🚫TANDAIN TYPO
Buset rajin bener siang-siang udah update 3x
Semangat 100 komen lebih
#*#*#*#
Riki menoleh saat merasakan sebuah tangan memeluknya dari belakang. "Kenapa Han?" Tanya nya
"Lo yang kenapa? Yang lain udah pada tidur, lo enggak" Riki berbalik, melihat ke arah Jihan, gadis itu juga langsung melepas pelukannya
"Gak papa" Jihan menghela nafas mendengarnya
"Sesekali lo boleh bilang sakit, gak baik baik aja atau lo boleh bilang kalau lo lagi marah. Jangan gak papa terus" ucapnya
"Gimana kalau Khafi selamanya gak bisa denger?" Riki tampak khawatir
"Sini duduk" Jihan membawa Riki duduk di sofa yang ada di sudut ruangan
"Om Juna mau datengin dokter spesialis yang lebih bagus buat Khafi. Pasti bisa sembuh" ucap Jihan
"Lo udah minum obat?" Riki menoleh lalu mengangguk singkat
"Kalau kata Yuan tuh orang bohong kuburannya sempit" ucapnya sambil mengusap kepala Riki
Riki menjatuhkan kepalanya di bahu Jihan "Di agama gue gak ada istilah kuburan sempit, nanti mau request sama tukang gali kuburnya biar di lebarin" ucapnya sambil memejamkan mata
'Gue lupa kalau kita beda agama Rik'
"Besok pagi pulang ya, gue takut keluarga lo nyariin" Ucap Riki
"Gak akan dicariin juga. Biarin aja gue disini" jawab Jihan
Riki mengangkat kepalanya, "Ada masalah?" Jihan menggeleng
"Tauk ah. Jangan di bahas lagi" Jihan menggeser duduknya, dia menidurkan kepalanya di paha Riki
"Tidur, jangan ngomong terus nanti Khafi kebangun" suruh Jihan
Riki melihat ke arah Khafi yang tampak tidur pulas. Riki melihat ke satu brankar lagi, melihat Yuan dan Gilang yang tidur di brankar yang sama
Riki menunduk, mengelus rambut Jihan dengan pelan. 'Gavin pernah bilang kalau lo sering tidur di warung, bukan di rumah. Kalau lo gak cerita gue gak akan tau apa yang terjadi sama lo Han'
"Tidur!" Jihan menutup kedua mata Riki dengan tangannya
"Kita mau tidur dengan posisi ini?" Tanya Riki sambil menyingkirkan tangan Jihan dari wajahnya
"Mau" Jihan mengangguk, tangannya dia gunakan untuk memeluk perut Riki yang ada di depan wajahnya
Riki menyandarkan kepalanya di tembok. Dia berusaha memejamkan kedua matanya yang sama sekali tidak mengantuk
'Gimana kalau mama papa masih tetep jodohin gue sama Dhena? Gue gak mau sama Dhena Gav. Bantuin kek apa kek gitu' batinnya
'Gue udah jagain Yuan, om Juna, Jihan. Sekarang gue juga jagain adek sepupu lo, tapi gak ada yang jagain gue'
Riki terus saja berbicara pada dirinya sendiri dalam hati, dia diam disana tanpa menggangu siapapun
Riki tiba-tiba menegakkan tubuhnya, dia menggigit bibirnya kuat-kuat saat merasakan perut nya sakit
"Jihan" Riki menyentuh lengan Jihan dengan pelan agar gadis itu tidak kaget
"Bangun sebentar, gue mau ke kamar mandi" Riki melepaskan tangan Jihan yang memeluknya
Riki bergerak perlahan agar tidak mengejutkan siapapun. Riki berdiri tegak saat sudah berhasil meletakan kepala Jihan di sofa
"Sebentar Jihan" Riki melepas jaketnya, menutup tubuh atas Jihan agar tidak kedinginan. Gadis itu juga tidak terganggu sama sekali
KAMU SEDANG MEMBACA
KHAFI [END]
Teen FictionYang mati tidak akan pernah hidup lagi "Gue gak pernah berusaha buat jadi dia, tapi kalian yang selalu beranggapan gue adalah dia" "Yang ditakdirkan mati akan selalu berakhir mati bang"