🚫TANDAIN TYPO
Baru beberapa jam yang lalu update sekarang update lagi dong
Semangat 100 komen lebih
#*#*#*
Khafi melihat ke arah mulut Riki, membaca setiap gerakan bibir Riki. "Khafi denger abang gak?" Riki bertanya lagi
Khafi menggelengkan kepalanya
"Mau muntah lagi?" Riki melihat wajah Khafi yang semakin memerah
"Jangan nangis" Riki sedikit bingung
"Kenapa?" Jovan tampak berada di belakang dokter Han
"Ayo tiduran dulu" Dokter Han bergerak membantu Khafi agar merebahkan tubuhnya namun Khafi terus menggelengkan kepalanya
"Jangan dipaksa, dia gak mau" Khafi memegang baju Riki, menariknya seolah meminta perlindungan
"Khafi takut jarum suntik" Jovan dan Riki mengatakannya secara bersamaan
"Gimana cara saya meriksanya?" Bingung Dokter Han
Dokter Han duduk di pinggiran brankar sambil melihat ke arah Khafi, "Kamu bisa dengar saya?" Tanya nya
"Tadi dia bilang gak denger suara saya" ucap Riki membuat dokter Han menatapnya
Dokter Han menggunakan senter, memeriksa kedua telinga Khafi secara bergantian
"AAAAA" dokter Han tiba-tiba berteriak ke arah Khafi dengan keras
Khafi langsung menutup telinganya. Riki mengusap punggung Khafi beberapa kali "Gak papa, cuma di periksa sebentar"
"Dia masih bisa merespon. Kita lakukan tes nya nanti siang" ucap dokter Han
"Suster, tolong ganti sprei nya. Tadi Khafi muntah" suruh Riki
"Muntahnya banyak?" Riki mengangguk ke arah dokter Han
"Sepertinya dugaan saya benar" ucap Dokter Han
"Nanti saya berikan obat anti mualnya, tapi harus makan dulu" Dokter Han mengusap kepala Khafi sebelum keluar
"Baju kamu" Jovan melihat ke arah baju Riki yang terdapat muntahan Khafi
"Tunggu, di lepas dulu baju nya" Riki berusaha melepas tangan Khafi dari bajunya
Riki langsung melepas kemeja hitamnya, menyisakan kaos putih yang tipis. Riki kembali mengambil tangan Khafi agar kembali memegang bajunya
Riki mengangkat Khafi saat suster datang membawa sprei baru. "Ayo ngomong apa kek gitu, gue dengerin" ucap Riki
"Kenapa adek gue?" Tama menghampiri mereka
"Tadi muntah" Jovan menjawab
Riki kembali meletakan Khafi saat spreinya selesai di pasang. Anak itu cukup terkejut saat menyadari ada Tama di depannya
Jovan dan Riki langsung ikut menatap Tama sedangkan yang di tatap hanya memberikan wajah bingung
"Khaf, nanti Mas bel.." ucapan Tama langsung berhenti saat tangannya yang ingin menyentuh Khafi di tepis
Khafi kembali menarik baju Riki dengan kuat setelah menepis tangan Tama. Anak itu menangis secara tiba-tiba
"Dia masih takut sama kamu" Jovan mengusap lengan Tama agar tidak terlalu emosi
"Ayo keluar dulu" Jovan menarik Tama agar keluar dari sana
"Tapi yah" Tama masih berusaha mendekati Khafi
KAMU SEDANG MEMBACA
KHAFI [END]
أدب المراهقينYang mati tidak akan pernah hidup lagi "Gue gak pernah berusaha buat jadi dia, tapi kalian yang selalu beranggapan gue adalah dia" "Yang ditakdirkan mati akan selalu berakhir mati bang"