• 12 : Bounce Back •

149 13 2
                                    

"Dia adalah salah satu teman dekatku, kami sangat dekat sama seperti yang lain tapi kami saling mencintai lebih dari seorang teman, aku tidak pernah membawa serius hubungan kami meski tahu perasaan satu sama lain, jika ini adalah sebuah kesalahan kenapa di antara kami hanya aku yang selamat dari peristiwa itu? Kenapa harus aku yang menanggung perasaan ini, Ten?"

Peristiwa itu, tragedi yang Kun hadapi, di dalamnya ada seseorang yang Kun cintai sebagai seseorang yang spesial baginya, dan ketakutan untuk kehilangan orang yang ia cintai menciptakan dorongan untuk menjauhi Ten dan perasaan yang tumbuh padanya. Ketakutan yang terpendam belumlah mati bahkan sesekali datang tanpa bisa Kun cegah.

"Kau ingin terlepas dari perasaan itu bukan? Kau memiliki pilihan itu, Kun. Yang aku tahu kau harus yakin dengan apa yang kau lihat dan rasakan, aku di sini untukmu, untuk mendengarmu, aku dapat kau lihat, sentuh, kau dengar. Tapi selagi kau mengingat dan mempercayai apa yang ada di bayang-bayang gelap itu maka aku tidak lagi menjadi hal yang nyata dan justru bayang-bayang maya itu yang menjadi nyata di pikiranmu. Mana yang akan kau pilih?"

"Aku memilihmu sebagai masa depanku"

"Kalau begitu kaulah yang memutuskan apakah aku akan menjadi temanmu kedepannya dan selamanya, atau apapun itu untuk mendampingimu selama yang aku bisa"

Kun dengan tiba-tiba meniup lilin di atas meja, ia menggeser meja dengan sebelah tangannya yang bebas, dicondongkan badannya tanpa melepas genggaman tangan Ten untuk dapat mengecup bibir pria di depannya.

"Bukan teman, aku akan memilihmu menjadi kekasihku"

Kejadian itu terputar kembali hingga membuat Ten tersadar dari tidurnya. Teringat hal yang membuat statusnya kini berbeda dari sebelumnya, hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi kekasih seseorang yang menarik perhatiannya. Ten menyentuh wajahnya yang memanas, sama panasnya dengan badannya yang panas karena bersentuhan dengan kulit Kun saat ini.

Lengannya yang kekar berisi namun tidak berlebihan, tercetak dengan indah dan sexy menurutnya, ia juga memilikinya hanya berbeda masa ototnya. Kedua lengan yang bersentuhan membuat Ten membandingkannya karena otaknya mulai ber-travelling karena hal memalukan yang mereka lakukan. Bukan memalukan hanya saja, mereka sama sama menyadari bahwa situasinya tidak tepat sehingga mereka yang terbawa nafsu menjadi berhenti untuk saling menyentuh saat keduanya telah topless. Dengan sadar menjaga diri dan berhenti setelah hampir menelan nipple satu sama lain. Memikirkannya membuat Ten segera beranjak pergi.

Memilih untuk bersiap dengan agendanya dari pada memikirkan betapa sexy-nya Kun di atas ranjang.

Bunyi gelas yang diletakkan di atas meja menyadarkan Ten yang sedang berdiri di depan deretan sepatunya. Ia berbalik dan menemukan Kun berjalan dari arah dapur.

"Akan kuantar"

Ten reflek menunjukkan telapak tangannya, "Tidak perlu, aku akan pergi jogging untuk tiba ke studio, setelah itu aku akan ke perpustakaan. apa ada yang bisa kubantu sebelum kupergi?"

Kun menggeleng, "Tidak, aku juga akan pergi setelah ini, hari ini jadwalku konsultasi"

Dengan psikolog itu?

"Ingin kutemani?" tatapan basa-basi itu membuat Kun terkekeh, ia berdiri ke hadapan Ten.

Ia menggeleng namun kemudian menunjukkan pipinya pada Ten, "Setidaknya biarkan kekasihmu ini mendapatkan kiss-bye jadi ia tahu kapan harus merindukanmu".

Ten membelakkan mata melihat situasi yang tidak pernah ia bayangkan-lagi-sebelumnya, ia bahkan sesaat lupa ia dan Kun kini resmi menjalin hubungan yang lebih serius. Ia memajukan wajahnya, namun bukan pipi lembut milik Kun yang disentuhnya melainkan garis leher yang terlihat begitu kokoh dan tampan, baginya. kecupan dalam tiga detik itu pelahan ia lepaskan dan seketika ia berlari ke luar apartemen.

I Just Wanna [✔️] || KunTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang