• 1 : Domino •

462 20 3
                                    

Dari ribuan kata sifat di dalam kamus sepertinya tak ada satupun di antaranya yang dapat menggambarkan keseluruhan karakter dari seorang Ten Chittaphon, pria yang nampak dewasa dan ramah ke semua orang itu begitu disukai semua kalangan, baik dari kalangan akademisi, musisi, bahkan pelajar.

Bakat menarinya yang luar biasa tidak semata-mata menjadi spesialisasinya, Chittaphon yang yang lebih sering disapa sebagai ' Ten ' terkenal juga dengan kepintarannya dalam bidang akademik, keaktifannya dalam kegiatan sukarela, hingga dedikasi yang tinggi dalam mengembangkan organisasi tari di kampusnya.

"Ten! kukira kau tak akan datang" sapa seseorang yang dengan ceria menghampiri Ten.

Pria berambut coklat itu mendengus namun tertawa setelahnya, "Kau pernah lihat aku melewatkan satupun pertemuan club?".

"Termasuk pertemuan membersihkan toilet gymansium?"

"I did it!"

Keduanya tertawa dari tempat penonton, sebuah shelter hampir terisi penuh sehingga mereka memutuskan untuk menepi sebelum seorang mahasiswa menyapa mereka. Ten meninggalkan temannya karena ia harus pergi ke backstage, tempat di mana para talent berkumpul dan Ten berdiri di antara mereka dengan sopan membalas sapaan mereka.

Sedikit canggung saat Ten hanya berdiri menunggu giliran karena tidak semua dari orang-orang yang berada di backstage mengenalnya, sebagian hanya cukup tahu tentangnya dan tidak berani menyapa.

"Ten sunbae sekarang giliranmu"

Ten tersenyum lalu mengikuti seorang panitia untuk naik ke atas panggung, ia menghela napas lalu mendekatkan diri pada sebuah standing mic, ia tersenyum dan menunggu riuh tepuk tangan mereda padanya.

"Selamat pagi, mahasiswa baru yang kubanggakan, datangnya kalian ke tempat ini adalah untuk melihat demonstrasi club, bukan? apakah dengan keinginan untuk mencari tahu club-club yang ada di univiersitas ini juga kalian miliki keinginan untuk menegmbangkan diri di dalamnya? Oh, hyung kau terlalu jauh mengatakan hal itu pada kami yang bahan tidak tahu ada club apa saja di tempat ini dan apa yang akan kami pilih."

Ten tersenyum saat menjeda kalimat kontranya sebagai kontradiktif di dalamnya. Ia bahkan membuat sebagian aidiens yang memahami kalimatnya tertawa mungkin karena situasi yang dihadapi atau hal yang mereka pikirkan tepat seperti apa yang Ten ucucapkan.

"Benar, sama halnya dengan hidup yang kita tak tahu akan seperti apa setelah ini, namun rekan-rekan yang kusayangi, tiap tiap dari kita memiliki suatu keinginan yang mana dengan hadirnya rekan-rekan di sini akan membantu terarahkannya keigninan tersebut dalam arti yang lebh baik,"

Ten menjauh dari standing mic lalu menyentuh kepala dan perutnya, "Oh, tidak! aku belum sarapan, aku tidak mengerti apa yang senior itu katakan"

Bisik tawa terdengar mengalun menanggapi aksi Ten, dengan mengambil mikrofon dari standee nya ia mulai berjalan di atas panggung dari ujung keujung tanpa canggung.

"Saat ini kita seperti seseorang yang sedang mengembara, lamanya kita dalam mengembaraan memuat kaos kaki kita berlubang!! Oh itu sangat tidak nyaman, bukan? lalu kita menemukan sebuah pasar tradisional, maka hal pertama yang kita cari adalah...?"

"Kaos kaki!" seru penonton dengan jelas.

Ten mengangguk, "Tapi apakah ada yang menjual kaos kaki di tmpat yang umumnya menjual sayur dan makanan? bisa jadi." Ten menurunkan suaranya menjadi semi berbisik di akhir kalimatnya.

"Kita terus mencari dan mencari lalu hap! ada! rekan-rekan kita menemukan seoarang pedagang pakaian sederhana yang menjual kaos kaki, maka sesuai kebutuhan kita, kita tidak akan ragu untuk membelinya, agar apa? agar setelah ini kita bisa melanjutkan perjalanan dengan lebih baik, dengan lebih nyaman, oh jangan lupa untuk membeli lebih sebagai cadangan di pengembaraan kita selanjutnya"

I Just Wanna [✔️] || KunTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang