PROLOG

39 8 7
                                    

"AGIL KOK HARI INI LAMA JEMPUT AKU NYA?!"

"Saya sibuk latihan, Ra. Kan mau lomba, maaf, ya? Mau apa?"

"Gramedia date!"

"Sure! Jam tujuh saya jemput."

***

"Agil aku mau cerita..."

"Tunggu, saya kesana."

****

"Agill, tadi aku diajarin main basket sama Sanggara."

"Besok Weekend, kan?"

"Iya Agil, kenapa?"

"Pagi saya jemput, saya ajarin kamu main basket."

***

"Agil ga usah jemput aku, soalnya mau ke toko buku dulu."

"Nanti saya anter."

***

"Agil kemana aja kok kemarin-kemarin ga ke sini?"

"Saya sibuk bikin proyek, maafin ya?"

***

"Agil, aku suka banget dengerin Nathan nyanyi,"

"Mau lagu apa?"

***

"Aku suka banget liatin Agil main gitar,"

"Besok sepulang sekolah kamu kita ke taman."

***

"Bunga yang cantik untuk gadis paling cantik."

***

"Tangan kamu lucu, kayak bayi."

"AKU GA LUCU AGILL! GA USAH NGELEDEK!"

"Gatau kenapa saya pengen terus bilang kalo kamu itu lucu."

***

"I love u, Ranara."

"Love u to, Argilang...

...as a friend's."

***

"Kapan kamu bisa nerima saya, Ra?"

"Kapan kita seagama, Agil?"

****

Sore hari yang indah di temani sang senja mereka gunakan untuk menciptakan kisah berdua. Duduk saling bersandar di atas hamparan rumput hijau. Menatap hamparan air berupa Danau, serta di kelilingi bunga-bunga yang bermekaran.

Indah, semuanya indah. Namun bagi Argilang, yang paling indah adalah gadis di sampingnya. Lelaki bertubuh tegap itu mengusap rambut gadis yang sedang menyender di bahunya.

"Kapan, Ra?"

Ranara, ia mendongak menatap manik indah Argilang dengan komuk bingung. "Kapan apanya, Agil?"

"Kapan kamu nerima saya?"

Ia terdiam, air mukanya menunjukan sebuah kesedihan yang tertahan. Dengan senyuman tipis dan mata sedikit menyipit, Ranara menegakan tubuhnya, ia menghela nafas panjang.

"Emangnya selama ini aku ga nerima Agil?" tanya nya balik.

Argilang menggeleng. "Enggak. Kamu emang nerima saya, tapi cuman sebatas teman. Kapan kamu faham kalau saya itu tulus sama kamu? Kapan kamu nerima saya lebih dari ini?"

Ranara dan Argilang bertatapan penuh arti, keduanya sama-sama terdiam. Ranara, gadis itu bingung ini menjawab apa. Sedangkan Argilang, ia sendiri lelah menghadapi semuanya. Hubungan mereka, yang sudah lama tanpa kejelasan.

"Proyek Agil gimana kemarin?" Ranara mengalihkan pembicaraan.

Argilang menghela nafas berat, ia sudah yakin gadis nya ini akan selalu menghindar. Perlahan tangannya meraih jemari mungil milik Ranara. Argilang mengusap punggung tangannya, ia menatap dalam mata Ranara seolah hanya Ranara objek yang paling indah baginya.

"Sampai kapan kamu menghindar?"

Ranara memalingkan wajah. "Kapan kita seiman?"

****

TO BE COUNTINUED 🤍😾

just prologue, bro! Jadi jangan bosen-bosen baca cerita yang baru dimulai ini😤 Doain aku bisa up terus cerita ini sampe ending ya? Jangan lupa vote, komen, sama seblink nya ya prenndddd🤍😾

thankss—ilopyuuuuuu




GILNARA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang