Bohong jika ia mengaku tidak tersipu saat ini, Ten segera menutup buku tersebut dengan helaan napas panjang, seutas senyum masih terpatri untuk menit yang sangat lama. Ia tidak menyangka Kun yang sulit membangun kalimat dengan orang lain sebenarnya mahir melakukannya dalam bentuk tulisan, dan itu sangat berkesan untuknya bagaimana Kun menceritakan tentangnya yang mendadak gloomy dan ingin menempel pada sang kekasih seharian. Ia mengibaskan tangannya pada wajah karena efek tersipu masih membuatnya tersenyum.
Saat buku bersampul khas novel itu hendak dikembalikan Ten tanpa sengaja membuat sudut buku tersebut terpentok sudut rak karena letak semulanya uang berasa di tengah-tengah buku lain. Yang membuatnya heran buku itu menjatuhkan pembatas lain di antara halaman lain, pembatas itu terbuat dari kertas.
"Polaroid?" Kertas persegi tersebut merupakan polaroid yang jatuh terbalik.
Ten mengambilnya, keterdiaman dalam ruang kerja semakin terasa kala pikirannya mendadak beku, itu adalah polaroid dengan gambar Kun semasa muda, gambarnya dengan seseorang yang begitu manis. Keduanya terlihat seumuran dengan Ten atau bahkan lebih muda.
"Dia adalah salah satu teman dekatku, kami sangat dekat sama seperti yang lain tapi kami saling mencintai lebih dari seorang teman, aku tidak pernah membawa serius hubungan kami meski tahu perasaan satu sama lain, jika ini adalah sebuah kesalahan kenapa di antara kami hanya aku yang selamat dari peristiwa itu?"
Dia adalah seseorang yang Kun sebutkan?
Dugaannya semakin meyakinkan ketika Ten menemukan tulisan di sudut kertas tersebut.
"on my youth"
Dengan perasaan yang tiba-tiba blank Ten menyimpan kembali polaroid tadi pada tempatnya dan memutuskan untuk kembali ke kamar meski tidak mengantuk. Ketika hendak memutari mejanya ia menginjak sebuah kertas kosong, setelah memeriksa bahwa itu adalah kertas kosong biasa ia menyimpannya di laci Kun atau tempat biasa kekasihnya menyimpan segala kertas di ruang kerjanya.
Sepertinya malam ingin memberikannya perasaan bahwa waktu yang berjalan sangat lama, hal ini karena ia menemukan isi laci yang begitu berantakan dan saat ia mencoba merapikan ia menyadari bahwa kertas-kertas tersebut merupakan kertas penting yang memberikan kabar pekerjaan Kun.
Surat pemutusan tidak perpanjangan kontrak kerja sampingan Kun sebagai jurnalis penulis skenario, Surat tawaran kenaikan jabatan sebagai kepala kurikulum, dan yang membuatnya semakin termenung adalah adanya surat tanda sewa gedung di daerah yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya, itu adalah daerah tempat tinggal Kun.
Itu semua hal yang membuat Kun banyak berdiam diri di ruang kerja. Itu semua adalah tentang Kun yang bingung akan keputusannya, ia telah melepaskan satu pekerjaannya tapi bahkan ketika ia memilih satu dari ketiganya maka tetap adanya kemungkinan... Kun akan meninggalkannya.
Apapun keputusan yang diambil Kun tetap akan pergi darinya. Untuk Kun kembali pada kehidupan yang sebenarnya, untuk Kun dapat melanjutkan kehidupan yang telah pria itu tata jauh sebelum bertemu dengannya, untuk Kun dapat kembali seperti saat mereka tak pernah bertemu. Hanya dengan berpikir cepat sedemikian rupa membuat Ten merasa tiba-tiba dunianya berubah, pikirannya berkelana dengan brutal tanpa ia mampu kondisikan.
Cepat-cepat Ten merapikan kertas-kertas di sekitarnya dan bergegas pergi. Menghirup udara segar adalah alternatifnya. Ten berdiam diri dengan secangkir kopi panas di depan cafe 24 jam di lantai dasar. Hanya hitungan sedikit jam hingga pagi benar-benar datang meski sangat lambat baginya. Ia hanya berdiam menikmati pelannya penerangan fajar bersama dengan hujan yang tidak berhenti sejak ia terduduk dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Wanna [✔️] || KunTen
Hayran KurguI know with you my life means more -Amber Liu. nb: some chapters might contain explicit content, please be wise.