03

128 9 0
                                    

[Lagu untuk defran]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Lagu untuk defran]

Moga kalian suka dan jangan lupa tombol bintang nya ges biar author semangat buatnya.

***


Sagara masuk kedalam kelas dengan penuh kesal
Ia mendobrak meja dengan keras lalu duduk dan meletakan kepala sedikit keras. Sial sekali hari ini ya tuhan. Nararya yang berada disampingnya bertanya.

"Lu baik baik aja gar?." Sagara menggeleng kepala tidak. "Hadap sini kalau lagi ngomong sama orang." Ketus Nararya. Mendengar itu Sagara langsung mendongak kepalanya. Nararya sedikit terkejut
tanpa basa basi Nararya menarik paksa lengan Sagara. Entah anak itu membawa dirinya kemana?.

Sesampai di UKS Sagara langsung duduk di ranjang UKS. Nararya mencari obat untuk wajah Sagara yang lebam. Sagara menatap terus Nararya yang sibuk mencari obat sembari memberitahu dimana letak obat itu. Setelah ketemu Nararya mulai mengobati
dengan perlahan.

Sagara terus meringis kesakitan ketika wajahnya diobati Nararya. Sagara tidak bisa menahan rasa sakit iapun menghentikan lengan Nararya yang terluka tanpa senja menyebabkan Nararya sedikit meringis.

"maaf na,gak sengaja. by the way tangan lu kenapa?. Siapa yang bully lu selain Danu?." Tanya Sagara dengan penasaran nan tegas. Pertanyaan itu membuat Nararya terdiam.

.

Alunan gitar akustik yang dimainkan Gavin begitu indah dan juga menghipnotis Defran untuk menikmati alunan itu. Seusai Gavin pemanasan Defran bertepuk tangan kagum dengan Gavin yang sangat luar biasa. Gavin terkekeh sembari memberitahu Defran bahwa dia mempunyai lagu untuk bawa.

"Dep,gua punya lagu buat lu." Defran tersenyum manis lalu bertanya.

"Gimana tuh lagunya?." Gavin mulai memainkan gitar dan bernyanyi.

Def, bila suatu saat kau dengarkan lagu ini
Dan aku sudah tak ada lagi di sampingmu
Berjanjilah padaku
Teruslah tersenyum bahagia walaupun dunia tak seindah yang kau kira.

Senyum Defran luntur dengar perlahan mendengar lagu itu. Ia menatap Gavin dengan sedih. Defran memanggil nama anak itu lalu mengucapkan sebuah ketakutan.

"Pin, jangan gitu gua jadi takut kehilangan lu."  Jari Gavin berhenti memainkan gitar. Ia membalas tatapan sedih dari Defran dengan senyuman. 
Anak itupun berkata.

"Gua gak bermaksud nakutin lu dep, maaf." Anak itu pun memberikan sebuah pelukan hangat khusus untuk sahabatnya. Sontak Defran langsung memeluk Gavin dengan sangat erat.

"Gav, kumohon bertahan lebih lama lagi." Ucap Defran . Gavin tersenyum dan menggangguk dalam pelukan itu. Sialnya air mata keluar membasahi baju Gavin. Gavin menenangkan Defran dengan berkata.

"Gua gak pergi jauh kemanapun, sekalipun pergi gua akan tetap disamping lu selamanya." Defran melepas pelukan lalu mengeluarkan jari kelingking sebagai janji. Gavin mengiayakan dan juga mengeluarkan jari kelingkingnya.

.

Sore ini Sagara memasuki bus bersama Nararya dengan perasaan tak sabar. Mereka duduk bersebelahan menikmati pemandangan di luar jendela. Tak lama mereka duduk Nararya bertanya Sagara. "Gar, sebenarnya kita mau kemana?. " Sagara hanya terkekeh lalu mendekat ke telinga untuk berbisik.

"Itu rahasia."

Nararya menatap tajam lalu memalingkan wajah dari Sagara. Bisakah Sagara langsung memberitahu dirinya kemana dia akan pergi. Nararya menutup malas matanya. Sedangkan Sagara terkekeh melihat kelakuan Nararya kali ini. Seperti anak kecil tidak diberi permen saja. Iapun menghela napas bersandar di bahu Nararya yang sudah terlelap dalam mimpinya.

Ketika sudah sampai di tempat yang dimaksud oleh Sagara bus berhenti membuat Nararya terbangun dari tidurnya. Ia membangunkan Sagara dengan cara menepuk pelan pipi anak itu sampai bangun.
Tak lama tepukan membuat Sagara bangun belum sepenuh sadar ia bangkit sedikit melangkah badan Sagara sedikit kehilangan keseimbangan membuat dirinya jatuh. Nararya tertawa pelan lalu memberi tangannya untuk membantu bangun.

"Dah yok bayar." Ucap anak itu dengan keadaan malu. Nararya menggangguk mengikuti Sagara dari belakang. Setelah membayar mereka nurun dan mencari tempat nyaman untuk mereka mengobrol.

"Gar, gimana kalau di Abang batagor itu." Sagara menyipitkan mata kearah yang dimaksud oleh Nararya. Pas juga untuk mencari udara segar tapi kenapa harus disan- Sagara tau maksud dari Nararya. "Lu pengen batagor ye?." Nararya nyengir iya. Sagara mengiayakan selama tempat itu tak begitu ramai.

Mereka berjalan ke penjual batagor itu. Sampai disana mereka memesan dua porsi batagor untuk dimakan sembari menikmati udara pada sore hari.
Merekapun duduk menunggu pesanan itu datang.

Nararya memulai topik mengobrol dengan menasehati Sagara, "Gar, maafin gua ya jika selama ini gua ngerepotin lu. Setiap gua dibully pasti lu jadi tumbal. Gua tau lu hampir di skor Ra. jadi gua punya pesan buat lu biarin saja gua dibully daripada lu di skor."

Sagara hampir tersedak minuman mendengar perkataan itu. Yang benar saja dia ninggalin Nararya begitu saja? Tak apa dirinya terkena akibat dan lukanya asalkan Nararya tidak lagi yang kena bully.
Ia benci itu. Walaupun itu menyakitkan asal Nararya tidak terluka sudah membuat Sagara lega. Sagara membuka suara.

"Na, gua gak tega tinggalin lu dibully sama Danu atau siapa gitu. Apalagi gua gak suka lihat lu terluka men." Nararya tersenyum lalu menoleh kearah Sagara.

"Makasih ya gar tetap disamping gua walaupun sering banget ditindas ataupun dibully lu tetep setia."

Sagara menggangguk mendengar kata itu. Apapun yang terjadi mereka tetap bersama dan Sagara akan selalu disamping Nararya selamanya jika dia ingkar janji maka dia benci dirinya sendiri.

*~✿✿✿~*

Gavin:Btw lagunya bagus gak?
Defran: bagus tapi lu nakuti gua jirt, sengaja ya?.

Waktu Gavin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang