8.🐈‍⬛

115 19 0
                                    























Jiwangga menepati ucapannya. Minggu itu, Jiwangga berhadapan dengan orang tua Zeline bersama kedua orangtuanya dan anaknya.

"Kedatangan saya kemari ingin meminta izin kepada ibu dan bapak untuk mengambil tanggung jawab atas putri bapak dan ibu. Saya sudah mengenal Zeline 5 bulan yang lalu, dan saya tidak ingin membuang kesempatan ini, apakah bapak dan ibu berkenan memberikan saya izin?" Ucap Jiwangga dengan sedikit gugup.

"Kamu serius dengan anak saya? Kamu sudah punya apa saja sampai berani ingin menikahi anak saya?" Ucap bapaknya Zeline. Zeline menunduk takut mendengar ucapan bapaknya.

"Saya sudah memikirkan ini sebelum saya ingin meminta izin kepada bapak, ibu. Finansial saya, saya rasa sudah cukup, saya menjabat menjadi CEO di BP Company, saya sudah mempersiapkan rumah untuk ditinggali, dan saya akan menyempatkan waktu untuk keluarga. Anak bapak dan ibu tidak akan kekurangan kasih sayang." Ucap Jiwangga.

"Saya restui, dengan satu syarat. Jangan pernah kamu melakukan kekerasan pada anak saya, jangan bentak anak saya walau dia melakukan kesalahan, tolong sayangi anak saya. Keputusan ada di tangan Zeline ya nak?" Ucap bapaknya Zeline.

"Gimana nak?" Ucap ibunya Zeline.

"Pak, Bu. Zeline bersedia menjadi pendamping mas Jiwangga" ucap Zeline berlutut di depan kedua orangtuanya. Mereka berdua memeluk Zeline yang menangis.

"Maaf jika saya terburu-buru, saya sudah menyiapkan tempat dan undangan. Untuk tempat masih 70% lagi siap, undangan sudah siap di sebar, catering sudah saya atur. Saya mengharapkan bapak dan ibu datang di acara pernikahan kami yang diadakan awal bulan Agustus." Ucap Jiwangga.

"Kebelet nikah kamu" ucap ayah Jiwangga menepuk pelan pundak Jiwangga. Mereka pun tertawa.

Kedua orang tua Jiwangga dan Zeline sibuk berbincang perihal pernikahan. Sementara Zeline, Jiwangga, Agam, dan Darren jalan-jalan mengelilingi kampung. Zeline yang menggandeng Agam dan Jiwangga yang menggendong Darren.

"Ini sawah siapa zel?" Tanya Jiwangga sambil berjalan.

"Punya bapak mas, tapi sekarang punya kak Hugo" jawab Zeline.

"Kalo yang sebelah sana punya Zeline" ucap Zeline menunjukan sawah miliknya.

"Wah luas nya dua kali lipat dari sawah mas Hugo ya?" Ucap Jiwangga. Zeline mengangguk.

"Pulang yuk? Takut ada ular, mau musim panen soalnya" ajak Zeline.

"Kak, pulang yuk?" Ajak Jiwangga kepada Agam yang bermain dengan kepiting kecil di pinggir sawah.

Disepanjang jalan pulang, banyak yang menyapa mereka.

"Ndok, kamu mau ikut pulang?" Tanya ibunya Zeline.

"Ngga Bu, Zeline besok pulang. Mereka nginep disini dulu boleh? Kasian pasti mereka masih capek" tanya Zeline.

"Boleh sekali nak, yasudah ibu bersihkan kamarnya dulu ya?" Ucap ibunya, Zeline ikut membantu.

Hari sudah malam, mereka semua memutuskan untuk tidur karena besok pagi akan pulang ke Jakarta. Terdapat 4 kamar. Kamar orangtua Zeline, kamarnya, kamar Hugo, dan kamar tamu.

Kamar tamu di tempati oleh orangtuanya Jiwangga, kamar Hugo di tempati Jiwangga dan Agam, kamar Zeline di tempati olehnya dan Darren.

Pagi harinya, Zeline dan ibunya membuat sarapan. Sisanya sedang sholat dan siap-siap kembali ke Jakarta.

"Ndok, kamu udah siapin baju kamu?" Ucap ibunya Zeline.

"Udah kok Bu, tinggal ganti baju aja" ucap Zeline.

"Yowes, ajak calonmu, anakmu, sama calon mertuamu buat makan yo? Ibuk mau sholat karo samperin bapakmu" ucap ibunya Zeline dan meninggalkan Zeline di meja makan.

Zeline pergi ke kamar tamu untuk mengajak orang tua Jiwangga sarapan, lalu menghampiri kamar kak Hugo untuk mengajak sarapan Jiwangga dan Agam. Zeline kembali ke kamar nya dan membangunkan Darren lalu memandikannya.

Sarapan pun selesai, mereka berenam siap-siap dan pamit.

"Buk, Zeline sama keluarga mas Jiwangga pamit ya? Ibuk sama bapak jangan lupa dateng nanti" ucap Zeline menyalami dan memeluk kedua orangtuanya. Di susul Jiwangga yang menyalami kedua orang tua Zeline dan memeluk bapaknya Zeline.

Selesai acara salam-salaman, mereka berangkat ke Jakarta.







____








Ketika sampai di rumahnya, Zeline di sambut kakaknya dan keponakannya.

"Selamat datang Tante" ucap Hugo sambil melambai-lambaikan tangan Brian, Brian langsung minta gendong kepada Zeline.

"Uuuu keponakan ateu, kangen yaa?" Ucap Zeline menciumi pipi Brian, Brian hanya mengoceh tidak jelas.

"Gimana? Ibuk bapak setuju?" Tanya Hugo yang duduk di samping Zeline.

"Bapak ibuk setuju kak" ucap Zeline dengan senyum manisnya.

"Syukurlah. Kakak mau bilang sesuatu sama kamu" ucap Hugo serius.

"Adik kakak udah gede yaa? Udah ada yang berani bawa orang tuanya ke bapak sama ibuk. Adik yang dulu sampai sekarang kakak jaga udah mau punya suami, ga kerasa ya? Kamu juga bakal jadi ibu, pesan kakak buat kamu. Kakak harap kamu jadi ibu yang baik buat anak-anak kamu nanti, jangan lupa minum vitamin, selalu baik dan sabar, jangan tinggalin ibadah, terbuka sama suami kamu. Kamu masih tetep jadi adik kesayangan kakak, kakak akan terus jagain kamu sampai kakak gaada. Kakak percaya sama Jiwangga, kakak harap kamu bahagia sama pilihan kamu." Ucap Hugo meneteskan airmatanya.

"Kak... makasih banyakk" ucap Zeline yang menangis dan memeluk Hugo.

























Vote & comment juseyooo

[2] Duda || Kim Jiwoong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang