Journal??

68 18 0
                                    

Awas ada typo.

Now playing: all the kids are depressed - Jeremy Zucker






























Serdian menghela napas berat, memang sial sekali dirinya. Pagi-pagi buta sebelum yang lain datang, ia harus sudah tiba di sekolah, nasib menjadi anak rajin yang terlalu rajin.

"Anjir, masih jam 05.45 sialan. Yang lain masih tidur, gue udah dateng ke sekolah, edan banget."

Serdian menyesali keputusannya untuk berangkat pagi dengan ayahnya. Ternyata baru jam segini, rasanya Serdian mau nangis sambil ngesot.

"Aduh, pusing bet anjir. Taruh tas dulu lah, baru ambil buku di loker."

Dengan lesu, kedua kaki itu melangkah menuju ke arah loker. Bahkan mentari belum menampakkan sinarnya, ini masih terlalu dini untuk memulai hari dengan sekolah.

"Sialan," Serdian meregangkan otot-otot tubuhnya, terbiasa bangun pagi tidak membuatnya bersemangat. "Mau tidur, huwaaa,"

Kesal karena tidak bisa tidur, ia membanting tasnya ke dalam loker, tak sengaja membuat salah satu loker terbuka.

"Anjing, gue kira setan."

Serdian menelisik loker tersebut, ia mengintip sedikit isi dari loker itu. Ternyata loker milik Yarfa.

"Mayan, ngintip bentar nggak ada salahnya kan."

Serdian mengamati isi loker tersebut, membosankan. Hanya ada buku, alat tulis, tabel periodik, dan sebuah jurnal.

"Hah? Jurnal apaan dah? Yarfa nulis jurnal?"

Serdian mengambil jurnal tersebut. Menelisik tiap inci dari buku tebal berwarna coklat dengan ukiran kecil di sisinya.

"Gue ambil kali ya, semoga nggak dicari."

---

"Hah? Jurnal? Emang dia nulis jurnal?"

Harfa menatap Serdian aneh, emang ini anak suka ngomong nggak jelas.

"Beneran, dia nulis jurnal. Nih, gue kasih tunjuk."

Serdian mengambil sebuah buku tebal yang ia simpan di loker mejanya, buku berwana coklat yang ia ambil dari loker Yarfa.

"Anjir, beneran."

Jurnal yang semula dipegang oleh Serdian diambil paksa oleh Harfa. Emang anak setan ini bocah kalau kata Serdian. Harfa membolak-balikkan jurnal tersebut, tanpa pikir panjang ia membuka jurnal tebal tersebut.

Serdian mencebik kesal, namun tetap ikut melihat isi buku tersebut.

Wajah mereka yang semula berseri-seri dikarenakan akan menemukan sesuatu yang menakjubkan, tergantikan dengan wajah yang tak dapat ditebak.

"Ini," kalimat Harfa tergantung, jurnal itu ia tutup kemudian diletakkan di atas meja Serdian.

Keduanya beradu pandang, saling berbicara melalui netra mereka. Menatap gusar, memikirkan apakah ini hanyalah bunga tidur semata.

"Cubit gue." Titah Serdian, Harfa menuruti. Terdengar pekikan kesakitan, ini bukanlah bunga tidur, semuanya nyata.

"Habis ini nggak udah macem-macem sama dia deh."

-----

Anak kecil berusia 8 tahun itu baru saja pulang selepas bermain di taman bermain, sendirian. Ia tersenyum bahagia ketika berjalan masuk ke pekarangan rumahnya.

Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang