🚫TANDAIN TYPO
Ah Chapter kemaren kayaknya banyak yang emosi ya? Sabaaaaar
100 komen pasti bisa
#*#*
Jihan menunduk saat merasa tangannya di lepas oleh Riki, dia mundur beberapa langkah. Tama menahan tubuh Jihan yang terus mundur dan hampir menabrak nya
"Dengan satu syarat, kasih Riki waktu 1 bulan" ucap Riki
"Untuk apa?" Tanya Fathian
"Jatuh cinta lagi sama Dhena" Riki mengatakannya dengan sekali tarikan nafas
"3 minggu, Papa kasih kamu waktu 3 minggu" ucap Fathian.
"Oke 3 minggu" Riki menyetujuinya
Semua orang bisa melihat betapa kuat tekanan yang diberikan pada Riki
"Ayo Han" Riki menarik gadis itu untuk keluar
"Ayo keluar" Jovan menggiring mereka untuk keluar
"Jihan, nanti gue jelasin" Jihan melepaskan tangan Riki, dia berlari keluar dari rumah sakit
"JIHAN!" Riki hanya memanggilnya, dia tidak ada niatan untuk mengejar karena tubuhnya terlalu lelah
"KAK JIHAN!" Yuan ikut berteriak
"Jangan di kejar, dia butuh waktu sendiri" cegah Riki, dia mencegah Yuan yang akan mengejar Jihan
"Bang Rik, gue gak tau apa yang terjadi. Tapi sebisa mungkin kita pasti bantuin bang Rik supaya gak tunangan sama nenek lampir itu" ucap Gilang
"Iya, bang Rik tenang aja. Kita pasti bantuin bujuk kak Jihan biar gak marah" Riki menoleh ke arah Khafi lalu mengangguk
"Udah jangan dipikirin. Ayo pulang" Riki mengelus kepala Khafi
"Kamu baik-baik aja?" Riki mengangguk singkat ke arah Jovan
Mereka berada di satu mobil dengan Gilang yang menyetir, Tama melirik Riki yang ada di tengah-tengah sambil memangku Khafi
'Dia kan adek gue' batinnya. Namun Tama memilih diam, menjaga suasana agar tidak keruh
Riki mengelus kepala Khafi yang menyandar di bahunya, anak itu duduk diam tanpa mengatakan apapun. Suasana mobil juga sunyi senyap, biasanya Gilang dan Yuan akan mencairkan suasana. Tapi kedua remaja itu kini juga ikut diam
'Apa gue harus kasih tau kejadian tadi ke orang tua bang Rik?' Gilang sesekali melamun namun berusaha untuk fokus menyetir
"Afi, ayah mau bilang sesuatu" Jovan memegang tangan Khafi
"Kamu... mau kan pindah sekolah? Satu sekolah sama Yuan dan Gilang" tanya nya
Khafi langsung menatapnya "Kenapa?" Tanya nya
"Rumah kita sudah gak disana lagi, kalau kamu tetap di sekolah kamu yang lama. Pasti jauh banget" ucap Juna, menjelaskan dengan perlahan
"Rumah kita pindah lagi? Apa mereka datang lagi? Mereka ambil uang ayah lagi ya?" Tanya nya, tatapannya berubah menjadi sedih
Riki mengelus lengan Khafi, dia bisa merasakan banyak ketakutan yang Khafi alami. Bahkan dia tidak sadar tekanannya jauh di atas Khafi
"Afi bukan seperti itu. Kita pindah karena ayah sudah ada pekerjaan baru, rumah kita yang sekarang dekat dengan tempat kerja ayah" ucap Jovan
"Kalau Afi pindah, Rere gimana? Apa Rere udah tau?" Khafi melihat ayah nya memberikan anggukan ringan
"Ayah ke sekolah kamu beberapa hari yang lalu. Ayah sudah bilang sama Rere, kalian masih bisa main kok. Kalian masih bisa berteman seperti biasanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
KHAFI [END]
Teen FictionYang mati tidak akan pernah hidup lagi "Gue gak pernah berusaha buat jadi dia, tapi kalian yang selalu beranggapan gue adalah dia" "Yang ditakdirkan mati akan selalu berakhir mati bang"