🚫TANDAIN TYPO
Kalian udah rela kalau ini hampir ending?
100 komen buat lanjut
#*#*#*
Khafi duduk diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Yuan dan Gilang juga hanya diam saja, tidak ada yang memulai pembicaraan
"Lo mau?" Gilang memberikan permen pada Yuan. Keduanya memakan permen itu dengan tenang seolah hanya ada mereka berdua disana
'Lo tau bang? Gue benci banget di bohongin'
Khafi mengingat ucapan Yuan padanya beberapa jam yang lalu. Yuan dan Gilang marah besar padanya karena telah menyembunyikan tentang operasinya.
Keduanya marah karena Khafi sudah berbohong
'Harusnya lo jujur aja bang! Lo segitunya mau nyembunyiin ini dari kita? Lo nganggep kita apa sih selama ini?'
Khafi mengusap kepalanyaa sendiri. Apa dia harus pulang sekarang? Rasanya percuma disini jika Yuan dan Gilang sedang marah
"Jangan nembak gue duluan!" Yuan berteriak, dia menekan tombol stik PS yang ada ditangannya
"Kalah mah kalah aja" ucap Gilang, dia juga sama fokusnya seperti Yuan. Kedua anak itu tengah bermain game
Khafi berdiri dari duduknya, dia mulai meninggalkan rumah Yuan. Mungkin memang Yuan dan Gilang pantas marah padanya
Pause
Gilang meletakan stik nya, dia mulai menatap Yuan. "Kita gak keterlaluan? Bang Khaf pulang" ucapnya
Yuan melihat ke arah sofa, Khafi sudah tidak ada disana "Biarin aja. Nanti juga balik lagi" balas Yuan
"Kasian, dia baru sembuh. Mungkin bener, bang Khaf cuma gak mau kita khawatir" Gilang berucap lagi
"Gue benci di bohongin Lang" Yuan meletakan stik nya, dia berjalan naik ke atas tangga dan masuk ke dalam kamar nya
Khafi berjalan ke arah rumahnya, dia melewati Tama yang ada di ruang tamu. "Kok udah pulang? Katanya mau main sama 2 curut?" Tanya nya saat melihat Khafi
"Mereka gak mau main" ucap Khafi, dia memilih masuk ke dalam kamar nya
Tama langsung mengikuti Khafi, "Kenapa?" Tama melihat wajah adik nya yang lesu
"Mereka marah" ucap Khafi, dia memilih naik ke atas kasurnya
"Marah? Kenapa?" Tama terus mengikuti Khafi
"Mas Ta jangan tanya terus" Khafi melepas alat bantu dengarnya. Dia menarik selimut untuk menutup seluruh wajahnya
Tak lama Tama mendengar suara isakan Khafi. "Apa mereka marah karena Khafi gak bilang soal rumah sakit?" Pikir Tama
Tama membuka selimut Khafi, dia menarik kedua bahu Khafi agar anak itu terduduk. Tama memeluknya, "Gak papa Khaf, tapi kamu memang salah. Wajar mereka sedikit marah" ucapnya
"Udah Khaf" merasa tangisan Khafi semakin kencang Tama takut Khafi akan merasa pusing atau semacamnya
Tama memgambil alat bantu dengar Khafi lalu memakaikannya. "Mau ketemu Riki aja?" Tanya nya setelah alat itu terpasang
Khafi mengangguk pelan. "Yaudah jangan nangis. Ayo mas antar"
Gilang masuk ke dalam kamar Yuan, "Mau kemana?" Tanya nya saat melihat Yuan sudah siap dengan setelan jaket
"Papa ngirim alamat rumah sakit, katanya harus ada yang di jenguk" jawab Yuan
"Gue... gak di ajak?" Tanya Gilang memastikan
KAMU SEDANG MEMBACA
KHAFI [END]
Teen FictionYang mati tidak akan pernah hidup lagi "Gue gak pernah berusaha buat jadi dia, tapi kalian yang selalu beranggapan gue adalah dia" "Yang ditakdirkan mati akan selalu berakhir mati bang"