• 6 : Ain't No Thang •

136 16 5
                                    

Ten terlihat lesu dan memilih kembali terduduk di sofa lembut milik Kun. Ia hanya terdiam dalam memikirkan sesuatu yang sekiranya terlihat mencurigakan atau aneh, tapi tak satupun ia temukan, ia menyadari telah memikirkan Kun terlalu jauh dan terlalu mengartikannya secara negatif. Ia memejamkan matanya untuk mencoba memikirkan sesuatu tanpa menyadari suara-suara kecil dari arah dapur hingga suara Kun menyadarkannya.

"Aku baru saja mencoba mencampurkan beberapa yougurt dan rasanya enak sekali, apa kau suka yougurt?"

Suara langkah yang juga tiba-tiba terdengar dan berhenti di dekatnya membuat Ten menegakkan punggungnya, ia melihat Kun meletakkan dua gelas susu ke meja lalu duduk di sebelahnya. Kun terlihat sehat dan baik-baik saja, istirahat dengan benar akan membuat kondisi seseorang cepat membaik. Tapi apakah ia mengingat semua yang terjadi dalam semalam?

"Bagaimana?"

"Hm?" Kun menatap Ten yang masih berfokus pandangannya pada gelas susu di hadapannya.

"Bagaimana rasa yougurt-nya?"

Ten kemudian menoleh, membalas tatapan Kun yang ada padanya, tidak, Ten sama sekali tidak berkonsentrasi untuk mendengarkan, ia bergerak membalikkan posisi untuk menghadap Kun dan seketika badannya mencondong dengan cepat dan ia mengalungkan satu tangannya pada leher Kun membiarkan badannya merapat hingga ia bisa merasakan wangi susu dan buah dari celah bibir pemuda tersebut.

Ten menghapuskan jarak keduanya tanpa ragu, ia menekan lengannya agar dapat meraih bibir Kun di depannya. Ia merasakan bibir Kun bersentuhan dengannya, seperti malam sebelumnya namun kini ia tidak akan berhenti, Ten melumat bibir Kun dengan lembut, membawa lidahnya ikut serta menikmati hangat dan lembutnya bibir Kun. Ia tahu Kun tidak membalasnya sehingga ia juga tak berniat mengakhirinya, ia juga tahu bahwa itu akan sama saja dengan yang ia pikirkan semalam dan semua tak berubah.

Tidak semudah itu, Ten tidak bepikir semuanya akan memiliki kesimpulan setelah pagi tiba, karena nyatanya ia merasakan Kun meremas bahunya dan mendorongnya pelan hingga ia terbaring pada sofa, Kun mengukungnya dengan tatapan yang ia tidak dapat artikan, dan selanjutnya ialah yang kini merasakan sentuhan itu, Kun menciumnya sebagaimana yang ia lakukan. Ten merasa cukup pada pikirannya sendiri namun badannya bergerak munafik dan memilih menikmati ciuman panjang dan kian basah bagi keduanya.

Ten mempercayai dirinya akan profesional untuk setiap hal yang diprioritaskan meskipun saat ini di kenyataan ia tak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi padanya   di pagi hari.

Masih tentang Kun. Bagaimana ciuman pertama dan kedua yang ia sadari namun tidak dengan yang ketiga, dan kejadian tadi pagi merupakan jawaban dari apa yang telah ia analisis sepanjang malam. Hal itu adalah karena ia ingin membuktikan apa yang akan terjadi pada ciuman ke empatnya, apakah Kun menolak seperti semalam atau membalasnya seolah Kun tahu bahwa ia tidak mempermasalahkannya.

Namun sekali lagi ialah yang memulainya, mencium Kun dan membiarkan ia dibalas dengan sama panasnya bahkan lebih. Sial, ia memikirkan hal kotor lagi.

Seorang wanita dengan high heels  kembali memasuki ruangan, ia melemparkan senyumnya karena sepertinya kabar baik akan segera ia temukan untuk kerjasama yang akan dibuatnya.

"Kami sudah membicarakannya, maaf mereka terlalu sibuk untuk bergabung dengan kita"

Wanita dengan lesung pipi tipis itu mengangguk setelah kembali membaca dokumen di tangannya sebelum diberikan kepada Ten. Dengan sopan Ten menerimanya dan membacanya dengan seksama. Perlahan senyum muncul di bibir tipis itu, Ten berterima kasih atas ajuan kerja sama yang diajukannya diterima dengan baik setelah diskusi cukup panjangnya.

"Kau merasa berhutang budi padaku, bukan?" Tanya wanita bernama Choi tersebut.

Ten yang sedang merapikan berkasnya terkekeh, "Saya tidak tahu bagaimana harus membalas Anda."

I Just Wanna [✔️] || KunTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang