"Hei!" panggil seseorang dari entah mana.
Ten berjalnan cepat melewati sela gedung dan gang-gang kecil untuk segera pulang.
Pulang ke apartemen.
Ten seketika berhenti berjalan cepat saat teringat bahwa ia akan pulang dan bertemu Kun, ada perasaan yang menahannya namun ia tidak dapat mengakuinya sehingga ia terdiam di tengah hujan lewat dini hari tersebut.
Seseorang menyentuh lengannya dan menariknya cepat, ia berbalik dan samar mendapati Kun menatapnya tak percaya dengan sangat redup, tak ada cahaya di matanya.
"Aku tidak ingin melihatmu, Kun." ucapnya yang hampir teredam hujan.
Kun mendekat dan menghapus jarak keduanya namun Ten dengan cepat mendorong ransel di pelukannya, ia bergerak mundur namun dengan menarik bahu Ten dan menekannya untuk mendekat. Tanpa perlawanan Ten terdekap di bawah hujan di dalam rengkuhan Kun yang semakin erat.
"Maaf,"
Satu kata yang Ten dengar pertama kali, ia tak memiliki tenaga untuk melawan ataupun mengelak, ia terdiam menikmati derasnya air mengguyur seluruh tubuhnya yang kini dilindungi oleh Kun.
Tangannya yang digenggam di bawah hujan itu mengingatkan Ten akan tautan tangan yang hangat disinari oleh senja di tepi hutan beberapa waktu yang lalu, saat itu seperti sinar matahari Ten merasakan hangat hingga ke hatinya, namun saat ini semuanya berbeda. Dingin dan kecewa akan ekspektasinya sendiri terasa begitu tak nyaman.
Kun membawanya ke kedai malam yang masih buka, hanya tersisa kalguksu dan soju tanpa side dish ataupun camilan.
Ten memainkan sendok pada kuah di dalam mangkuknya, Kun melihatnya dengan kesedihan yang tidak bisa ditutupi terlebih tatapan Ten yang begitu lelah.
"Ten, makanlah, kita harus segera pulang pakaianmu sudah sangat basah"
Pulang.
Ke tempat ia seharusnya bisa berteduh, tempat yang tak diargukan untuknya dapat kembali sewaktu-waktu, bersama dengan seseorang yang selalu menyambutnya dengan hangat. Sesaat ia memejamkan matanya, berusaha mengalahkan ego demi tidak membuat fisiknya sakit di saat-saat sibuknya. Pada akhirnya ia menuruti kata-kata Kun untuk segera menyelesaikan makannya.
"Maaf, Aku tidak peka terhadap perasaanmu"
Selama perjalanan Ten tidak memiliki suaranya, Kalimat Kun terngiang bahkan saat ia lebih memperhatikan hujan di luar daripada memedulikan keberadaan Kun di sebelahnya.
"Pakailah kamar mandi lebih dulu, kau bisa flu jika tidak segera--"
"Kun"
Tas yang terus digenggamnya dibiarkan terjatuh ke lantai sementara ia memberanikan diri untuk menatap Kun, dibalik rambutnya yang masih basah dan meruncing menutupi mata ia dapat melihat Kun serius menyelami tatapannya.
"Maaf sudah membuatmu tidak nyaman, aku berjanji untuk lebih menjaga sikap dan tidak melewati batas... lagi"
Kun berjalan mendekati teman sekamarnya itu, seketika Ten bergerak mundur yang membuat Kun berhernti di tempatnya.
"Jangan, kumohon jangan berubah, jangan menjauhiku dan jangan pergi" Ucap Kun yang lebih seperti berbisik pada angin di depannya.
Tanpa mengatakan apapun tentang perasaan Kun saat ini Ten tahu bahwa pria di depannya sedang melwan rasa takutnya yang membuat tangannya mulai bergetar, bukan karena dingin namun itu adalah gejala yang sama persis saat kali pertama Ten melihat Kun terguncang akibat memaksakan diri menemui teman-temannya. Ten menahan diri untuk mendekat dan menenangkan Kun, ia membuang tatapannya meski ia terlihat sangat tidak alami melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Wanna [✔️] || KunTen
FanfictionI know with you my life means more -Amber Liu. nb: some chapters might contain explicit content, please be wise.