Jakarta, malam ini..

90 16 14
                                    

Awas ada typo.

Now playing: Sweet Nothing - Taylor Swift





















Semakin malam, semakin hidup suasana ibukota ini. Orang-orang berkumpul untuk menonton pertunjukan ataupun bermain game yang telah disediakan.

"Mau makan dulu?"

Serdian bertanya sembari menggenggam erat jemari tangan Yarfa, mencari tempat makan yang cukup sepi karena ia tahu si manis tidak menyukai keramaian.

Yarfa mengangguk, sedari tadi si manis hanya membeli camilan ringan saja, perutnya sudah keroncongan. Serdian mengajak Yarfa ke salah satu tempat makan yang menurutnya cukup sepi, ia memesankan bakso untuk Yarfa lalu rawon untuk dirinya.

Sembari menunggu Serdian memesan makanan, Yarfa mencari tempat duduk. Karena sungguh, PRJ kali ini sangatlah ramai.

Ia menemukannya, sedikit jauh dari pengunjung lain, Yarfa menyukainya.

"Yarfa," Serdian kembali, dengan nampan berisi semangkuk bakso dan juga rawon. "Makan dulu, yuk. Habis ini muter-muter lagi."

Serdian memberikan mangkuk bakso itu kepada Yarfa, keduanya duduk berhadapan. Di temani dengan suasana PRJ yang masih ramai meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 20.45 malam.

"Fa,"

Si manis mengadah sejenak, sendok penuh dengan rawon dan nasi tiba-tiba berada dihadapannya. Keningnya mengerut, Serdian seakan meminta Yarfa untuk membuka mulutnya.

Yarfa tak menolak, ia membuka mulutnya dan menerima suapan dari Serdian.

"Good boy."

Mulut yang semula bergerak untuk mengunyah itu menjadi diam, sejenak ia melirik. Pemuda di hadapannya masih fokus memakan makanannya.

Sialan, monolog Yarfa ingin sekali mengumpati Serdian.

Helaan napas itu terdengar sangat pasrah, hari ini Yarfa seakan dipaksa menerima semua perlakuan Serdian padanya. Bagi Yarfa, tidak boleh ada seorang pun yang memaksanya untuk melakukan apapun jika ia tak menyukainya.

Namun, semua itu seakan tak berlaku bagi Serdian. Pemuda itu selalu bisa membuat Yarfa menerima apapun perlakuannya. Meskipun Yarfa sangat menolak, tapi tubuhnya bereaksi berbeda. Dan ia benci hal itu.

'Things start getting complicated'

•••

"Nggak mau." Yarfa kembali menolak.

"Ayolah, sekali aja," Serdian terus merengek, susah sekali membujuk Yarfa.

Yarfa tetap pada pendiriannya, tidak mau dan tidak ingin menuruti permintaan Serdian.

Karena sungguh, permintaan itu sangatlah memalukan baginya. Mencoreng citranya sebagai anggota geng paling menyeramkan di penjuru kota.

"Ayolah, sekali aja. Satu kali doang, boleh ya?" Serdian tetap merengek. Kenapa Yarfa tidak mau memakai topi telinga anak anjing itu? Menyebalkan.

"Nggak. Ayo ke tempat lain aja." Ajakan Yarfa tak mendapatkan respon apapun dari Serdian. Yarfa berbalik, menemukan Serdian yang tak bergeming sama sekali.

"Ser?"

Serdian diam, menatap Yarfa dengan tatapan kesal khas anak kecil. Pada akhirnya, Yarfa akan menyerah juga. Ia mendekati Serdian yang cemberut sembari melipat kedua tangannya. Seperti anak yang tidak dibelikan balon oleh ibunya.

"Jangan cemberut, mirip bebek." Ejeknya.

Serdian menyerahkan topi yang ia pegang, menyuruh Yarfa untuk tetap memakainya atau dirinya akan terus merajuk.

Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang