• 18 : All For Love •

145 13 1
                                    

Denting alumunium di pagi hari telah berhenti, sekarang giliran bunyi sendok dan bahan kaca beradu dengan lembut di dalam pot jeruk yang panas. aroma lemon yang harum serta hangat yang mengaliri tenggorokan membuat Ten menghela napas lega, setidaknya itu membantunya agar lebih lega.

"Apa yang buat hum?" sapa Kun dari ambang pintu kamar.

Ten meletakkan cangkirnya, "Sup perut babi dan jeruk hangat, kemarilah."

Ten bersiap mengambil satu cangkir lainnya namun Kun menahannya dengan memeluk leher Ten dari belakang dan Ten kembali duduk dengan manis, Kun mengambil cangkir milik Ten dan menyeruput isinya, ia mengandaskannya.

"Ini seperti detoks di pagi hari, tapi ini detoksku yang sebenarnya" ia menunduk dan memberikan kecupan di puncak kepala Ten.

Senyum tipis Ten terukir pelahan, "Kenapa kau memasak? kau tidak mengatakan salad prep di container habis?".

Sedikit kebingungan Ten mendongak, "Tidak... hanya ingin".

"Benarkah?"

Ten berkedip dan bingung menjelaskan, Kun yang juga bertanya-tanya kemudian tersenyum, ia menariksatu kursi terdekat untuk duduk di sebelah Ten, menatap sang kekasih yang kini mengisi ulang cangkirnya.

"Sesuatu sedang mengganggumu, kan?"

Cangkir itu diletakkan kembali setelah baru saja terisi, ia menyentuh lehernya dan mengusapnya pelan, "Hm".

"Aku sama sekali tidak keberatan untuk mendengarkan"

Kun menyentuh punggung tangan Ten sehingga sang empu memberikan atensi padanya. Ten memiliki keraguan dan ketakutan pada tatapannya, itu adalah hal yang ia tidak bisa terka.

"Aku takut" Bisiknya.

Kepalan tangan itu menguat hingga Kun melonggarkannya dan membawanya ke dalam genggaman hangat di balik meja.

"Aku takut saat aku terbangun yang kutemui bukanlah kau, aku takut ketika aku membuka mata yang hadapi adalah Nuonuo yang membenciku dan menginginkanku pergi, aku takutㅡ " Ten menahan kalimatnya sesaat karena susah payah menahan bibirnya yang mulai bergetar.

"Aku takut jika kau tiba-tiba memintaku pergi setelah semua yang terjadi"

Kun memeluk Ten saat kalimat itu tepat selesai, ia membawa Ten ke dalam dekapannya setelah mengetahui apa yang mengganjal pikiran kekasihnya, ketakutan yang demikian masih menghantui Ten karenanya, ia sendiri bukan tidak ingin menunjukkan bantahan kehawatiran Ten namun ia tidak mampu, menunjukkan kesehatan mentalnya bukalah hal yang merupakan kehendaknya dan ia juga tidakbisa memberikan keyakinan dan kepastian untuk tetap stabil dalam waktu yang lama.

"Selama ada kau di sisiku, Ten. Selama kau mempercayaiku, maka ini adalah aku, maka akulah yang berada di sisimu seperti yang kau harapkan" bisik Kun.

Pelahan Kun merasakan sesuatu meremas kaosnya, Ten menempel padanya yang Kun kira akan berlangsung selama beberapa menit ternyata tidak, dalam beberapa aktivitasnya Ten akan kembali padanya meski hanya untuk duduk berdua.

"Aku hampir tidak bisa tidur semalam," Cicit Ten.

"Saat aku bangun, di luar hujan, itu membuatku semakin memikirkamu" Lanjutnya dengan volume yang mengecil di belakang.

Hanya dengan dua kalimat informasi tersebut membuat aktivitas Kun dalam sehari penuh cobaan untuk konsentrasi, ia tidak tahu harus gemas ataupun kesal namun dengan tingkah Ten yang dengan random meringkuk di sebelahnya sepanjang hari membuatnya tidak bisa menolak kehadiran pria dengan novel di tangannya kini. Misalnya seperti sekarang, Kun harus pindah ke ruang tamu untuk mengerjakan naskah pada tenggat waktunya namun Ten menggunakan pahanya sebagai bantal dalam kegiatan membaca novel.

I Just Wanna [✔️] || KunTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang