Bab 10. Pulang Malam

1.4K 22 5
                                    

Felisha melihat Erik yang sudah turun dari motor bersama seorang perempuan yang ternyata adalah Feby dengan perasaan bingung luar biasa. Belum lagi Gina yang seolah menunggunya menjelaskan tentang apa yang tengah terjadi terhadap mereka saat ini.

"Feli! Siapa lelaki ini?" tanya Erik yang berjalan ditemani Feby di sampingnya.

Sempat Felisha berkata dalam hati, betapa serasinya Erik dan Feby, tetapi pikiran itu segera berlalu dan tidak dianggapnya penting sekarang.

Seketika Felisha melihat ke arah Alan yang tetap terlihat tenang dengan ekspresinya yang tersenyum penuh makna.

"Di-dia, eh ... kakak ipar aku." Felisha menjawab jujur.

Alan masih tersenyum ketika Felisha mengakui statusnya yang adalah suami dari kakaknya. Tidak marah meski ia telah dikhianati oleh istrinya yang kabur bersama laki-laki lain.

Gina mengangguk. Ia mengerti sekarang. Meski hatinya kesal juga karena sang kawan sempat berbohong ketika mengatakan tidak mengenali kakak iparnya tersebut. Tapi, ia berasumsi jika ada sesuatu yang memang sengaja Felisha simpan sebab ada hal yang memang tidak seharusnya diketahui orang lain.

Erik menatap Alan seolah sedang menilai penampilan lelaki itu dengan mengamati tubuhnya dari atas kepala sampai bawah kaki. Namun, ekspresi Alan masih belum berubah. Ia masih tersenyum angkuh juga dingin.

"Lalu, kakak ipar kamu mau apa di sini?"

Meski percaya akan status Alan dan Felisha, tetapi Erik merasa aneh ketika lelaki tampan dan penuh karisma itu berada di jalanan dan seperti sengaja mengejar temannya.

Erik menatap Felisha sekarang. Bersama Feby yang entah bagaimana bisa jalan bersamanya, lelaki itu melihat sikap gugup yang tampak di wajah Felisha.

"Beliau mau menjemput aku pulang."

Erik spontan melihat jam tangan di pergelangan kirinya. "Ini baru jam tiga. Apakah jam kantor sudah bubar?"

Melihat penampilan Alan, Erik jelas tahu siapa laki-laki yang saat ini berdiri di hadapannya. Meski tak tahu apa persis jabatannya, tetapi dengan melihat mobil yang dikendarai oleh Alan, Erik bisa menebak bukan posisi biasa yang dijabat oleh kakak iparnya Felisha itu. Jelas Alan ada seseorang yang bekerja di sebuah perusahaan, bukan sebuah instansi pemerintah jika melihat pakaian jas yang melekat di tubuhnya.

Tak ada sahutan dari Alan demi melihat reaksi aneh yang tampak di wajah Erik. Ia masih terlihat tenang dan memilih membiarkan Felisha menjawab pertanyaan yang diajukan.

"Maaf, Kak Alan, masih ada barang yang mau aku cari sore ini. Jadi, maaf aku akan pulang bareng Gina sekarang."

Penolakan yang Felisha sampaikan dengan jelas membuat Alan tidak senang. Tapi, lelaki itu seperti menganggap angin lalu ketika kemudian ia pamit sembari tak lupa memberikan senyum terbaiknya, yang Felisha sadari sangat mengerikan. 'Itu alarm bahaya', pikirnya.

Semua orang yang ada di pinggir jalan itu memilih diam ketika Alan berlalu pergi dengan mobil mewahnya. Lalu, Erik kembali menatap Felisha seolah ingin bertanya sesuatu, tetapi merasa aneh ketika mendadak lidahnya kelu.

Felisha tersenyum menatap Erik dan Feby, bergantian.

"Kalau gitu, aku sama Gina pergi duluan, yah?"

Tanpa basa-basi, Felisha segera mengajak Gina untuk bergegas menyalakan motornya kembali dan secepatnya pergi dari sana.

"Fel!" panggil Erik, membuat Felisha berhenti bergerak, tetapi hanya melihat respon Erik yang juga diam.

"Ada yang mau kamu tanyain sebelum aku pergi?"

Crazy Brother In-Law 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang