04

125 9 5
                                    

[Gavin kenapa?]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Gavin kenapa?]


Kok makin hari makin sepi ya? Jadi males lanjutin...

***

Sepanjang waktu mereka menghabiskan berdua di alun alun. Tanpa disadari waktu sudah malam. Mereka bergegas mencari bus untuk bisa pulang.
Suasana malam hening hanya terdengar suara jangkrik bersuara. Kedua orang itu menunggu bis tanpa mengobrol sama sekali tiada yang mau berbicara karena sudah kelelahan.

Bus pun tiba tepat di depan mereka. Tanpa menunggu lama mereka menaiki bus mencari tempat duduk lalu memejamkan mata. Sagara menatap Nararya yang nampak terlelap ia membuka lengan Hoodie perlahan ingin melihat luka yang tadi pagi ia tak sengaja menyentuh lengan itu.

"Na, lu belum ngasih jawaban itu ke gua." Lirih Sagara dengan wajah murung melihat lebam ungu kebiruan di lengan Nararya. Sagara pun mengalihkan pandangan ke jendela yang basah terkena air hujan iapun membatin, 'salah ya gua ngelakuin itu ke lu?, Padahal gua gak tega melihat lu dibully sama anak-anak lain.' Sagara menghela napas ia memejamkan mata dan melanjutkan isi batinnya. 'Na, jika gua ngebiarin lu dibully sama aja gua jadi sahabat yang buruk bagi lu. Biarin aja gua sering kena imbasnya yang penting gak ada luka di diri lu membuat gua lega'.

Sagara bersandar di bahu Nararya masih memejamkan matanya.

Nararya terbangun ketika bus itu berhenti tepat didepan halte. Nararya melihat Sagara yang terlelap di bahunya ia menepuk paha Sagara dengan sedikit kasar agar terbangun dari mimpi yang indah. Tak lama anak itu bangun dan memberi jalan untuk Nararya lewat iapun mengikuti Nararya dari Belakang.

Nararya berjalan menuju kerumah karena langit sudah mulai gelap begitu juga dengan Sagara mereka berpisah di jalan gang kecil dan sempit.
Sebelum mereka berpisah Nararya mengucapkan terima kasih telah mengajak keluar pada sore hari kepada Sagara. Sagara menggangguk dan tersenyum manis kepada Nararya setelah itu dia mengatakan selamat tinggal dan memasuki gang kecil disana. Nararya kembali berjalan menuju rumahnya.

.

Sampai dirumah seseorang telah menunggu kehadirannya namun ia tak memperdulikan itu Nararya terus berjalan menuju kamarnya. Gavin menghentikan langkah Nararya dengan menggenggam lengan Nararya yang terluka dengan tidak sengaja membuat Nararya meringis. Gavin khawatir iapun segera mendekat dan bertanya.

"Maaf gak sengaja, lu darimana kok bisa terluka gitu?." Nararya melepas kasar tangan dari Gavin.
Ia menatap kesal Gavin.

"Itu bukan urusan lu ngerti!." Ucap nararya dengan kasar. Gavin terdiam berdiri tepat di depan Nararya pergi dan membanting pintu kamarnya dengan kuat. 'Na, kenapa lu sangat benci sama gua?.' batin Gavin menatap pintu kamar Nararya. Sampai kapan Nararya akan membenci dirinya?. Adakah harapan untuk memperpanjang waktu hidupnya? Ia tak mau pergi sebelum akur dengan Nararya. Berapa Waktu yang ia punya sekarang?. Mungkin saja tak banyakkan?

.

Gavin melihat Defran sedang asik dengan dunia sendiri. Ia mempunyai ide jahil untuk mengagetkan dari belakang. Dengan diam diam anak itu mendekati Defran. Lebih dekat lagi sudah dekat lebih satu Senti. Gavin memegang bahu bermaksud mengagetkan Defran namun tidak sesuai ekspektasi Gavin. Defran tidak sama sekali terkejut melainkan bertanya kepadanya.

"Mau ngapain lu?." Gavin kesal karena Defran tak terkejut. Iapun langsung duduk disebelah Defran ikut menikmati udara segar. Defran menatap aneh Gavin. Gavin yang merasa ditatap aneh iapun bertanya kepada Defran. "Ngapain lu natap gua segitunya. Naksir ya?." Defran menampar wajah tampan Gavin sembari bilang.

"makan tuh naksir Yakali gak normal ye." Gavin tak terima wajahnya dipukul begitu saja. Ia mengelus kepala yang ditampar Defran."santai aja Napa sih." Defran mengiayakan anak itu.

Hening sesaat keduanya namun tak lama itu Defran kembali membuka suara bertanya kepada Gavin
"Gav, lu suka sama Dhea ya?." Gavin menjawab pertanyaan itu dengan jujur.

"Iya sudah agak lama, kenapa?" Tanya Gavin kembali ke Defran. Defran juga bertanya. " Kenapa lu gak confees ke dhea?" Gavin menghela napas berat . "Gua?, Gak ada waktu buat confees dep." Jawaban itu membuat Defran menggangguk mengerti. 'sebenarnya ada cuma lu yang canggung pin.' Defran mengajak Gavin untuk turun ke lapangan.

Guru olahraga pun datang semua murid yang dilapangan berkumpul barisan telah ditentukan. setelah itu semua murid disitu berlari sepanjang lima kali. Sebenarnya Defran tak mau lihat Gavin olahraga namun anaknya batu mau bagaimana lagi?. Ia terpaksa menyembunyikan ini tapi jika terjadi suatu hal buruk kepada Gavin ia akan tanggung jawab.

Belum mencapai lima kali putaran Defran yang belakang Gavin sedang menghampiri anak itu untuk berhenti sejenak. Defran sedikit terkejut wajah Gavin pucat dan napas uang tersengal . Ia mengajak Gavin berhenti lalu bertanya.

"Pin, lu baik baik aja?." Gavin menggangguk kecil sembari bilang bahwa dia baik baik saja agar Defran tidak khawatir namun sebaliknya Defran justru sangat khawatir apalagi napasnya sudah tersengal dan wajah Gavin pucat. Defran berusaha memaksa Gavin untuk berhenti namun anak itu tetap bersikeras mengikuti pelajaran.

"Pin, tapi muka lu pucat banget gua gak ya-., Gavin!.."

*~✿✿✿~*

Aneh ya ceritanya? Makanya sepi... Kalau sepi di unpublish ajalah..

Waktu Gavin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang