siv marah?

Siv menghela napas. "Kerajaan Azzu hanya memiliki satu orang putri. Untuk mendapatkan pewaris untuk kerajaan mereka maka putri mereka harus menikah dengan seorang raja dan memiliki seorang putra." Jelas Siv membuat Hanum melotot.

"Lalu kenapa harus dirimu? Apa tidak ada raja lagi di dunia ular?" tanya Hanum kesal.

Siv tersenyum. "Ada. Tapi semua raja sudah memiliki satu permaisuri dan satu istri dari kerajaan lain. Hanya aku yang hanya memiliki seorang permaisuri." ucap Siv membuat Hanum membuka mulutnya lalu menutupnya kembali.

"Putri Kinjal akan dikembalikan ke kerajaan asalnya setelah berhasil mendapat seorang putra." Lanjut Siv membuat Hanum menunduk.

"Itu berarti kau harus tidur dengannya dan melakukan hal itu sampai kalian memiliki anak laki-laki." Ucap Hanum pelan.

Siv mengangguk lalu mengangkat dagu Hanum agar menatap matanya.

"Itu adalah hal yang tidak bisa aku hindari. Aku adalah raja dan tanggung jawabku bukan hanya agar kerajaanku punya pewaris tapi juga harus turut membantu kerajaan lain mendapatkan pewaris mereka." Jelas Siv lalu mengecup bibir Hanum.

"Ada apa? Pelayan bilang tadi kau mencariku?" Tanya Siv lembut.
Hanum mengangguk lalu menarik telapak tangan Siv ke atas perut ratanya.

"Aku hamil." Ucap Hanum pelan membuat Siv tersenyum lebar.

"Bagus. Istirahatlah dan jangan melakukan sesuatu yang berat. Besok temani aku menyambut kedatangan putri Kinjal." ucap Siv lalu membantu Hanum untuk berbaring dan menyelimutinya.

"Aku akan keluar dan datang lagi nanti malam." Ucap Siv lalu mengecup kening Hanum sebelum pergi.

"Hah" Hanum menghela napas saat Siv keluar dari kamarnya.

Apa-apaan itu. Dirinya sibuk hamil dan melahirkan pewaris untuk suaminya. Dan suaminya malah sibuk memikirkan memberi pewaris untuk kerajaan lain.

'Ini tidak adil.' Batin Hanum kecewa.

***

Hanum berdiri di samping Siv menunggu kedatangan calon istri kedua suaminya. Sedari tadi Siv terus berusaha berbicara dengannya tapi Hanum tetap diam dan memilih menghindar. Biar saja, siapa suruh suaminya itu ingkar janji. Katanya akan datang tadi malam tapi sudah ditunggu sampai Hanum hampir berubah jadi kelelawar namun yang ditunggu malah tidak datang.

"PUTRI KINJAL TIBA"

Teriakan itu sukses membuat Hanum mendelik. Perajurit tak tahu malu, kenapa harus berteriak sekeras itu. Memangnya Hanum dan yang lainnya budek apa.

Siv menggenggam lengan Hanum tapi Hanum langsung menariknya. Dan tanpa melirik Siv, Hanum berbalik lalu berjalan meninggalkan halaman istana menuju kamarnya. Hanum sungguh tak selera untuk menyambut siapapun apalagi itu adalah calon madunya.

Tak tahukah Siv dan seluruh bangsanya itu, Hanum adalah manusia berpendidikan. Sudah mendapat gelar S1 dan telah diterima bekerja di kantor pemerintahan. Namun sayang saja! Karena tidak sengaja membunuh seekor ular, semua kehidupan sempurnanya hangus diganti kehidupan muram durja. Dan sepanjang hidup, Hanum tidak pernah bermimpi untuk membagi suaminya jika ia menikah nanti. Karena baginya, pantang seorang wanita berpendidikan dimadu.

"Hahhhhhh" Hanum menghela napas panjang lalu menatap cermin besar di kamarnya.

Wajahnya mulus tapi tampak pucat tanpa riasan. Hanum mulai berpikir untuk mencari sesuatu agar bibirnya terlihat berwarna.

"Ahh"

Setelah teringat sesuatu, Hanum langsung berlari keluar kamar. Ia ingat ada tanaman yang menghasilkan biji berwarna merah di halaman istana saat ia menunggu calon madunya datang.

Hanum berlalu walau ia sempat sekilas memandang Siv dan seseorang sedang berdiri di hadapan pria tua yang kemarin menikahkannya.

Hanum tiba di depan tanaman itu lalu mulai memetik buahnya, Hanum bahkan memekik senang saat melihat beberapa tanaman yang bisa ia gunakan sebagai produk kecantikan. Lebih baik sekarang ia mempercantik dirinya dibanding memikirkan suaminya yang kawin lagi. Namanya juga ular, hewankan memang begitu. Kawin sesuka hati.

Setelah merasa cukup, Hanum kembali memasuki istana. Di depan aula, Hanum dihadang oleh kakek tua yang menikahkan dirinya kemarin.

"Ada apa?" Tanya Hanum tak sabaran. Pasalnya ia sudah ingin buru-buru merias wajahnya.

"Maaf yang mulia. Tapi anda harus turut memberi restu bagi yang mulia raja dan putri Kinjal.

Hanum menggangguk cepat lalu melangkah masuk. Hanum berdiri tepat dihadapan Siv dan wanita yang wajahnya ditutupi.

Siv menatap Hanum lalu mengangguk seolah meminta agar Hanum bersikap layaknya permaisuri yang bijaksana.
Hanum tersenyum lalu menarik napas panjang kemudian.

"AKU MERESTUIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII" Teriak Hanum keras membuat Siv terdiam dengan wajah aneh sedang yang lainnya terdiam dengan mulut yang terbuka lebar.

-Bersambung-

HANUM PREGNANCY ( Terjebak Di Dunia Ular)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang