Awas ada typo.
Now playing: Nightlight - Finding Hope
"Bukannya malah bagus? Kenapa lu malah stress?"
"Bukan gitu! Gue kira, Yarfa bakal nyuruh gue diem atau say something bad or even curse me. Kenapa dia malah ngomong it's fine? Gue salah taktik kah?!" Serdian mengeluarkan semua keluh kesahnya.
Memang benar kalau dia juga senang ketika Yarfa berbicara dua kata padanya, namun hal yang diucapkan bukan seperti yang ia bayangkan!!
Harfa dan Danielle menatap Serdian dengan tatapan khawatir. Apakah teman mereka stress?
"Serdian," panggil Harfa. Serdian yang semula marah-marah sendiri jadi diam.
"You good??" Tanya Harfa khawatir.
"Nggak! Gue gila! Puas lu?!!"
Danielle mencoba menenangkan Serdian, kasian temennya. Masih muda udah gila.
Emang gila sih.
Serdian makin gila, Harfa dan Danielle makin dibuat bingung.
"Ser, istirahat dulu, yuk. Beli jajan." Ajak Danielle.
Danielle memapah Serdian yang terlihat tidak bernyawa, gara-gara Yarfa bicara dua kata, Serdian jadi kayak mayat berjalan.
Setibanya di kantin, Danielle segera membantu Serdian untuk duduk, kemudian mereka segera membeli makanan. Serdian di tinggal buat jagain meja.
Setelah beli makanan, mereka buru-buru balik ke meja, takutnya Serdian pingsan.
"Ser, makan dulu," tutur Harfa.
"Gue stress mikirin Yarfa. Besok gue kayang di depannya, dia bakal ngumpat nggak ya?"
Plak!
"Gue tau lu lagi stress, cuma gobloknya nggak usah nambah. Yang ada, lu dikira kesurupan." Cegahnya.
"Biar apa? Biarin. Emang gue peduli?"
"Serdian kalau edan banget bisa ngalahin ODGJ. Serem." Tutur Danielle.
"Anjir, gue dibilang kayak ODGJ. Gue waras ya, stress dikit sih." Ujarnya.
"Yaudah sih wir, makan dulu gih. Udah laper gue,"
Danielle dan Harfa melahap makanan mereka, sementara Serdian masih termenung saja.
"Makan. Jangan mikirin itu terus, ntar lu sakit, kita yang rempong. Udah gede, mandiri yuk, mandi sendiri."
Serdian terkekeh mendengar kata-kata penyemangat dari Harfa, sepele namun dapat membuatnya tenang.
"Gue udah mandi sendiri dari SD bego, yakali masih dimandiin sama nyokap."
"Siapa tau, lu kan anak tunggal bro." Terang Harfa.
"Yeuh, mentang-mentang gue anak tunggal terus lu kira gue masih dimandiin? Gila lu."
Akhirnya Serdian dapat tertawa kembali, semuanya berkat Harfa. Memang benar kata orang, kalau berada di dekat orang yang tepat semuanya terasa lebih bahagia.
-----
Pensil yang menari-nari di atas sebuah kertas menjadi perhatian utama bagi Serdian. Entahlah, ia terlalu sibuk menggambar sesuatu yang tak berujung. Atau, ia tengah menggambar sesuatu yang ingin ia miliki.
Semua coretan itu berhasil menciptakan wajah dan tubuh seseorang, goresan-goresan yang memenuhi bagian atas yang tentu saja menjadi rambut lebat.
Sosok yang tergambar terasa tak asing, namun Serdian masih belum menyadarinya.
"Gambar apaan lu?" Harfa menarik kursi kemudian duduk di dekat Serdian untuk melihat apa yang tengah digambar oleh sahabatnya.
"Yarfa?"
"Huh?" Bingung Serdian.
"Lu gambar Yarfa?" Tanya Harfa memastikan.
Serdian akhirnya tersadar, sedari tadi jemarinya melukiskan sesuatu yang begitu mengganggu pikirannya.
"Kenapa? Kangen?"
Serdian mengendikkan bahunya, terlalu bingung dan malas menjawab pertanyaan Harfa yang mungkin takkan berujung.
"Gue mau ke toilet."
Tungkainya melangkah menuju toilet laki-laki di dekat kelasnya, masuk ke dalam bilik untuk menyelesaikan urusannya.
Setelah selesai, Serdian berniat untuk segera kembali ke kelas, namun niatnya ia urungkan begitu mendengar ada suara ricuh di luar biliknya.
"Nggak usah sok pendiem, anggota geng motor kayak lu nggak pantes jadi anak sok pendiem."
"Bener, sok-sokan jadi anak cool. Padahal diluar kayak bajingan."
"Mending lu urusin nyokap bokap lu yang sering mabuk-mabukan noh. Jadi anak yang berguna dikit, bego kok dipelihara."
Serdian mengintip sedikit dari balik pintu, terlihat ada tiga sosok pemuda dengan seragam yang tidak rapi lalu ada satu sosok lagi yang terduduk di lantai. Sepertinya Serdian mengenal sosok tersebut.
"Yarfa?" Ucapnya tidak percaya.
"Saran gue sih, lu mending ikut jadi kupu-kupu malam aja kek nyokap lu. Nggak bakal sengsara lagi lu."
"Atau sekalian nikah sama om-om hidung belang, daripada lu ikutan geng motor tapi jadi beban doang. Gue lupa, nyokap lu udah resign ya, kasian banget lu."
Serdian mengepalkan tangannya, tak habis pikir dengan tiga manusia tak waras itu. Apakah mereka sadar apa yang baru saja terucap dari bilah bibir mereka? Sementara Yarfa terduduk dengan wajah menunduk.
Bahkan tangannya saja sudah terkepal seperti milik Serdian.
"Cabut. Bocah sialan kayak dia mending nggak usah diurusin."
Setelah memastikan bahwa tiga manusia, bukan, tiga anjing itu pergi, Serdian keluar dari bilik tempat ia membuang hajat.
Mengulurkan tangannya, berharap setidaknya Yarfa akan menerimanya.
"Ayo bangun, lantainya kotor." Tukasnya.
Yarfa menerima uluran tangan itu, ia menepuk-nepuk bagian belakang celana dan bajunya yang sedikit kotor, lalu membenahi letak kacamatanya.
"Makasih." Pemuda manis itu berlalu begitu saja, meninggalkan Serdian seorang diri di dalam toilet.
"I hope you'll be fine."
Hey yo wassup, gimana ceritanya? Semoga suka ya.
Update lagi, jangan bosen ya. My mood is kinda bad, jadi update aja ya, maaf agak curhat gini, hehe, lop yu( ◜‿◝ )♡.
Jangan lupa vote n komen ya, dan juga beri kritik dan saran supaya ceritanya lebih baik lagi ok bye bye 😁.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident
Fanfiction[SLOW UPDATE] "WOY! GUE NGGAK MAU MASUK PENJARA BEGO!!" "Santai napa? emang lu ngapain?" "GUE NGGAK SENGAJA NABRAK ORANG!!" "HAH?!!!" BXB A lot of swearing!! Don't copy my work!!