Bab 9. Diantar ke Kampus

996 11 0
                                    

"Aku harus kembali ke kampus, Kak."

Di tengah perjalanan pulang, Felisha memberi tahu Alan jika ia masih ada kelas di kampusnya. Lelaki itu memang tidak bertanya, tetapi Felisha sengaja memberi tahu sebab ia khawatir jika lelaki itu kembali menaikkan sekat hitam di depan dan berencana melakukan kegiatan yang terjadi tadi.

Tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Alan, tiba-tiba mobil yang Luna lajukan berhenti.

"Kalau begitu kamu bisa turun sekarang." Alan menatap Felisha sinis.

Felisha tampak cemas. Namun, ia memilih untuk segera turun sembari menarik tas kuliahnya dan menutup pintu mobil setelah menginjakkan kedua kakinya ke tanah.

Setelah itu mobil kembali melaju cepat. Meninggalkan Felisha yang berada di satu tempat yang masih jauh dari kampusnya.

'Bukankah ini lebih baik dibanding kamu berada di dalam mobilnya?' tanya Felisha pada dirinya sendiri.

Gadis itu lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Ia berniat memesan ojek online demi mengantarnya ke kampus. Tapi, belum juga ia menemukan supir ojek di aplikasinya, tiba-tiba muncul motor dari arah belakang, yang berhenti tepat di depannya berdiri.

"Felisha!" seru orang tersebut yang wajahnya masih tertutup helm full face.

Felisha masih belum mengetahui siapa orang tersebut. Tapi, suara laki-laki yang ia dengar mengingatkannya pada sosok seseorang yang ia damba.

Perlahan lelaki itu membuka helm-nya. Lalu, senyum tersungging di bibirnya ketika menatap Felisha.

"Erik!"

Lelaki bernama Erik tersebut adalah teman satu kampus Felisha, beda fakultas. Ia adalah salah satu mahasiswa tampan juga keren yang banyak disukai oleh banyak mahasiswi di kampusnya. Felisha sendiri diam-diam mengagumi sosok Erik. Tapi, sifatnya yang pendiam dan insecure, membuatnya tidak berani menyimpan perasaan tersebut lebih lama. Ia merasa kalah sebelum berperang ketika melihat saingannya adalah para mahasiswi cantik dan populer.

"Kamu lagi ngapain di sini?" tanya lelaki itu sembari mengamati sekitar.

"Eh, aku habis dari rumah orang tua aku."

"Rumah orang tua kamu? Memang di mana rumahnya? Kok aku enggak tahu kalau kamu rumahnya di sekitar sini."

"Ehm, ya. Buat apa tahu juga. Lagian enggak penting juga 'kan." Felisha tersenyum menatap Erik.

"Ya, enggak gitu juga. Jadi, rumah kamu yang mana? Jauh dari sini?"

"Blok belakang. Dua blok dari sini."

"Oh!"

"Kamu sendiri ngapain? Apa rumah kamu juga di sini?"

"Oh, bukan. Aku habis dari rumah tante. Tante aku yang rumahnya di sini."

"Oh!"

Keduanya kemudian sama-sama terdiam. Felisha yang ingat hendak memesan ojek online, kembali diingatkan untuk segera pergi.

"Ngomong-ngomong kamu mau ke mana dari sini?"

"Eh, aku mau ke kampus. Masih ada satu kelas lagi jam satu ini."

"Ini udah mau jam satu loh!"

"Iya aku tahu. Makanya aku mau pesan ojek online," ucap Felisha sembari memencet layar ponsel pintarnya.

"Aku antar aja!"

"Ehm, apa?" jawab Felisha masih menatap layar ponsel, seperti tidak mendengar jelas ucapan Erik barusan.

"Kamu aku antar. Kebetulan aku juga mau ke kampus."

"Hah! Eh, enggak usah. Aku bisa pesan ojek kok!"

"Enggak usah. Biar bareng aku aja!"

Crazy Brother In-Law 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang